BERBAGI CERITA: Orang Bekasi Liburan ke Jakarta

- 5 Maret 2022, 09:15 WIB
Naik kaerel di hari libur, keretanya  sepi, santai  bedua ditemani isteri/abu bagus
Naik kaerel di hari libur, keretanya sepi, santai bedua ditemani isteri/abu bagus /abubagus/

Catatan Amin Idris (wartawan senior)

POSJAKUT -- Akhir pekan ini ada tambahan libur sehari. Saya sudah incar, mau ngeluyur lagi.

Pilihan kali ini ke Jakarta. Pusatnya kemewahan ibu kota. Bukan di pinggir-pinggir lagi. Seperti apa sih wajah Jakarta.

Bekal makanan kecil dan sebotol mineral disiapkan. Tiket KRL aman, E-money siap. Perjalanan dimulai dari stasiun Bekasi. Longgar karena harinya libur.

Penumpang KRL saat itu tampak orang yang jalan-jalan, bukan dinas kerja.

Permulaan diawali dengan peristiwa kurang enak. Saya sedang ngobrol sama isteri, di KRL, disamperin polisi KAI. Ia mendekat sambil menempelkan jari telunjuknya ke mulut.

-Baca Juga: Pasar Glodok Jakarta Barat Diusulkan Ganti Nama Jadi Pasar Petak Sembilan

Saya ngegas sedikit, “ngapaaahhhh”…kata saya. Polisi itu menurunkan maskernya. “Jangan bicara,” katanya.

“Heeeehhh, bicara pun tak boleh lagi rupanya”.

Ada aturannya pak. Selain bermasker, jaga jarak, di KRL juga tak boleh ngomong. Jangankan sama bini orang, sama bini sendiri juga gak boleh. Kan maen dah.

Makin sempit kebebasan orang. Kalau selama ini ada larangan bicara, pembungkaman atau tutup mulut, semata-mata karena substansi omongannya.

Bicara politik, bicara kritik terhadap penguasa dan sebagainya. Dilarang. Itu pun kalau bicaranya kepada media, atau di mimbar umum. Maka itu dilarang. Wajar.

Lah ini saya di KRL, cuma sama bini, yang lain gak ada yang saya kenal. Terus saya ngomong ala kadarnya tentang harga minyak, tentang harga bawang, cabe, telor dll. Mumpung lagi bedua.

Tentang serangan ke Ukraina. Yang saya omongin BBM pasti akan naik. Kalau BBM naik semuanya ikut berontak, termasuk bayem, kangkung, katuk, putren.

Tentang cucu saya yang lagi panas … ah semuanya saya omongin sambil sesekali ketawa-ketawa kecil. Suasana ini kan jarang terjadi kalau di rumah. Ini mumpung lagi bedua.

Aturan pandemi membuat banyak orang hanya senyam-senyum dengan gadgetnya di KRL. Nah yang kaga pegang gadget, pasti mlongo, kalau bahasa kampong saya plagag-plegeg. Alias jadi bego dadakan.

Di Jatinegara saya tidak turun. Biasanya di sini ada Roti Mariyam kesukaan. Tapi dalam kecepatan KRL saya pastikan booth roti mariyam sudah tidak ada.

--Baca Juga: Nama Petak Sembilan Konon Berawal dari Keberadaan Warung Kopi di Gang Pancoran

Karena bangunan stasiun Jatinegara sudah berubah. Tidak ada lagi booth pedagang lokal yang jualan makanan lokal.

Di Manggarai saya pindah peron. Sempat sholat ashar dulu. Ada mushollanya, masih darurat.

Banyak aneka makanan, tapi sedikitpun tidak mengusik hasrah kuliner saya. KFC, Lowson, Starbak, Roti O dan semuanya.

Padahal Manggarai yang saya kenal dulu saat masih aktif kerja, ada Laksa bersebelahan dengan Touge Goreng dan Soto Mie Bogor. Ini nendang bangat.

Tapi dia terhempas pembangunan rupanya…

Berbeda dengan saya, banyak Anker (sebutan untuk anak-anak kereta), sangat familier dengan aneka makanan dan minuman jenis ini.

Dengan sajian yang simpel, misalnya dari Lowson, mereka memesan makanan dan minuman kemudian deprok di lantai sambil menikmati makanan.

Semua terlihat biasa. Pulang kerja tidak akan takut lapar di stasiun. Dan kalau dihitung biaya, juga tidak kandas-kandas amat.

Misalnya hidangan cepat saji, bisa berkisar hanya 25 sampai 35 ribu. Air mineralnya aja 7 ribu. Larutan Cap Kaki Tiga 9 ribu 5 ratus.

-Baca Juga: JADWAL SHALAT: Untuk Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan dan Bekasi.

Budaya memang berubah. Setidaknya dari budaya kulineran. Dari Toge Goreng, Laksa atau Soto Mie Bogor ke produk-produk kuliner yang lintas bangsa.

Soto Mie Bang Mamat, Laksa Bang Udin atau Toge Goreng Bang Zaenal menjadi sangat lokal. Semuanya telah berubah. Pembangunan memang juga bermakna penghancuran.

Jangan aneh kalau yang kuat menghempas yang lemah, Starbak menumpas Touge Goreng, produk lokal apa boleh buat mengalah atau hidupnya tamat.(bagian pertama)***

 

Editor: Ramli Amin


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x