SOSOK : Persahabatan Tiga Serangkai Pengusaha Sukses: Jusuf Kalla, Alwi Hamu, Aksa Mahmud. Begini Kisahnya!

29 Januari 2022, 14:50 WIB
Tiga Serangkai Pengusaha Sukses. Dari kiri ke kanan: Aksa Mahmud, Jusuf Kalla, Alwi Hamu /Nur Aliem Halvaima/foto dok: Ahmad Ibrahim

POSJAKUT - Tiga sahabat asal Sulawesi Selatan yang sukses jadi pengusaha, ternyata mereka saling membesarkan. Mereka adalah Jusuf Kalla, Alwi Hamu, dan Aksa Mahmud. 

Seperti diceritakan kembali oleh Ahmad Ibrahim pada Jumat 29 Januari 2022, di era tahun 60-an trio 'bersaudara" (JK, Alwi, Aksa) ini dikenal sebagai aktivis kampus dan tokoh pergerakan mahasiswa. 

"Sebagai aktivis mereka kerap terjun ke jalan menentang kebijakan pemerintah. Itu dulu," kata Ahmad Ibrahim, yang mengenal dekat ketiga pengusaha sukses tersebut.

Baca Juga: HUMOR NETIZEN : Putusan Hakim yang Berbeda

Setelah mereka menyelesaikan studi situasi politik pun berubah. Jusuf Kalla akhirnya banting setir, dari tadinya seorang aktivis kemudian memilih menjadi pengusaha. Alwi Hamu dan Aksa Mahmud pun diajaknya. 

Sebab mereka menyadari memperbaiki keadaan masyarakat tidak cukup hanya dengan turun ke jalan berdemo. "Demo perlu tapi harus ada batasan," ujar JK, sapaan akrab Jusuf Kalla.

Dalam berjuang, begitu Ahmad Ibrahim mengutip pengakuan JK, kita harus tahu kapan harus berhenti. Tidak baik juga kalau demo terus menerus sebab tak akan memperbaiki keadaan. 

Baca Juga: TAUSIYAH : Hukum Bersolek untuk Menarik Perhatian Lawan Jenis

Sebaliknya, akan menimbulkan dampak bagi dunia usaha dan tidak memberikan kepercayaan kepada pasar.

Alasan itulah yang membuat Jusuf Kalla, Alwi Hamu, dan Aksa Mahmud terjun menjadi enterpreneur. 

Ada yang bergerak di bidang usaha otomotif, media, rumah sakit, pendidikan, dan jasa konstruksi. Hingga kini persahabatan ketiga kawan ini masih terus terjaga. 

Dalam berusaha, mereka bertiga juga saling kerjasama. Tapi semangat bersaing selalu menjadi hal penting. Sebab tanpa semangat persaingan mereka yakin sulit untuk berkembang. 

Baca Juga: SOSOK : Hari Ini Setahun yang Lalu, Jenderal Listyo Dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai Kapolri

Semangat persaingan itulah kemudian mereka wujudkan pada seberapa sukses gedung yang berhasil mereka bangun. 

Di antara ketiga itu ternyata Pak Alwi lah memiliki gedung paling tinggi yakni Graha Pena Makassar berlantai 20. 

"Ya, wajar kalau Pak Alwi mengklaim memiliki gedung paling tinggi. Sebab beliau menghitung juga antenanya yang di atas," kata Jusuf Kalla, sambil bercanda.

Di antara ketiga sahabatnya itu hanya Jusuf Kalla, kelahiran Kabupaten Bone Sulsel, yang tidak memiliki usaha pendidikan tinggi.

Baca Juga: HUMOR NETIZEN : Burung Pak Camat Hilang, Dibahas di Pertemuan Warga

Alwi Hamu misalnya dengan Universitas Fajar (UNIFA) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Nitro, Aksa Mahmud dengan Universitas Bosowa dan RS Awal Bross.

"Saya cukup ngurus yang SMP dan SMA saja. Walau hanya ngurus SMP dan SMA tapi dimana-mana saya bisa menjadi pembina perguruan tinggi," kata JK.

Gak percaya? Coba cek di Makassar ada berapa perguruan tinggi dimana JK menjadi pembina.

Jusuf Kalla sendiri, telah 10 kali mendapat gelar Doktor Honoris Causa (HC).

