Para Ahli dari AS Ungkapkan Skenario Jika Perang Nuklir Benar-benar Terjadi antara Barat dan Rusia

- 20 Februari 2022, 20:00 WIB
Ilustrasi ledakan bom atom atau nuklir yang disebut setara dengan senjata sakti di kisah Mahabharata.
Ilustrasi ledakan bom atom atau nuklir yang disebut setara dengan senjata sakti di kisah Mahabharata. /Pixabay/CristianIS /

Seperti Kristensen, Wilson menjelaskan bahwa jika perang konvensional dengan senjata nuklir benar-benar pecah, itu akan berakhir dengan malapetaka.

"Para peneliti memperkirakan bahwa 'perang nuklir regional', katakanlah, beberapa ratus senjata ledakan rendah yang dipertukarkan antara India dan Pakistan, dapat menyebabkan kematian miliaran orang di seluruh dunia, karena efeknya pada produksi pangan global," jelas Wilson. "Jadi, ya, itu tidak akan baik."

Sejak Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshoma pada tahun 1945, para intelektual dari sejumlah disiplin ilmu telah menganjurkan pemerintah dunia sebagai alternatif dari kemungkinan bencana nuklir.

Baca Juga: Fitur Facial Recognition Gagal Lindungi Privasi Pengguna, Meta Digugat Kejaksaan Agung Texas

Andreas Bummel, salah satu pendiri dan direktur kampanye internasional untuk Majelis Parlemen PBB dan Demokrasi Tanpa Batas, telah membuat argumen semacam itu juga, mengatakan kepada Salon bahwa tidak ada kebijakan nasional yang dapat sepenuhnya menghilangkan ancaman tersebut.

"Satu-satunya cara adalah institusional dan struktural dengan menciptakan sistem keamanan kolektif internasional yang dapat diterapkan yang tidak hanya didasarkan pada penghapusan total WMD (senjata pemusah massal) tetapi juga perlucutan senjata konvensional secara radikal," kata Bummel.

"Menyiapkan kapasitas PBB untuk intervensi cepat dan badan serta prosedur pengambilan keputusan yang demokratis," jelasnya melalui email. Ia menambahkan bahwa "diragukan" apakah ini bisa terjadi dengan cara yang berarti "sementara kekuatan nuklir utama adalah otokratis dan kediktatoran satu partai."

Kristensen menawarkan beberapa alternatif yang tidak terlalu luas.

"Perjanjian pengendalian senjata untuk mengurangi jumlah dan peran senjata nuklir," kata Kristensen kepada Salon. "Perjanjian manajemen krisis untuk mengurangi peluang dan risiko kesalahpahaman dan reaksi berlebihan. Dan perubahan dalam kebijakan nasional sehingga negara-negara menahan diri untuk tidak mengambil tindakan agresif. Semua ini membutuhkan kemauan politik untuk berubah."

Halaman:

Editor: Abdurrauf Said

Sumber: Salon The Bulletin


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini