Mengenang WS Rendra, Seniman Diajari Mas Willy Tak Boleh Menyerah Menghadapi Apa Saja

4 November 2022, 06:00 WIB
Sutradara Iwan Burnani Toni (kanan), dan aktor film Eddie Karsito (kiri) di lokasi shooting saat penggarapan film /Nur Aliem Halvaima /Foto : dok Eddie Karsito/Posjakut

POSJAKUT - Penyair dan dramawan almarhum WS. Rendra atau mas Willy, selalu mengajarkan kepada seniman bagaimana mengolah daya hidup dan daya cipta. Walaupun miskin tetap gagah dan terus berkarya. 

"Tidak boleh menyerah menghadapi apa saja,” ujar Iwan Burnani Toni, Sutrada film "Bunga Semerah Darah" (BSD) yang diadaptasi dari karya WS Rendra, 

Pernyataan tersebut disampaikan Iwan Burnani Toni kepada Eddie Karsito, wartawan dan seniman, saat dijumpai di Sanggar Humaniora, Kranggan Permai, Jatisampurna Kota Bekasi, Senin 31 Oktober 2022 lalu.

Baca Juga: Mengenang WS Rendra dan Bengkel Teater, Digelar Baca Puisi, Pemutaran Film 'Bunga Semerah Darah' di TIM

Ada hubungan timbal balik antara seni dan daya hidup. Seni yang dihayati memiliki daya gerak; daya tumbuh; daya dobrak; spirit yang memusat. 

Bagai titik api yang menghasilkan levitational force (magnet) dari kekuatan fundamental alam semesta.

“Inilah yang diajarkan mas Willy (WS. Rendra)," kata Iwan, jelang acara "Mengenang WS Rendra dan Anak Bengkel Teater yang Sudah Berpulang" di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya 73 Jakarta Pusat, Jumat 11 November 2022.

Baca Juga: Pegiat Kesenian 'Berseteru' dengan DKJ, Diduga Ada Manipulasi Pelaksana Musyawarah Kesenian Jakarta 2022

Menurut Iwan, seseorang yang menghayati dan mempraktikkan seni dengan passion dan kehadiran diri yang penuh dalam laku seninya, akan mengalami antusiasme dan gairah yang membuat hidupnya lebih hidup. 

“Karya seni, aktivitas seni, dan konsep seni yang secara langsung maupun tidak, membangkitkan daya hidup. Minimal bagi si pelakunya,” kata salah satu pendiri Bengkel Teater Rendra ini.

Ajaran guru WS. Rendra inilah yang menjadi spirit dan terus dimuarakan; “hadir dan mengalir” tanpa berlindung di balik lembaga dan nama besar seorang Rendra.

Baca Juga: Pegiat Kesenian Jakarta, Tolak Musyawarah Kesenian 2022 yang Mau Digelar DKJ

“Ada satu pesan buat aku. Lompati kepala saya. Kamu harus berkarya sendiri di luar. Teruskan ajaranku kalau aku sudah meninggal. Jangan bawa-bawa nama Bengkel Teater Rendra. Kamu bisa meneruskan karya-karyaku," kata Rendra.

"Contohlah kakak-kakakmu, seperti Teguh Karya, Chairul Umam, Arifin C. Noer, Adi Kurdi, Putu Wijaya, dan yang lainnya. Mereka sudah berkarya di luar bengkel teater,” tutur Iwan mengenang pesan WS. Rendra.

Willy! Demikian ia kerap disapa murid-murid dan kerabat dekatnya. Geraknya lincah energik. Kata-katanya tajam resap. Hadir, mengalir, meruang dan mewaktu. Menggelorakan jiwa muda dan mengendapkan jelaga-jelaga. 

Baca Juga: Semua Seniman Dilibatkan Dalam Proyek Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) Bersama Dinas Kebudayaan

Hidupnya penuh prestasi dan sensasi. Tak kenal kompromi. Bergerak aktif dari orde ke orde dalam pergulatan dialektik. Cendikiawan, dramawan, budayawan, pujangga, bahkan pemimpin kaum urakan.

Itulah WS. Rendra, yang spiritnya tak pernah padam. Eksistensinya dikenang dalam impresi dan histori bertajuk “Hadir dan Mengalir” yang akan digelar di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Jum’at, 11 November 2022 mendatang.

Acara ini sekaligus mengenang para pejuang kesenian, anggota Bengkel Teater Rendra yang telah berpulang. 

Antara lain; WS. Rendra, mama Sunarti Swandi, Ken Zuraidah, LiLy Suardi (Hidayati Aisyah), Areng Widodo, Adi Kurdi, Radhar Panca Dahana, mbah Surip, dan anak-anak bengkel lainnya yang telah berpulang.

Baca Juga: Dari 307 Puisi yang Dilombakan, Ini Dia Juara 'Cipta Puisi Bengkel Deklamasi 2021' di TIM Jakarta

Acara ‘Hadir dan Mengalir’ ditandai dengan pembacaan sajak-sajak Rendra oleh sejumlah seniman.

Antara lain; Iwan Burnani Toni, Yahyah Rudy, Jose Rizal Manua, Tio Pakusadewo, Eddie Karsito, Joind Bayuwinanda, Vonny Anggraeni, Widi Dwinanda, dan seniman lainnya.

Di acara ini sekaligus penayangan perdana Film Teater ‘Bunga Semerah Darah’ yang disutradarai Iwan Burnani Toni. 

Ceritanya ditulis WS. Rendra tahun 1950, ketika masih duduk di bangku kelas 2 SMP. Namun ceritanya masih cukup relevan dengan kondisi sosial masyarakat saat ini. ***

 

Editor: Nur Aliem Halvaima

Tags

Terkini

Terpopuler