RENUNGAN: Tafsir Ayat-Ayat Ramadhan, Apa Hubungan Puasa dengan Iman (1)?

- 4 April 2022, 03:25 WIB
Ilustrasi Ramadan - Kumpulan kata ucapan untuk menyambut Ramadan, cocok untuk status Whatsapp dan Facebook /pixabay/outsideclick/
Ilustrasi Ramadan - Kumpulan kata ucapan untuk menyambut Ramadan, cocok untuk status Whatsapp dan Facebook /pixabay/outsideclick/ /batam.pikiran-rakyat.com/

Apa Hubungan Puasa dengan Iman (1)?

diwajibkan atas kalian berpuasa…” (QS Al-Baqarah [2]: 183)

Setelah menyeru orang-orang beriman dengan kalimat: “Wahai orang-orang yang beriman”, Allah SWT menegaskan: “diwajibkan atas kamu berpuasa”. Apa hubungan puasa dengan iman?

Mengapa hanya orang beriman yang diwajibkan berpuasa? Apakah puasa Ramadhan merupakan bukti keimanan seseorang?

Pertama, ketika seseorang beriman kepada Allah SWT, seharusnya ia sadar bahwa Allah SWT senantiasa bersamanya. Di dalam dirinya menggelora hakikat keagungan-Nya. Setiap disebut nama-Nya bergetar penuh ketakutan.

Dalam surah Al-Anfal, Allah SWT menggambarkan: “Sungguh orang-orang yang beriman bila disebutkan nama Allah, hati mereka bergetar.” (QA Al-Anfal [8]: 2).

-Baca Juga: Hikmah Puasa: Tarawih Muhammadiyah, 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1?

Karena itu, seluruh kegiatan sehari-hari selalu dalam rangka menaati-Nya. Tidak ada perbuatan sekecil apa pun yang ia lakukan kecuali sesuai dengan petunjuk-Nya. Ia benar-benar menjauhi perbuatan maksiat.

Baginya, maksiat adalah bencana, yang tidak hanya menghancurkan harga diri, tapi juga menjadi sumber mala petaka bagi kemanusiaan di muka bumi.

Kesadaran ini membuatnya sangat hati-hati dalam bersikap, jangan sampai langkahnya terjerumus dalam kemaksiatan. Sampai yang subhat pun dia hindari. Sebab, dari yang subhat akan lahir daya Tarik kepada yang haram.

Puasa adalah menahan diri dari yang halal. Dari sini tampak betapa hakikat puasa adalah sebagai benteng supaya pelaku-pelaku terhindar dari yang haram.

-Baca Juga: HADITS SHAHIH: Ada Empat Waktu Istimewa Membaca Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas. Inilah Penjelasannya.

Sebab, kebiasaan menahan diri dari yang halal, akan membangun lapisan-lapisan perisai yang menjaganya supaya tidak terjatuh kepada yang Allah haramkan.

Perhatikan, betapa untuk menegakkan puasa seseorang harus mempunya iman. Karena hanya dengan iman yang jujur, seseorang akan benar-benar merasaka lezatnya puasa.

Tanpa kejujuran iman puasa akan menjadi beban. Di saat orang-orang berbahagia dengan puasa, hatinya justru tersiksa dengan puasa.

Kedua, ketika sedang melakukan ibadah puasa, seseorang sejatinya sedang berjuang menutup semua pintu masuk yang digunakan setan untuk menggodanya.

Pintu nafsu makan dia tutup di mana banyak orang mengambil yang haram hanya karena nafsu makan.

-Baca Juga: TAUSIYAH : Nasihat Ulama dan Hadits Nabi tentang Masa

Pintu nasfu bermusuhan juga ia tutup, di mana selama ini banyak terjadi konflik saling menyakiti, saling menjatuhkan, saling menzalimi, bahkan tidak jarang saling membunuh di antara manusia.

Lidahnya ia tahan dari perkataan yang buruk. Tangan dan kaki pun ia tahan dari perbuatan yang keji. Setiap ada orang yang mengajaknya bertengkar, ia menjawab, “Maaf aku sedang berpuasa.”

Pintu nasfu seks pun ia tutup, di mana selama ini banyak orang yang terjerembab dalam dosa-dosa karena nafsu ini.

Perhatikan, betapa puasa merupakan hakikat perlawanan yang dahsyat seorang hamba Allah SWT terhadap setan. Di dalam dirinya menggelora semangat untuk tidak tunduk kepada setan, kapan pun dan dimana pun ia berada.

Ia sadar bahwa setan adalah musuhnya. Allah SWT berfirman;

“Sungguh setan itu adalah musuhmu, maka anggaplah ia musuhmu, karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS Fathit:6) (Bersambung).***

 

Editor: Ramli Amin


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini