HADITS SHAHIH: Dosa Ghibah Bikin Pelakunya Bakrut di Akhirat. Apa Maksudnya, Yuk ... Simak Penjelasannya!

- 2 Desember 2021, 22:45 WIB
Ustaz Dr. Musyaffa’ Ad Dariny, Lc., MA
Ustaz Dr. Musyaffa’ Ad Dariny, Lc., MA /Mulya Achdami

 

POSJAKUT – Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam pernah melewati pasar dan menemukan bangkai kambing dengan tanduknya yang patah, kakinya patah, dan buta. Lalu beliau ingin menarik perhatian sahabat dengan bertanya, "Siapakah di antara dari kalian yang ingin membeli bangkai kambing ini?"

Dalam hadis Bukhari dan Muslim tersebut salah sahabat menjawab, "Ya Rasulullah jangankan dia sudah jadi bangkai, kalau dia hidup saja kami tidak mau membelinya. Kalau ada kambing hidup, tanduknya patah, matanya buta dan kakinya patah hidup, tidak ada yang mau beli, apalagi sudah jadi bangkai."

Baca Juga: Menteri Agama Minta Rumah Ibadah Jadi Contoh Terbaik Pencegahan Covid-19

Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengubah pertanyaannya dengan metode yang sama, "Siapa yang ingin saya berikan cuma-cuma?" Lalu para sahabat menjawab, "Sama saja ya Rasulullah, walaupun dia masih hidup dan dikasih cuma-cuma tapi matanya buta, kakinya patah, dan tanduknya patah tidak ada yang mau terima."

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam kemudian memberikan pesan, "Ambil dan bawa pulang, jadikan kaidah hidup teman-teman sekalian."

Hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berbunyi, "Seseorang di antara kalian demi zat yang ubun-ubun dalam genggamku (maksudnya Demi Allah) di antara kalian memakan bangkai ini jauh lebih ringan baginya dibandingkan azab yang dia terima di hari kiamat nanti."

Baca Juga: RENUNGAN ORANG BERIMAN: Imam Syafi'i, Alquran dan Ilmunya

Maksudnya adalah hukuman memakan bangkai binatang akan lebih ringan dibanding azab di akhirat akibat seseorang membicarakan aib saudara sesama muslim atau dikenal dengan ghibah di dunia.

Dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah (STDI) Imam Syafii Jember, Ustaz Dr. Musyaffa’ Ad Dariny MA mengungkapkan, akibat ghibah, membeci orang dan menzaliminya maka bersiaplah di akhirat nanti pelaku ghibah tidak akan mampu memberikan satu amal kebaikan untuk orang-orang yang dicintai; ayah dan ibu, begitu pula kepada anak-anak dan isteri atau suami tercinta.

Rasulullah shollallahu ’alayhi wasallam bersabda:

مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ

مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ

“Siapa yang pernah menzalimi saudaranya berupa menodai kehormatan (seperti ghibah) atau mengambil sesuatu yang menjadi miliknya, hendaknya ia meminta kehalalannya dari kezaliman tersebut hari ini. Sebelum tiba hari kiamat yang tidak akan bermanfaat lagi dinar dan dirham. Pada saat itu bila ia mempunyai amal shalih maka akan diambil seukiran kezaliman yang ia perbuat. Bila tidak memiliki amal kebaikan, maka keburukan saudaranya akan diambil kemudia dibebankan kepadanya.” (HR. Bukhari no. 2449, hadis Abu Hurairah.

Baca Juga: HADITS SHAHIH: Beginilah Kondisi Rumah Bagaikan Kuburan Menurut Nabi Muhammad SAW

Jadi, betapa ruginya. Bila kita yang susah payah beramal, akibat kita mengghibah orang lain yang memetik buahnya. Orang lain yang berbuat dosa, tapi Anda yang merasakan pahitnya.

“Allah tidak pernah berbuat zholim sedikitpun terhadap hamba-Nya. Ini disebabkan kesalahan manusia itu sendiri. Ini dalil betapa tingginya harkat martabat seorang muslim, dan betapa besar bahaya daripada dosa ghibah," jelas Musyaffa

Dalam surat Fathir ayat 18 Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.”

Jadi, pahala kebaikan yang dikurangi, dan keburukan orang lain yang dibebankan kepadanya, sejatinya adalah bentuk dari akibat dosa dia sendiri. Dan ini adalah bukti akan keadilan peradilan Allah ta’ala. ***

Editor: Mulya Achdami


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini