Ikut Majelis Taklim, Koq Laki-laki Ada Di Antara Ibu-ibu? Ini Penjelasan Amin Idris, Pengurus BKMT Jawa Barat

8 Februari 2022, 14:10 WIB
Drs H. Amin Idris, Ketua Bidang Teknologi dan Informasi BKMT Jawa Barat /Nur Aliem Halvaima/Foto dok pribadi / PosJakut

POSJAKUT - Pengurus Badan
Kontak Majelis Taklim (BKMT) Provinsi Jawa Barat Periode 2021 -2026, sudah dikukuhkan.

Pelantikan Pengurus BKMT dilakukan di gedung Bale Asri PUSDAI Jawa Barat, Kamis 3 Pebruari 2022 , pukul
09.00 -11.00 WIB lalu.

Tapi gaungnya masih terasa, setidaknya hingga hari ini, Selasa 8 Februari 2022. Masih ada saja yang mempersoalkan masalah gender di kepengurusan BKMT.

Baca Juga: Struktur Organisasi Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Provinsi Jawa Barat Periode 2021-2026, Ini Namanya!

"Koq Laki-laki ada di antara ibu-ibu majelis taklim?". Ini penjelasan Drs H. Amin Idris, Ketua Bidang Teknologi dan Informasi BKMT Jawa Barat.

"Tulisan ini beberapa kali tetunda upload," kata Abu Bagus, sapaan akrab Haji Amin Idris, wartawan senior sekaligus Pemred Tibyan, media online Yayasan Nurul Islam Islamic Centre Kota Bekasi.

Pasalnya, "saya terbawa baper oleh beberapa komentar tentang saya yang dilantik jadi pengurus Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Jawa Barat. Ada yang bilang begini, begitu, begini-begitu … ah".

Baca Juga: Kenapa Majelis Taklim Identik dengan Ibu-ibu? Bapak-bapak yang Ikut Terkesan Lucu. Ini Penjelasannya!

"Saya takut tulisan ini akan terjebak dalam perdebatan gender," katanya. Selengkapnya POSJAKUT mengutip penjelasan Amin Idris berikut ini:

Saya satu dari ratusan pengurus BKMT yang dilantik ketua umumnya, Dr. Syifa Fauziyah. Laki-lakinya bukan saya sendiri, tapi ada beberapa yang lain. Memang laki-laki minoritas di BKMT. Tapi ada.

Di Aula Pusda’i saya duduk sejajar bersama empat pria pengurus. Selebihnya, kiri-kanan-depan-belakang adalah kaum hawa. Saya pastikan ini memang dunia ibu-ibu. Ibu-ibunya pun mayoritas sudah diatas 40 tahunan.

Baca Juga: Pengurus Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Jawa Barat, Dilantik di Pusdai Bandung

Serasa dapat pembelaan. Dalam pidato sambutannya, Ketum Syifa Fauziyah menegaskan BKMT bukan hanya untuk kaum wanita. Laki-laki juga bisa jadi anggota bahkan jadi pengurus dan bisa jadi ketua.

Dan ustazah Hj Atifah Hasan yang hari itu dinobatkan sebagai Ketua BKMT Jabar juga menegaskan, bersama Bapak-bapak BKMT bisa terus dimajukan untuk kepentingan dakwah yang lebih maju dan berkembang.

Serrr, hati saya merasa dibelain.

Baca Juga: SOSOK LEGENDARIS : Mengenang Haji Daeng Laddu, Peracik Kuliner Coto Makassar dari Kota Pare-pare Sulsel

Menurut Ketum Syifa, ada BKMT yang dipimpin Laki-laki. Ada pejabat daerah yang jadi anggota. Bahkan ada walikota yang pernah dikukuhkan jadi pengurus BKMT.

Di Jawa Barat, Gubernur Erka (Ridwan Kamil, red) jadi Pembina dan Ibu Gubernur menjadi penasehat.

***

Mengapa sih majelis taklim identik dengan ibu-ibu? Sebetulnya Bapak-bapak juga banyak bergiat di Majelis Taklim. Tapi memang harus jujur diakui, majelis taklim kaum ibu lebih semarak. Seragamnya, kekompakannya, giat aktivitasnya selalu eye-caching.

Baca Juga: TAUSIYAH : Tentang Timbangan Akhirat

Dari beberapa asosiasi majelis taklim, misalnya BKMT, atau FKMT, BKMM, Rusydatul Ummah, Permata, atau yang official di lingkungan NU atau Muhammadiyah, Dewan Dakwah, Persis dan sebagainya. Sebagian besar digerakkan kaum ibu.

Sedangkan MT kaum bapak seperti yang digelar Adhi Hidayat, Az-zikro, atau di Masjid Andalusia, di Masjid Cut Meutia, di Kwitang, di Masjid Luar Batang dan sebagainya tidak murni hanya kaum bapak.

Di situ bahkan masih lebih banyak juga ibunya. Emang males ngaji kali bapaknya ya hehehe.

Baca Juga: Sandiaga Uno : Bazaar Sembako Murah Solusi Kebutuhan Masyarakat Mahalnya Harga Kebutuhan Pokok

Karenanya ketika saya dilantik jadi pengurus BKMT ada yang bilang saya salah kamar. Ada juga yang becanda, menambahkan nama saya dengan Nyonya lah, dengan siti lah … ah dasar usil.

***

Di Indonesia payung legal MT ada pada Peraturan Menteri Agama No 29 tahun 2019. Disini jelas definisi tentang majelis taklim. Bukan milik kaum ibu saja tuh.

Majelis Taklim itu jelas aktivitas yang terorganisasi. Kalau hanya kumpul-kumpul lalu ada yang memberi materi ngaji, itu taklim namanya. Dia tidak masuk dalam ketentuan PMA 29 ini.

Baca Juga: TAUSIYAH : Hari Berhisab Saat Manusia Keluar dari Kubur

Di PMA ini MT juga punya standar kurikulum yang jelas. Setidaknya ada materi pokok yang menjadi bahan ajarnya. Secara garis besar ada materi tentang Akidah, Syariah dan Akhlaq.

Dan ini yang menarik. MT adalah power social. Karena jumlahnya banyak tidak jarang membuat ngeces (ngiler, tertarik, red) para politikus pemburu elektabilitas.

Dalam data webnya Sistem Informasi Penerangan Agama Islam (Simpenas), ada 54.075 jumlah Majelis Taklim. Tentunya ini MT yang terdata dan terorganisasi. Jumlah ini lebih kecil bila dihitung semua majelis taklim atau yang taklim tanpa majelis.

Baca Juga: RENUNGAN: Matematika Makan Roti

Di Jawa Barat, Simpenas mencatat ada 13.481 MT, di Jakarta ada 322 MT, di Jawa Timut ada 7.832 MT. Nah, lagi-lagi data ini adalah data yang lebih kecil dari senyatanya. Karena misalnya kemenag Jatim justeru mencatat ada 26.000 MT, jauh lebih besar dari angka yang di Simpenas. Maka, tak heran lah kalau politikus ngeces-ces-ces melihat power ini.

Nah, kalau politikus ngeces mendulang suara di MT, kamu bagaimana ? Nyok ikut saya aja mendulang amal dan ilmu di Majelis Taklim.***

Editor: Nur Aliem Halvaima

Terkini

Terpopuler