Dirjen Diksi Sebut 4 Soft Skills Ini yang Harus Dimiliki Lulusan Vokasi

27 November 2021, 13:24 WIB
Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto, saat memberikan keynote speech /Tety Polmasari


PosJakut -- Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek (Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi), Wikan Sakarinto, menyampaikan, pendidikan vokasi harus membentuk lulusan yang bisa menjadi wirausahawan mandiri dan tangguh sehingga mereka mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Karena itu, ia mengingatkan lembaga pendidikan vokasi tidak hanya sekadar fokus pada keahlian teknis (hard skill). Tetapi juga harus memperhatikan keahlian non-teknis (soft skill).

Ada 4 soft skills yang harus dimiliki lulusan vokasi. Yaitu, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja dalam target, kemampuan bekerja secara team work, kemampuan berpikir kritis, dan tidak mudah bosan dan menyerah dalam berkarya.

Baca juga: Kejari Jepara Kembalikan Uang Negara Rp939,9 Juta Hasil Pinjaman Fiktif dari Mitra LPDB KUMKM

Sistem pendidikan, katanya, bukan sekedar mengandalkan ijazah atau sertifikat, tapi juga bagaimana menciptakan lulusan yang kemampuan soft skill dan hard skill sama-sama kuat.

"IPK penting di awal saat mencari kerja, setelah masuk kerja IPK itu masuk laci. Tidak ada efeknya IPK. Ini IPK rendah atau tinggi, tapi lebih ke masalah kompetensi," tegasnya.

Ia menyampaikan itu saat menjadi keynote speaker webinar nasional bertajuk “Peningkatan produktifitas dan daya saing UMKM melalui standarisasi dan ekosistim Pasar Digital (Padi) pasca UU Cipta kerja”, Sabtu, 27 November 2021.

Seminar ini diadakan oleh Program Vokasi Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI. Dihadiri lebih dari 350 peserta dan perwakilan mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

Baca juga: Sering Timbulkan Perselisihan, Ini yang Dilakukan Wanita PERSAHI Terkait Hukum Waris

Seminar ini menghadirkan pembicara Wakil Rektor II Institut STIAMI Dr. Daryanto Hesti Wibowo, SE., MA., Ak, CA.A.CPA, Sherly Annavita Rahmi, S.Sos., MSIPh, Millenial Influencer & praktisi pendidikan, serta Khisi Armaya Dhora SIA, BKP, ADIT, seorang expert consultant.

Wikan melanjutkan, selama ini yang banyak dikeluhkan oleh industri yaitu kurangnya soft skills. Kurangnya kemampuan komunikasi lisan dan tertulis. Padahal kemampuan ini sangat diperlukan saat berkirim surat ataupun presentasi.

"Ini yang sering dikeluhkan oleh dunia kerja, bagaimana kita akan berkomunikasi ke segmen pasar tentang produk kita, bagaimana supaya konsumen tidak mudah bosan dan komplain. Ini yang harus menjadi pertimbangan kita," lanjutnya.

Baca juga: BNPB Ajak Akademisi dan Dunia Usaha Latih UMKM Terdampak Bencana

Ia juga mengingatkan sinergi antara pendidikan vokasi dan industri amat penting dalam peningkatan kapasitas serta kualitas SDM yang dihasilkan. Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah penguatan konsep link and match kepada pelaku industri.

"Target 100 tahun Indonesia merdeka kita akan mencapai top 5 besar negara maju dan PDB terbesar dunia. Motornya apa, yaitu bonus demografi yaitu generasi milenial dan usia produktif. Dan, ini yang harus ditingkatkan kapabilitas dan kapasitasnya," katanya.

webinar nasional bertajuk “Peningkatan produktifitas dan daya saing UMKM melalui standarisasi dan ekosistim Pasar Digital (Padi) pasca UU Cipta kerja" Tety Polmasari

Membantu UMKM bangkit
Sementara itu, Direktur Vokasi Institut STIAMI Samsudin, S.Sos, M.Si, menyampaikan, webinar ini diadakan untuk membantu mendorong bergeraknya kembali roda perekonomian bagi para UMKM di Indonesia.

Dengan harapan dapat membantu para pelaku UMKM untuk bangkit dan meningkatkan kembali kegiatan usahanya. Sehingga produktivitas dan omzet secara perlahan-lahan meningkat lagi.

"Sebagaimana kita ketahui pandemi Covid-19 bukan sekedar bencana kesehatan, namun juga menimbulkan dampak besar di sektor ekonomi. Termasuk juga dialami oleh pelaku UMKM," katanya.

UMKM yang bergerak di bidang jasa pun mengalami penurunan omset yang cukup signifikan.

Adanya social distancing, pembatasan sosial berskala besar (PSBB), bekerja dari rumah (work from home), pembatasan sarana transportasi, pemutusan hubungan kerja (PHK), jelas berdampak kepada UMKM.

"Kami berharap, seminar ini dapat menjadi sarana dalam menuangkan konsep dan ide dalam pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia untuk meningkatkan SDM yang kompeten," katanya.

Diharapkan pula menghasilkan gagasan, pemikiran, dan tindakan tentang Pendidikan Vokasi yang dapat merespon Daya Saing UMKM Pasca Undang-Undang Cipta Kerja.

Sementara itu, Rektor Institut STIAMI Prof. Dr. Ir. Wahyudin Latunreng, M.M, menyampaikan, seminar ini wajib diikuti para mahasiswa sebagai prasyarat kelulusan.

Seminar ini dinilai rektor sangat bermanfaat bagi mahasiswa dan dosen. Mereka mendapatkan informasi terbaru tentang perkembangan iptek. Baik secara ilmiah maupun praktis.

Dengan berpartisipasi dalam seminar ini, dosen pun didorong untuk menulis informasi terkait tema yang dibahas. Sehingga dapat menambah jumlah artikel-artikel ilmiah untuk dipublikasikan.

Baik itu melalui jurnal maupun prosiding sehingga bisa sharing ke dalam dan ke luar negeri.

"Kita juga bisa memberikan rekomendasi hasil dari seminar kepada pihak-pihak yang membutuhkan," tambahnya.

 

 

 

Editor: Tety Polmasari

Tags

Terkini

Terpopuler