SOSOK LEGENDARIS : Sebelum Sukses Jual Coto Makassar di Bogor, Daeng Tona Pernah Jadi Preman. Begini Kisahnya!

8 Februari 2022, 19:10 WIB
Daeng Tona dan Coto Makassar di Bogor /Nur Aliem Halvaima/Foto kolase : Yusran & Nur Terbit / PosJakut

POSJAKUT - Kalau Haji Daeng Laddu berkiprah di Jakarta Utara DKI Jakarta, maka Daeng Tona pengusaha kuliner UMKM satu ini justeru memilih Kota Hujan Bogor, Jawa Barat. 

Beda lokasi Medan perjuangannya, tapi sama dalam memilih jenis kuliner. Sama-sama kuliner khas : Coto Makassar dari Sulawesi Selatan.

Namanya Daeng Tona. Memilih menjual Coto Makassar dengan menggelar "lapak" di daerah Bogor, Jawa Barat.

Baca Juga: SOSOK LEGENDARIS : Mengenang Haji Daeng Laddu, Peracik Kuliner Coto Makassar dari Kota Pare-pare Sulsel

Saya mengenal Daeng Tona, karea beliau adalah langganan teman saya Yusran Darmawan, seorang blogger, penulis buku dan peneliti alumni Universitas Hasanuddin Makassar.

"Dia selalu tersenyum lebar setiap kali saya singgah di kedainya. Wajahnya yang sangar sontak berubah karena seulas senyum itu. Dia dipanggil Daeng Tona. Dia seorang pemilik warung Coto Makassar di kota Bogor," kata Yusran, itu juga dia tulis di laman akun facebooknya.

Baca Juga: Ikut Majelis Taklim, Koq Laki-laki Ada Di Antara Ibu-ibu? Ini Penjelasan Amin Idris, Pengurus BKMT Jawa Barat

Warungnya tak seberapa luas. Hanya muat beberapa orang. Itu pun selalu berpindah-pindah. Tapi selalu di seputaran Jalan Ahmad Yani, Bogor. Biarpun sederhana, warungnya punya magnet yang sangat kuat.

Hampir semua warga Bugis Makassar di Bogor tahu di mana warungnya. Rasa cotonya original. Mereka yang lama di Makassar hanya butuh mencicipi setengah sendok kuah, langsung tahu kalau cotonya memang nikmat.

“Lama mi kita nda datang dii,” sapa Daeng Tona. Yusran mengangguk. Lalu mereka berdua ngobrol banyak hal. Bagi pemilik blog Timur-Angin ini, mengobrol dengan Daeng Tona, katanya, senikmat mencicipi cotonya.

Baca Juga: TAUSIYAH : Tentang Timbangan Akhirat

Kalau Daeng Laddu di Tanjung Priok berasal dari Pare-Pare, maka Daeng Tona ini mengaku berasal dari Takalar, Sulsel. 

Kota Pare-Pare letaknya ke arah Utara Kota Makassar sekitar 150 kilometer. Kabupaten Takalar sebaliknya ke arah Selatan, melewati Kabupaten Gowa.

Daeng Tona mengaku datang ke Jakarta hanya dengan baju melekat di badan. Luar biasa. Maksudnya luar biasa nekatnya hehe...

 Baca Juga: Sandiaga Uno : Bazaar Sembako Murah Solusi Kebutuhan Masyarakat Mahalnya Harga Kebutuhan Pokok

Dia merasa tak punya keahlian apa-apa. Tapi Daeng Tona merasa punya nyali dan keberanian seorang anak muda Makassar yang lihai memainkan badik dan berkelahi.

Dia lalu menjadi preman. Mengandalkan otot dan nyali.

Kariernya menanjak ketika dipercaya seseorang untuk menjadi pengawal pribadi. Kebetulan, orang itu tinggal di Jalan Ahmad Yani, Bogor.

 Baca Juga: HUMOR NETIZEN : Mobil Pak RW dan Rumah Sakit Gila

Sering Daeng Tona diminta ke Bogor untuk mengawal. Saat itulah dia ingin mencicipi coto, namun tidak menemukan satu pun warung coto di kota hujan.

Dia lantas berpikir kalau dirinya bisa berdagang coto di Bogor. Dia yakin ada banyak orang Bugis Makassar yang hilir mudik di Bogor, dan ingin mencicipi coto.

Apalagi, dia punya kemampuan memasak coto yang didapatnya secara genetis. Mulai dari kakek hingga bapaknya adalah pemilik warung coto.

