“Pernahka datang pasimbung. Bikin kacau. Kulempar kursinya gara-gara napake namaku,” katanya. Harusnya, dia mematenkan namanya. Minimal orang yang memakai namanya harus membayar royalti.
Namun, kuliner adalah soal rasa. Anda bisa mengklaim satu merek, tapi lidah tak bisa dibohongi. Di mana pun Daeng Tona pindah, orang akan tetap mendatanginya. Orang akan tahu mana asli dan mana palsu.
Daeng Tona kini mengembangkan usaha kulinernya. Lokasinya di Jalan Pandu Raya, tidak seberapa jauh dari lokasi lama. Warungnya lebih luas. Di sebelahnya ada restoran khas Makassar yakni Balla Baraka.
Ada panggung disiapkan untuk seni yang backdropnya bergambar Sultan Hasanuddin.
“Sering-sering datang dii,” katanya kepada langganan setianya, siapa lagi kalau bukan Yusran.
Baca Juga: La Piazza, Tempat Kuliner Asyik di Kelapa Gading
“Iye Daeng. Adapi rejeki lagi,” jawab Yusran.
“Biar nda ada uangta datangki saja. Kalau untuk kita gratis. Kan mahasiswa ji toh?”
Dia mengira Yusran masih seorang mahasiswa. Padahal, dia biangnya mahasiswa. Dosen dan peneliti alumni Unhas Makassar hehe..***
Artikel Rekomendasi