Boleh Percaya Atau Tidak! Masjid Raya Islamic Centre Jakarta, Dulunya Lokasi Pelacuran

- 20 Oktober 2022, 16:00 WIB
Terungkap! Masjid Raya Islamic Centre Jakarta, Dulunya Lokasi Pelacuran. Foto situasi saat kubah masjid terbakar Rabu 19 Oktober 2022
Terungkap! Masjid Raya Islamic Centre Jakarta, Dulunya Lokasi Pelacuran. Foto situasi saat kubah masjid terbakar Rabu 19 Oktober 2022 /Nur Aliem Halvaima /Foto : tangkapan video warga - POSJAKUT/

POSJAKUT - Masjid Jakarta Islamic Centre (JIC) di Jalan Kramat Jaya, Koja, Jakarta Utara terbakar kubahnya usai salat Ashar, Rabu 19 Oktober 2022. Kerugian ditaksir Rp1 miliar.

"Kebakaran kubah masjid terjadi pukul 15.20 WIB, kira-kira usai pelaksanaan salat ashar," ujar Muhammad Subki, Kepala Masjid Jakarta Islamic Center (JIC), Jakarta Utara, kepada wartawan, Kamis 20 Oktober 2022.

Berikut catatan POSJAKUT, yang dikumpulkan berdasarkan sejarah awal berdirinya masjid JIC yang menjadi kebanggan umat Islam Jakarta Utara ini.

Baca Juga: Begini Kronologi yang Mengakibatkan Kubah Masjid Jakarta Islamic Centre Jakarta Utara itu Terbakar

Pernah dengar nama "Kramtung" atau singkatan dari "Kramat Tunggak"? Itulah tempat lokalisasi pelacuran terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara.

Kramat Tunggak, tempat kumpul pria "hidung belang" dan "kupu-kupu malam", belakang bekas lahannya dibangun Masjid Jakarta Islamic Centre (JIC) Utara yang kubahnya terbakar itu.

Jumat 18 Februari 2021 silam, POSJAKUT mampir di sini. Sekalian menumpang sholat di Masjid Raya Jakarta Islamic Centre Jakarta Utara yang bekas Kramat Tunggak ini.

Baca Juga: TAUSIYAH : Saling Cinta Karena Allah

Sekedar diketahui, Kramat Tunggak yang lokasinya seluas 11,5 hektar ini, dulunya adalah lokasi pelacuran (prostitusi) terbesar di Indonesia setelah Dolly Surabaya, Jawa Timur.

Namanya Lokres (Lokalisasi dan Resosialisasi) WTS (Wanita Tuna Susila) "Kramtung" alias Kramat Tunggak. Dikenal juga sebagai tempat "jin buang anak", bahkan tempat "jin bikin anak". 

Baca Juga: Sebelum Keburu Pindah ke Kalimantan, Yuk Kita Menelusuri Jejak Ibu Kota Jakarta di Museum Sejarah!

"Nama Kramat Tunggak itu sudah go internasional atau mendunia," kata Surya, warga setempat, dengan nada serius.

Buktinya, dikenal oleh pelaut asing, terutama yang kapalnya sandar di Pelabuhan Tanjung Priok. Pelaut ini mencari hiburan malam di Kramat Tunggak.

Baca Juga: Kerajaan Gowa Sulsel Berduka, 'Mendagri' Wafat Dikebumikan di Komplek Makam Raja

Keterangan yang diperoleh POSJAKUT, Kramat Tunggak dulunya adalah tempat penampungan Pekerja Seks Komersial (PSK) -- nama lain WTS -- hasil operasi dari sejumlah tempat.

Oleh Gubernur Ali Sadikin waktu itu, para "wanita malam" Kota Jakarta ini dibuatkan satu komplek di Kramat Tunggak, lalu di bawah pengawasan dan pembinaan Dinas Sosial, atau Sudin Sosial di tingkat Kota Jakarta Utara.

Baca Juga: Berwisata Sejarah ke Museum Bahari Jakarta Utara, Ada Koleksi Kapal dan Perahu Tradisional Nusantara

Selain komplek prostitusi, Pemrov DKI Jakarta juga membangun fasilitas pendukung lain. Seperti Panti Pendidikan Wanita (P2W), tempat latihan dan pembekalan keterampilan. 

Tujuannya, sebagai modal atau bekal jika nanti insyaf dan kembali ke masyarakat. Sayangnya, program ini terkesan tidak efektif. 

Baca Juga: Tanggul di Pulau Kelapa Roboh, Sudin SDA Jakut Susun Ulang Kubus yang Berserakan

Sebab, banyak yang sudah pulang kampung, tapi balik lagi ke Kramat Tunggak berprofesi WTS karena mengaku tak bisa hidup di kampung.

Tapi di tangan Gubernur DKI Jakarta (ketika itu) Sutiyoso (Bang Yos), di lahan tempat "jin buang anak" bahkan "jin bikin anak" ini, disulap jadi Mesjid Raya Jakarta Islamic Center" -- seperti sekarang ini.

Baca Juga: Masjid Al Alam Si Pitung di Marunda Jakarta Utara, Ada Sumur Air Tawar Padahal Dekat Laut, Koq Bisa Ya?

Dalam proses pembebasan lahan, tak sedikit yang mengambil keuntungan pribadi. Banyak oknum Pemkot Jakarta Utara terlibat, dan harus "mondok" di penjara karena korupsi ganti rugi Kramat Tunggak.

Sementara para mantan Pekerja Seks Komersial (PSK) -- nama lain dari WTS, juga para germo (pengasuh, mami, pengelola, ibu asuh), lalu dialihprofesikan.

Bahkan ada dipulangkan ke kampung masing-masing. Mereka diberi keterampilan dan sebagainya, sebagai modal kembali ke masyarakat.

Baca Juga: Jaksa Penuntun Umum Tolak Seluruh Eksepsi Putri Candrawathi Sambo

Di sanalah POSJAKUT, Jumat 18 Februari 2022, menumpang sholat jamaah Dhuhur. Dulunya ada dua komplek, sekarang jadi satu dan bagian dari halaman mesjid.

Sementara di sebelah JIC ini, masih berdiri kokoh RS Pelabuhan. Sementara di kiri-kanan dan sekelilingnya, sudah dipenuhi bangunan. Dari rumah tinggal, ruko, hingga mal.

Baca Juga: Rumah Si Pitung di Marunda Jakarta Utara, Ternyata Dibangun Haji Safiuddin Suku Bugis Makassar

Masjid JIC tak bisa lepas dari jasa Pak Sutiyoso (Bang Yos), Gubernur DKI Jakarta saat itu. Terima kasih Bang Yos, Anda telah menyulap daerah prostitusi menjadi daerah "prosurgawi". Keren...!!.***

 

Editor: Nur Aliem Halvaima


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x