 Baca Juga: TAUSIYAH : Hari Berhisab Saat Manusia Keluar dari Kubur

Bahkan bapaknya dulu pernah membuka warung coto yang terkenal di Makassar yakni Warung Coto Gumer, singkatan dari Jalan Gunung Merapi, lokasi warung itu berdiri. 

"Keluarganya di Takalar, Gowa, hingga Makassar pun banyak yang membuka warung coto," begitu cerita Daeng Tona kepada Yusran, dikutip kembali POSJAKUT, Selasa 8 Februari 2022.

 Baca Juga: Akhirnya Sule Jenguk Tukul Arwana, Begini Kondisi Terakhir Komedian 'Empat Mata' Itu!

Berkat pinjaman uang dari bosnya, Daeng Tona nekat membuka lapak coto di Jalan Ahmad Yani Bogor. Dia masih hafal tanggal dia membuka warung yakni 14 September 1992.

“Kalau satu bulan nda ada yang singgah makan, saya mau berhenti. Mauka jadi preman lagi,” katanya.

Mulanya, beberapa orang Makassar singgah makan. Mereka lalu merekomendasikan ke rekannya. Warungnya mulai populer di kalangan Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS). 

 Baca Juga: Akun Twitter Presiden Jokowi Banjir Cuitan Terkait Kasus Tanah, Urusan Sertifikat, Warga: Tolong Kami Pak!

Dia mulai sering diminta menyediakan kuliner dalam acara resmi KKSS di Kota Bogor.

Daeng Tona berhenti jadi preman dan pengawal pribadi. Dia menemukan masa depannya di warung coto. Dia mulai merekrut karyawan.

Bahkan ketika dia jadi pemilik warung, dia sendiri yang meracik bumbu, memotong daging, dan melayani pelanggannya. Dia membangun kedekatan melalui obrolan-obrolan khas Makassar.

 Baca Juga: Raffi Ahmad dan Kaesang Pangarep, Dua 'Sultan' Pemilik Club Sepak Bola Terjunkan 'Perajurit' di Lapangan Hijau

Pernah ke warungnya, begitu cerita Yusran, dan dilayani anak buahnya yang asli Bogor. Saat coto dihidangkan, kok rasanya aneh? Sejak saat itu Yusran selalu minta agar Daeng Tona yang mengolah hidangan.

Rupanya banyak yang punya pengalaman seperti Yusran. Makanya, Daeng Tona selalu turun tangan untuk meracik bumbu dan melayani pelanggan.

Daeng Tona memang punya sentuhan yang berbeda. Dalam sentuhan jemarinya, dia bisa mengenali rasa, rahasia, dan kode-kode DNA ternikmat dari setiap kuliner. Makanya, apa pun yang dia sentuh, selalu terasa nikmat. Dia seorang maestro kuliner.

 Baca Juga: Mampir di Markobar Cikini Jakarta Pusat, Usaha Kuliner Putra Bungsu Presiden Jokowi, Sang Pisang!

Saking populernya namanya, ada satu warung coto di Jalan Ahmad Yani Bogor yang menamai warungnya Daeng Tona.

“Pernahka datang pasimbung. Bikin kacau. Kulempar kursinya gara-gara napake namaku,” katanya. Harusnya, dia mematenkan namanya. Minimal orang yang memakai namanya harus membayar royalti.

Namun, kuliner adalah soal rasa. Anda bisa mengklaim satu merek, tapi lidah tak bisa dibohongi. Di mana pun Daeng Tona pindah, orang akan tetap mendatanginya. Orang akan tahu mana asli dan mana palsu.

 Baca Juga: Akun Twitter Presiden Jokowi Banjir Cuitan Terkait Kasus Tanah, Urusan Sertifikat, Warga: Tolong Kami Pak!

Daeng Tona kini mengembangkan usaha kulinernya. Lokasinya di Jalan Pandu Raya, tidak seberapa jauh dari lokasi lama. Warungnya lebih luas. Di sebelahnya ada restoran khas Makassar yakni Balla Baraka.

Ada panggung disiapkan untuk seni yang backdropnya bergambar Sultan Hasanuddin.

“Sering-sering datang dii,” katanya kepada langganan setianya, siapa lagi kalau bukan Yusran.

 Baca Juga: La Piazza, Tempat Kuliner Asyik di Kelapa Gading

“Iye Daeng. Adapi rejeki lagi,” jawab Yusran.

“Biar nda ada uangta datangki saja. Kalau untuk kita gratis. Kan mahasiswa ji toh?”

Dia mengira Yusran masih seorang mahasiswa. Padahal, dia biangnya mahasiswa. Dosen dan peneliti alumni Unhas Makassar hehe..***

 

Editor: Nur Aliem Halvaima

Tags

Terkini

Terpopuler