Soal Predator Seks Herry Wirawan, Pakar: Yakini Pelaku Tidak Bekerja Sendiri dan Terencana

- 11 Desember 2021, 08:16 WIB
Si Gila bejad, predator seks HW yang menurut netizen layak dirajam sampe mati.
Si Gila bejad, predator seks HW yang menurut netizen layak dirajam sampe mati. /Pikiran-Rakyat.com/Semarangku/

POSJAKUT – Kasus predator seks yang dilakukan oknum terhadap 12 santriawati di sebuah pondok pesantren di Bandung mendapat komentar dari para pakar. Mereka menilai pelaku tidak melakukan sendiri, bahkan sudah terencana.

Kriminolog Monica Margaret menyatakan dalam terminologi kriminologi dijelaskan bagaimana kejahatan bisa terjadi, hal pertama karena pelaku mempunyai motivasi tersendiri.

"Yang mana dalam kasus ini, oke lah kita melihat bahwa pelaku suka melakukan kekerasan seksual kepada anak-anak, itu yang pertama faktanya," kata Monica Margaret dalam acara 'Perempuan Bicara', dikutip Pikiran-Rakyat.com dari YouTube tvOne News pada Sabtu, 11 Desember 2021.

Baca Juga: Kasus Pemerkosaan Santriwati, Kemen PPPA: Terdakwa Dapat Dihukum Kebiri

Sementara yang kedua adalah, target merupakan sasaran yang cocok dengan rumah asal para santriwati ini sulit diakses karena di balik bukit. Apalagi, para santriwati harus menempuh jarak enam jam sampai ke pondok pesantren.

"Artinya apa? Ada kelompok-kelompok masyarakat yang ekonominya di kelas bawah, yang ternyata menjadi target bagi si pelaku. Terlebih capable guardian, nggak mungkin sendiri sepertinya," ujar Monica.

Namun, meskipun sebagai tim, seharusnya ada pihak yang dapat membatalkan kejahatan seksual itu terjadi.

Baca Juga: Edan, Korban si Predator Seks Biadab HW Ternyata Mencapai 21 Orang, Rata-rata di Bawah Umur

"Misalnya orang tua yang menitipkan anaknya untuk bersekolah di lembaga pendidikan itu. Masa sih nggak ada kontrolnya misalnya dua minggu sekali untuk jenguk anak," katanya.

"Atau mungkin masyarakat sosial di tempat pendidikan itu. Masa sih cuek-cuek saja?" tambah dia.

Monica mengatakan jika membaca dari beberapa artikel mengenai kasus, ada warga yang sering melihat santriwati menangis atau mengeluh.

"Harusnya mereka bisa sebagai capable guardian untuk mencegah," pungkasnya.

Baca Juga: Bertekad Lindungi 4 Kelompok Rentan, DKI Akhiri Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Perempuan dan Anak

Sementara itu, Psikolog Elly Risman menyatakan terdakwa pemerkosaan tersebut tidak bertindak sendiri, dan menyebutnya sebagai kejahatan terencana.

"Nggak mungkin dia sendiri, saya berpikir mereka memiliki kelompok. Ini adalah kejahatan seksual terencana dan berkelompok, tidak bukan satu orang," katanya.

Elly Risman menilai ada perencanaan, tindakan, dan pemeliharaan, penekanan pada orang tua korban, serta korban yang masih di bawah umur ditekan, sampai bayi mereka 'dijual'. 

"Masa iya nggak kelihatan? Boleh nggak sekarang ini saya mengimbau setiap kita menghadapi sebuah kasus kejahatan seperti ini mari kita melihat secara utuh dan menemukan sebenarnya ini masalah apa," ucapnya.

Selain itu, mengingat kejahatannya yang tak hanya memperkosa anak di bawah umur, predator seks itu juga mengeksploitasi anak-anak yang dilahirkan korban.

"Jadi kalau sebegitu majemuknya kejahatan yang dia lakukan, dia nggak mungkin sendiri kan?" tuturnya.***Aliyah bajrie

Editor: Mulya Achdami


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x