Baca Juga: HUMOR NETIZEN : Update! Harga BBM Terkini dan Status di FB

Karena itu, ketika berbicara di hadapan mahasiswa Universitas Fajar yang didirikan sahabatnya Alwi Hamu, Jusuf Kalla mengajak mereka untuk meningkatkan mutu pengetahuan. 

Semangat menuntut ilmu pengetahuan harus selalu menjadi prioritas. Jangan sampai menuntut ilmu hanya berorientasi untuk mengejar ijazah.

Sebab belajar dari banyak orang sukses dan drop out dari perguruan tinggi, ternyata mereka bisa berhasil karena keinginannya yang kuat untuk menambah ilmu pengetahuan sangatlah tinggi. 

Baca Juga: Pagar 'Jembatan Cinta' Pulau Tidung, Keropos dan Patah. Ini Komentar Wakil Bupati Pulau Seribu

Mereka tidak lagi berorientasi mencari ijazah tapi bagaimana mengembangkan ilmu pengetahuan. 

"Saya saja, setelah sarjana hanya dua kali baru melihat ijazah. Yakni ketika diminta fotokopi untuk melengkapi persyaratan sebagai calon presiden dan wakil presiden. Setelah itu tidak lagi,"ujar Jusuf Kalla.

Jusuf Kalla mengambil contoh: Mark Elliot Zuckerberg. Seorang drop out perguruan tinggi namun dengan kemampuan yang dimilikinya melalui program komputer dia bisa menjadi seorang pengusaha internet terkaya zaman ini. 

Baca Juga: TAUSYIAH : Larangan Bercampur Antara Pria dan Wanita

Mark Zuckberberg dikenal karena menciptakan situs jejaring sosial Facebook dan karena itu ia menjadi pejabat eksekutif dan presiden terhebat di dunia maya.

Nah, untuk menjadi seorang yang hebat tidak harus menjadi drop out dulu dari perguruan tinggi atau mengejar ijazah semata. 

Tapi, dalam bidang apapun yang kita lakukan baik di dunia usaha, pendidikan dll salah satu syarat yang harus kita tanamkan dalam diri kita adalah keikhlasan dan tekadnya yang kuat.

Kalau dulu JK masih jadi mahasiswa dan melakukan demo tanpa tahu kapan harus berhenti, diakui ya tak mungkin kita bisa seperti ini. 

Baca Juga: Mengapa Murid Sekolah Harus Seragam? Ini Penjelasan Johan Wahyudi, Direktur EDU TC

"Kita harus tahu batasannya kapan memulai dan kapan harus berhenti untuk melakukan kebaikan bersama," kata JK.

"Nah, tekad dan keikhlasan itulah mendorong kami untuk berubah. Masak sampai tua harus pimpin demo terus," ujar mantan Wapres di dua Presiden yang berbeda: SBY dan Jokowi.

Jusuf Kalla sangat menyadari di usianya yang sudah berkepala tujuh tentu sangat mengharapkan muncul generasi baru yang lebih hebat. 

"Kita ini sudah masuk Seri Tujuh. Kita mengharapkan akan lahir generasi Seri Tiga dan Seri Empat yang lebih maju lagi," ucap JK, seperti dikutip Ahmad Ibrahim.

Baca Juga: TAUSYIAH : Larangan Bercampur Antara Pria dan Wanita

"Nah, melalui perguruan tinggi inilah kita berharap muncul generasi baru yang lebih bermutu," ujar JK, Jumat 26 Januari 2018 silam.

Itulah hari dan tanggal dimana JK memberikan sambutan pada acara pengresmian gedung Universitas Fajar (UNIFA) Makassar.

Jusuf Kalla -- yang ketika itu masih menjabat sebagai Wakil Presiden RI -- bercerita banyak tentang masa lalu mereka ketika masih aktif sebagai mahasiswa. 

Lalu, kisah perjuangan dan kesusksesan tiga serangkai sahabat tersebut, diceritakan kembali oleh Ahmad Ibrahim. 

Baca Juga: Ibu PKK dan Pelaku Usaha UMKM Berharap Ada Gerai di JIS Jakarta Utara

"Mereka saling membesarkan: Jusuf Kalla, Alwi Hamu, dan Aksa Mahmud," kata Ahmad Ibrahim, bercerita.***

Editor: Nur Aliem Halvaima

Tags

Terkini

Terpopuler