POSJAKUT – Rektor Universitas Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung Prof Dr Mahmud M.Si. CSEE mengungkapkan, banyak lembaga pendidikan Islam di dunia yang bertumbangan karena mereka tak menguasai teknologi.
Di Indonesia, kata Rektor Universitas Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung Prof Dr Mahmud M.Si sejumlah pesantren yang notabene merupakan kembaga pendidikan Islam kondisinya statis dan begitu-begitu saja karena mereka tak memiliki penguasaan terhadap teknologi.
“Jadi sebuah lembaga pendidikan Islam kalua mau bertahan, mau berumur panjang, dan mau maju, pengelolanya harus mau beradaptasi dengan teknologi,” tegas Mahmud saat memberi kuliah umum pada Yayasan Attaqwa bersama Sekolah Tinggi Agma Islam (STAI) Attaqwa Bekasi di Aula Serbaguna Sabtu 12 Februari 2022.
Baca Juga: Polemik Penambangan di Desa Wadas Disertai Kekerasan Diawal SK IPL Gubernur, Ini Kronologi Versi NU
Prof Mahmud yang kelahiran Bekasi 10 April 1962 itu sempat menceritakan pengalamannya awal-awal menjabat sebagai rektor UIN Bandung. Saat itu sebagian besar pekerjaan di kampusnya masih dilakukan secara manual.
“Komputer yang kita miliki saat itu hanya 150 unit, sedangkan untuk bisa setara dengan universitas-universitas lainnya minimal kita butuh 600-an unit komputer. Akhirnya saya pun harus berani memotong sejumlah anggaran unit hanya untuk membeli komputer,” kata Mahmud.
Baca Juga: Tampil Dengan Konsep Segar dan Unik, STAYC Buat Penggemar Antusias
Menurut Guru Besar Madya Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung itu, Attaqwa memang sudah lama dikenal dan bahkan menjadi sentra agama Islam di Kota dan Kabupaten Bekasi. Semua umat Islam disini mengakui itu.
Persoalannya beranikah Attaqwa keluar dari zona nyaman itu agar bisa bertahan dan berumur panjang di tengah tantangan teknologi saat ini. Mahmud berharap penguasaan terhadap teknologi harus betul-betul dibuka agar tidak menjadi asing memasuki era 4.0.
Baca Juga: Aktor Senior Song Kang Ho Siap Main di Film Kim Jo WoonSpiderweb* Mulai Syuting Maret 2022
“Kirim lulusan terbaik STAI Attaqwa untuk kuliah di UIN Bandung dan ambil jurusan IT. Masukkan anak-anak ke Fakultas Saintek agar mereka nanti setelah lulus bisa mengabdi di Attaqwa,” tuturnya.
Kepada pengelola STAI Attaqwa dia mengingatkan untuk segera membangun satu tim kerja yang kuat (team work) yang solid. Berikan kepercayaan kepada masing-masing kepala bidangnya agar mereka punya kebanggaan dan professional pada bidangnya sendiri-sendiri.
Seperti diketahui, pada kuliah umum Yayasan Attaqwa bersama STAI Attaqwa bertema Peningkatan Mutu Tata Kelola Pendidikan Islam di Era Digital itu dilakukan penandatanganan MoU dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dengan memberikan beasiswa bagi siswa terbaik di Attaqwa untuk kuliah di UIN Bandung.
Selain itu, juga dilakukan peluncuran kumpulan cerpen. Kumpulan cerpen yang ditulis oleh sejumlah mahasiswi STAI Attaqwa itu dikemas dalam sebuah buku berjudul Beautiful Mirror.
Sebelumnya Ketua Yayasan Attaqwa, KH. Irfan Mas’ud, Lc., M.A. mengatakan adaptasi menjadi cara lembaga agar bisa berkembang. Selain adaptasi juga tak kalah penting adalah identitas dari lembaga itu sendiri.
“Identitas terdiri dari nilai dan tujuan. Bagaimana Attaqwa dapat terus bermanfaat buat masyarakat secara luas,” kata Irfan Mas’ud.
Baca Juga: LANGGAM JAKARTA: Masjid Perahu Destinasi Wisata Relegi Tersembunyi di Pusat Kota Megapolitan Jakarta
Pada kesempatan yang sama Ketua STAI Attaqwa Dr. M. Abid Marzuki mengemukakan bahwa kuliah umum ini bertujuan untuk memberikan inspirasi bagi semua. Dengan hadirnya Rektor UIN Bandung dan jajarannya, diharapkan memberikan inspirasi bahwa orang Bekasi terutama Attaqwa bisa maju asalkan punya mimpi.
“Al-maghfurlah KH Noer Ali dengan keterbatasannya mmembut lembaga pendidikan. Padahal al-maghfurlah tidak pernah sekolah formal. Yang dimiliki pendiri yayasan Attaqwa saat itu adalah mimpi memiliki lembaga formal yang besar seperti Al-Azhar,” katanya.
Mimpi itu kata Abid Marzuki diwujudkan dengan membentuk lembaga yang sekarang ini bernama Attaqwa. Sudah seharusnya generasi penerus mampu melanjutkan mimpi Al-maghfurlah itu. ***
Artikel Rekomendasi