BERBAGI CERITA: Orang Bekasi Liburan ke Jakarta (4/Selesai)

8 Maret 2022, 08:00 WIB
Hati rasa plong saat tiba di tujuan utama kami, Masjid Al Azhar/abubagus-aminidris /aminidris/

Catatan Amin Idris (wartawan senior)

POSJAKUT -- Destinasi akhir perjalanan kami adalah Al Azhar. Ya Allah bukakanlah pintu rahmatmu buat kami. Langkah kanan menapaki karpet masjid berwarna hijau. Cessssss … damai hati kami. Terbayar lelah kami. Segar terasa tubuh kami.

Saat itu masih sekitar 20 menit menjelang waktu magrib. Beberapa orang sudah ada di dalam. Masing-masing membaca Alquran,
Satu dua bermunajat dengan khusuk. Tak ada suara sama sekali. Sunyi, tenang, damai, nyaris tak ada suara apa-apa.

Suasana begini dari dulu sudah begini. Saat masuk waktu pengeras suara baru dihidupan untuk azan. Usai azan, dimatikan. Jadi tidak ada “hingar binger” yang mengganggu telinga Menteri Yaqut.

Masjid Agung Al-Azhar terletak di kompleks sekolah Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

-Baca Juga: BERBAGI CERITA: Orang Bekasi Liburan ke Jakarta

Masjid ini mulai dibangun pada 1953 atas prakarsa sejumlah tokoh partai Masyumi dan selesai dibangun 1958. Imam masjid pertamanya adalah Buya Hamka.

Kalau Anda saat ini berusia 60 atau 70 tahun pasti tahu bagaimana Partai Masyumi berjaya. Partai ini menjadi pilar kekuatan politik umat Islam modernis.

Tokoh-tokohnya antara lain Mohammad Natsir. KH Noer Alie yang dikenal sebagai pahlawan dari Bekasi, salah satu kader partai ini.

Nama Al-Azhar disematkan oleh Imam Besar Mahmud Syaltut saat berkunjung pada 1960.

Penamaan ini merujuk pada pencapaian imam besar masjid, Abdul Malik Karim Amrullah aliasHamka, seorang ulama dan aktivis Islam yang dianugerahi gelar doktor kehormatan oleh Universitas Al-Azhar, Mesir.

Masjid Agung Al-Azhar pernah menyandang status sebagai masjid terbesar di Jakarta sebelum pembangunan Masjid Istiqlal selesai pada 1978.

Baca Juga: HADITS SHAHIH: Selain Berbuat Baik, Kita Memiliki Kewajiban Lain kepada Tetangga Lho! Apa Kata Ustadz Firanda

Dalam perkembangannya, masjid ini menjelma menjadi kompleks lembaga pendidikan, termasuk di dalamnya Universitas Al Azhar Indonesia.

Bagi saya, masjid ini punya jejak sejarah. Tahun 1984, saya pernah mondok di sini dua malam tiga hari. Saat itu saya ikut Sipenmaru, tesnya di SMA 6. Di sini saya belajar dan tidur. Paginya test. Kalau sekarang gak mungkin lagi. Karena jika malam tiba, masjid ditutup.

Ketika awal dioperasikan Trans Jakarta, saya dan anak-anak saya mencobanya dari Stasiun Kota sampainya di sini. Main di taman dan sholat.

Kini giliran MRT destinasi saya di sini juga. Jakarta memang berkembang, tumbuh bersama majunya zaman.

Pada tahun 1980-an sampai meletus peristiwa berdarah di Tanjung Priok, masjid ini punya andil politik yang kental. Berbagai aksi digelar di sini.

Tokoh-tokoh aksinya saat itu antara lain Tony Ardi, Abdul Qodir Jaelani, Ahmad Sumargono, Sarifin Maloko, MS. Suhadi dan masih banyak lagi orator-orator politik yang basisnya dari sini.

Karena well-management, gak ada tuh label radikal pada masjid ini. Tidak juga ada yang mengusiknya sebagai sarang intoleran. Semua itu karena takmir masjidnya pandai memainkan peran.

-Baca Juga: BERBAGI CERITA: Orang Bekasi Liburan ke Jakarta (3)

Al hasil, sore itu saya menikmati senja di taman masjid yang indah. Tata cahaya membuat masjid ini begitu anggun. Dan enak untuk berswaphoto.

Tamannya bersih. Tidak rimbun tapi artistic. Beberapa keluarga menghabiskan waktu antara maghrib dan isya sambil bercanda dan kongkow-kongkow. Layaknya orang piknik saja.

Tidak ada tukang jajanan di sini. “Pengelolanya tegas pak, karena kalau dibiarkan jadi kumuh,” kata penjaga.

Sudah lama tukang jajanan di masjid ini diarahkan ke kantin di sayap timur masjid. Jenis jajanan yang dijual juga diseleksi ketat. Dan satu hal yang terpenting, mereka harus bersih, tertib, rapih dan ikut aturan disiplin masjid.

Dari Aula Buya Hamka, aroma sedap malam merebak. Harum menghampiri penciuman orang yang selesai sholat.

Oh, rupanya ada beberapa tangkai bunga segar teronggok, sisa dari ruang pesta pernikahan tadi sore.

Dari ruangan Buya Hamka yang disewakan, masjid ini memperoleh biaya operasionalnya. Tapi tak sampai membuatnya dijuluki terbalik, masjid tempat pesta nikah (selesai)***

 

Editor: Ramli Amin

Tags

Terkini

Terpopuler