Para Ahli dari AS Ungkapkan Skenario Jika Perang Nuklir Benar-benar Terjadi antara Barat dan Rusia

- 20 Februari 2022, 20:00 WIB
Ilustrasi ledakan bom atom atau nuklir yang disebut setara dengan senjata sakti di kisah Mahabharata.
Ilustrasi ledakan bom atom atau nuklir yang disebut setara dengan senjata sakti di kisah Mahabharata. /Pixabay/CristianIS /

Baca Juga: Hizbullah Berhasil Memata-matai Israel Menggunakan Drone dengan Selamat

Namun Kristensen mengatakan ia tidak percaya konflik Ukraina saat ini kemungkinan akan menjadi perang nuklir. Ia bukan satu-satunya ahli senjata nuklir yang merasakan hal itu.

"Pertama, ada sedikit kemungkinan hal itu terjadi kecuali beberapa kesalahan perhitungan besar-besaran, kecelakaan, atau eskalasi konflik di sana," ujar Geoff Wilson, direktur politik Council for a Livable World, sebuah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk menghilangkan senjata nuklir dari gudang senjata Amerika. Via email ke situs web Salon.

Ukraina bukan bagian dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan, dengan demikian, Amerika Serikat tidak berkomitmen untuk menggunakan militernya jika kedaulatan Ukraina dilanggar.

Sementara pembuat kebijakan Amerika dapat memberikan bantuan materi dan menghukum Rusia melalui sanksi, kecil kemungkinan mereka akan mengambil risiko perang terbuka.

Konon, kekuatan nuklir dunia yang, selain Amerika Serikat dan Rusia, juga mencakup China, India, Israel, Prancis, Korea Utara, Pakistan, dan Inggris masih memiliki persenjataan yang sangat luas.

Selain itu, Presiden Donald Trump telah mengawasi pengembangan senjata baru seperti hulu ledak nuklir berdaya rendah W76-2. Dengan demikian, kemungkinan perang nuklir selalu tetap ada.

Baca Juga: Saling Sikut, Antony Blinken dan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Menjadi Sorotan di Sidang Dewan Keamanan PBB

"Fakta bahwa Amerika Serikat telah mulai mengembangkan senjata ini lagi adalah gila, dan itu mengirimkan pesan yang sangat buruk ke seluruh dunia ketika kami telah mendorong negara-negara untuk mengakhiri proliferasi nuklir dan mengurangi ukuran dan ruang lingkup persenjataan nuklir untuk lama sekali," jelas Wilson.

“Terlebih lagi, itu (pengembangan hulu ledak nuklir) mengirimkan sinyal berbahaya kepada musuh kita bahwa kita berpikir senjata nuklir taktis kembali penting lagi, dan kemungkinan akan memberi sinyal kepada mereka bahwa mereka harus mengikutinya.”

Halaman:

Editor: Abdurrauf Said

Sumber: Salon The Bulletin


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah