5 Pesan Karaeng Pattingalloang Kerajaan Gowa, Yang Masih Relevan Dengan Situasi Saat Ini

30 Desember 2021, 07:26 WIB
Komplek makam Arung Palakka di mana terdapat makam Karaeng Pattingngalloang /Nur Aliem Halvaima/dok Mahaji Noesa

POSJAKUT - Makam Karaeng Pattingalloang, yang berada di dalam komplek makam Arung Palakka di Bonto Biraeng, Kota Sungguminasa, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan ramai dikunjungi.

Makam bersejarah yang terletak di batas Kota Kabupaten Gowa dengan Kota Makassar ini, terdapat makam raja-raja Gowa dan keturunannya, perajuritnya, juga sekaligus menjadi destinasi wisata sejarah bagi masyarakat.

Seorang wartawan senior Kota Makassar, Mahaji Noesa, menceritakan pengalamannya saat berziarah ke makam Karaeng Pattingalloang, di komplek makam Arung Palakka.

Baca Juga: HUMOR NETIZEN : Istri Seperti Kipas Angin, Kata Pak Ustadz

Yang menarik di dalam komplek makam ini, kata Mahaji, adalah adanya makam Karaeng Pattingalloang, dikenal sebagai cendekiawan Kerajaan Gowa yang dikagumi bangsa asing abad XVII karena berada di dalam Komplek Makam Arung Palakka.

Dalam sejarahnya, pada masanya, Karaeng Pattingalloang yang tanpa sekolah formil itu digelar oleh VOC sebagai "Mahasarjana" lantaran kecerdasannya. Menguasai ilmu pengetahuan yang luas. 

Baca Juga: Pemprov DKI Hibahkan Beberapa Bidang Tanah dan Bangunan ke Polda Metro Jaya dan Kejaksaan Tinggi

Pandai membuat meriam dan mesiu, ahli dagang, serta menguasai banyak bahasa asing termasuk menguasai bahasa Latin secara fasih. 

Tahun 1652 Raja Inggris secara khusus memberikan hadiah teleskop besar buatan astronomi Galileo sebagai penghargaan dan untuk memenuhi minat pengetahuan yang luas dari Karaeng Pattingalloang. 

Baca Juga: Hasil SSGI: Dibandingkan 2029, Angka Stunting 2021 Turun Menjadi 24,4 Persen tapi...

Sebelum meninggal 15 September 1654, Karaeng Pattingalloang, Mahasarjana yang tanpa gelar dan titel tersebut sempat menulis 5 pesan sebab runtuhnya suatu kerajaan besar.

Pesan tersebut ditulis dalam Bahasa Makassar, yang kemudian diterjemahkan oleh Mahaji Noesa dalam bahasa Indonesia, yaitu:

Baca Juga: Prostitusi Anak di Bawah Umur, Modus Remaja RB: Rayu-Pacari-Tiduri Lalu Jual Secara Online

1. Punna tenamo naero ri pakainga Karaeng ma'gauka (Bilamana Raja yang memerintah tak mau lagi dinasihati atau diperingati).

2. Punna tenamo tupangasseng ri lalang pa'rasangangnga (Jikalau tidak ada lagi cerdik cendikiawan di dalam negeri).

Baca Juga: Kebobolan 4 Gol di Laga Pertama, Akankah Skuad Garuda Kubur Mimpi Bawa Pulang Piala AFF 2020

3. Punna ngalle ngasengmi soso pabbicarayya (Bilamana semua hakim/pejabat kerajaan makan sogok).

4. Punna majai gau lompoa ri lalang pa'rasangangnga (Bilamana terlampau banyak kejadian besar di dalam negeri).

Baca Juga: Benarkah Indonesia 'Darurat Humor'? Ini Jawaban Pandji Pragiwaksono, Miing Bagito, Maman Suherman

5. Punna tenamo kamaseangi atanna Karaeng ma'gauka (Jika Raja memerintah tak lagi menyayangi rakyatnya).

"Kelima pesan Karaeng Pattingaloang di atas relevan dgn situasi saat ini," komentar Muslimin B. Putra.

Baca Juga: BRI Digugat Rp1 Triliun, Ini Penjelasan Pemimpin Kantor Cabang Khusus BRI

"Sayangnya semua pura-pura tidak mengetahui atau seolah tidak pernah ada," kata Edy Sofyan.

Idris Dinar penasaran. Apakah komplek makam tersebut terbuka untuk umum?

"Setiap hari terbuka untuk umum. Jika pintu pagar terkunci, hubungi kuncen atau petugas jaganya yang tinggal di dekat komplek makam. Semoga dapat kekuatan cepat berziarah ke sini," Mahaji. ***

Editor: Nur Aliem Halvaima

Tags

Terkini

Terpopuler