HADITS SHAHIH: Selain Berbuat Baik, Kita Memiliki Kewajiban Lain kepada Tetangga Lho! Apa Kata Ustadz Firanda

- 7 Desember 2021, 08:00 WIB
Ustadz Firanda Andirja jelaskan alasan teman dekat tiba-tiba menjauh.
Ustadz Firanda Andirja jelaskan alasan teman dekat tiba-tiba menjauh. /Tangkapan layar Youtube Ustadz Firanda Andirja.

 

POSJAKUT – Barang siapa berbuat baik kepada tetangganya, maka dia akan mendapatkan pahala yang besar, dan barang siapa yang berbuat buruk kepada tetangganya akan mendapat dosa besar.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhudhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu Wailaihi Wassalam bersabda:
وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ قَالُوا: وَمَا ذَاكَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: الْجَارُ، جَارٌ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ
“Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman.” Para sahabat bertanya, ‘Siapa itu wahai Rasulullah?’. Beliau Shalallahu Wailaihi Wassalam bersabda, ‘Seorang tetangga yaitu orang yang tetangganya tidak pernah aman dari gangguannya’.
"Diantara perbuatan baik yang bisa dilakukan terhadap tetangga sedikitnya karena termasuk hak- hak tetangga, antara lain menjawab salam dan memenuhi undangan jika diundang," ujar ustadz Firanda Andirja, seperti dikutif dari bekasihikmah.com.
Jika seseorang diundang untuk diajak makan oleh tetangganya, maka hendaknya dia memenuhi panggilannya tersebut selama dia tidak ada uzur untuk menghadirinya. Meskipun dia adalah seorang yang tergolong miskin, hendaknya dia tidak meremehkan undangannya.
Allah ﷻ telah berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisa’: 36)
Bisa jadi seseorang yang melakukan kebaikan kepada tetangga dengan tidak memenuhi undangannya sekalipun, disebabkan karena sombong. Karena keangkuhannya dia merasa tidak perlu dan tidak pantas untuk memenuhi undangan tetangganya yang tergolong miskin.
Sesungguhnya Allah ﷻ tidak menyukai orang-orang yang memiliki sifat seperti ini.
• Berbuat baik kepadanya.
Berbuat baik kepada tetangga bersifat umum. Apa saja yang menurut ‘urf adalah suatu kebaikan, seperti memberikan senyuman, memberikan hadiah berupa makanan, Perhatian terhadap keluarganya, menengoknya ketika sakit, mencari tahu kondisi dan keperluannya, maka itu adalah kebaikan. Semakin dekat dengan rumah kita, maka semakin utama bagi kita untuk berbuat baik kepadanya.
"Perbuatan ini semata-mata untuk mencari pahala dan menjadi orang yang terbaik di sisi Allah ﷻ. Allah ﷻ memberikan pintu kebaikan kepada setiap muslim, di antaranya adalah dengan berbuat baik kepada tetangga," kata jelasnya.
Bayangkanlah bagaimana perbuatan baik ini diingatkan berulang-ulang oleh malaikat Jibril ‘alaihissalam kepada Nabi Muhammad ﷺ. Bayangkanlah bagaimana sahabat bertanya mengingatkan kepada keluarganya, apakah sudah memberikan hadiah kepada tetangganya seorang Yahudi? Kepada tetangga berupa orang kafir saja, syariat memerintahkan untuk berbuat baik, apalagi kepada tetangga yang merupakan seorang muslim.
• Bersabar atas gangguan tetangga.
Memiliki tetangga yang buruk adalah musibah. Oleh karenanya, dalam suatu hadis Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
تَعَوَّذُوا بِاللهِ مِنْ جَارِ السَّوْءِ فِي دَارِ الْمُقَامِ، فَإِنَّ الْجَارَ الْبَادِي مُحَوَّلٌ عَنْكَ
“Mintalah perlindungan kepada Allah dari tetangga yang buruk di tempat tinggalnya.”
Jika kita memiliki teman yang buruk di dalam safar, mungkin keburukan tersebut akan berlalu setelah safar tersebut berakhir atau beberapa hari setelahnya. Namun, jika yang berbuat buruk adalah tetangga, di mana setiap hari berhubungan kepadanya, tentu saja ini membuat hari-harinya menjadi berat. Oleh karenanya, Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk meminta perlindungan diri kepada Allah ﷻ dari tetangga yang buruk. Rasulullah ﷺ bersabda,
أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيءُ. وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاوَةِ: الْجَارُ السُّوءُ، وَالْمَرْأَةُ السُّوءُ، وَالْمَسْكَنُ الضِّيقُ، وَالْمَرْكَبُ السُّوءُ
“Empat perkara yang termasuk kebahagiaan seseorang, yaitu istri yang salehah, rumah yang luas, tetangga yang baik dan kendaraan yang nyaman. Dan empat perkara yang menajadi kesengsaraan, yaitu tetangga buruk, istri yang tidak salehah, rumah yang sempit dan kendaraan yang tidak nyaman.
Maka dari itu, sudah seharusnya sebagai seorang yang saleh jika memiliki tetangga yang buruk, maka hendaknya dia berusaha untuk bersabar untuk menghadapinya dengan beberharaparap pahala dari Allah ﷻ.
• Mencari tahu kondisinya.
Jika kita mendapati tetangga kita membutuhkan bantuan atau dalam keadaan serba kekurangan, maka hendaknya kita membantunya selama kita mampu. Terkadang dia membutuhkan seseorang yang mau mendengar keluhannya, maka hendaknya kita mendengarkan. Jika dia membutuhkan tenaga dan pikiran kita, maka hendaknya kita membantunya. Ini merupakan hak terhadap tetangga.
• Menutup aib.
Sesama tetangga pasti mengetahui tentang kekurangan satu dengan yang lainnya. Terkadang terjadi keributan pada tetangga kita, maka hendaknya kita bersikap diam dan tidak menceritakannya kepada orang lain. Antara satu tetangga dan yang lain saling mengetahui aib tetangganya, kekurangannya, kemalasannya atau hal-hal yang menjengkelkannya. Jika kita mengetahui aib tetangga kita, maka hendaknya kita cukup mengetahuinya saja dan menyembunyikannya dari orang lain.
• Memberikan hadiah.
Hadiah yang bisa diberikan kepada tetangga bisa bermacam-macam, bisa berupa kue, makanan, atau buku bacaan yang bermanfaat dan lain sebagainya. Tidak perlu mahal, yang penting adalah menjadi pertanda bahwa kita memiliki Perhatian kepada tetangga kita. Seandainya kita sebagai tetangga, tetangga kita memberikan hadiah kepada kita, maka hendaknya kita menerimanya meskipun hadiah itu berupa hal yang ringan.
Oleh karenanya, Rasulullah ﷺ pernah bersabda,
يَا نِسَاءَ الْمُؤْمِنَاتِ، لَا تَحْقِرَنَّ امْرَأَةٌ مِنْكُنَّ لِجَارَتِهَا، وَلَوْ كُرَاعُ شَاةٍ مُحَرَّقٍ
“Wahai para wanita yang beriman, janganlah salah seorang dari kalian meremehkan pemberian tetangganya, meskipun hanya sekedar kulit kambing yang dibakar.”([25])
Apabila kita memiliki tetangga yang miskin yang hanya bisa berbagi masakan kuah yang banyak dengan daging yang sedikit, maka hendaknya kita menerimanya. Paling tidak tetangga kita telah memberikan Perhatian kepada kita dan berusaha memberikan hadiah kepada kita, karena dia telah memiliki niat baik untuk memikirkan kita.
Oleh karenanya, inilah hak-hak terhadap tetangga yang perlu diperhatikan bagi setiap muslim untuk mulai mempraktekkan hal ini. Pintu-pintu kebaikan menuju surga sangat banyak. Seseorang bisa berbagi sedikit hadiah atau kebaikan kepada beberapa rumah atau tetangga yang terdekat dengannya sebagai tanda Perhatian kita kepada mereka sekaligus sebagai bentuk pengamalan dari sunah Nabi Muhammad ﷺ

Editor: Mulya Achdami


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

x