Dinas Kebudayaan DKI Terbitkan Rekomendasi Pemugaran Gedung IMS di Kawasan Cagar Budaya GBK

- 9 Januari 2022, 10:30 WIB
Di areak cagar budaya Komplek Gelora Bung Karno (GBK) ini akan dilakukan pemugaran GedungIndoor Multifunction Stadium (IMS). Surat rekomendasi pemugarannya sudah dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.
Di areak cagar budaya Komplek Gelora Bung Karno (GBK) ini akan dilakukan pemugaran GedungIndoor Multifunction Stadium (IMS). Surat rekomendasi pemugarannya sudah dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan DKI Jakarta. /maghfur/ant

POSJAKUT -- Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana mengatakan pihaknya telah menerbitkan Surat Rekomendasi Pemugaran Gedung Indoor Multifunction Stadium (IMS) di Kawasan Situs Cagar Budaya Kompleks Gelora Bung Karno.

Menurut Iwan Henry, surat rekomendasi tersebut diterbitkan atas permohonan pengelola Kompleks Gelora Bung Karno mengingat rencana pembangunan gedung telah melalui proses sidang bersama Tim Sidang Pemugaran Provinsi DKI Jakarta. 

 Iwan menyebut rencana pemugaran Gedung Indoor Multifunction Stadium (IMS) di Kawasan Situs Cagar Budaya Kompleks Gelora Bung Karno itu telah melalui berbagai masukan dan saran dari para ahli yang memiliki kompetensi di bidang pelestarian

Baca Juga: Cuaca di Seluruh Wilayah Jakarta dan Kepulauan Seribu Cerah diikuti Kota-kota Penyangga Lainnya

Nantinya desain akhir Gedung IMS GBK tetap sesuai dengan bangunan cagar budaya pada kawasan tersebut untuk memenuhi kebutuhan ruang dalam memfasilitasi kegiatan olahraga cabang bola basket.

“Selain itu pemugaran ini dimaksudkan untuk pelindungan bagi bangunan-bangunan Cagar Budaya. Maksudnya, setiap proses pemugaran dan pengembangannya harus tetap sesuai dengan kaidah-kaidah pelestarian,” kata Iwan seperti dikutip siaran pers PPID, Minggu 9 Januari 2022. 

Pembangunan Gedung IMS ini awalnya dirancang oleh arsitek Ir Widharko dengan konsep desain terinspirasi dari kerajinan tangan anyaman keranjang, sebuah produk seni budaya Indonesia yang erat dengan aspek kehidupan bangsanya.

Baca Juga: Rakhmat Effendi Tak Berkutik, Rumah Dinas dan Kantor Walikota Jadi Sasaran Penggeledahan Tim KPK

Prinsip anyaman yang saling bertumpang dan bertumpuk diabstraksikan menjadi bentuk massa bangunan berlapis dengan variasi pola yang unik, merepresentasikan ‘spirit of craftsmanship’.  

Sebagai bangunan dengan fungsi baru pada kawasan tersebut, Gedung IMS GBK diharapkan dapat menjadi ruang publik, yang dapat menikmati eksistensi kawasan yang bersejarah serta bernilai tinggi tanpa mengurangi rasa hormat terhadap sekitarnya.

Rencananya, Gedung IMS akan dibangun di barat laut Kawasan Situs Cagar Budaya Kompleks Gelora Bung Karno atau di timur Gedung Hall A Basket.

Baca Juga: Dalam Sepekan Awal Tahun 2022 Sudah Ada 43 Warga Jakarta Barat Positif Covid 19

Pembangunan ini merupakan proyek stadion multifungsi yang dirancang dengan standar internasional melalui pendekatan ‘sikap’ yang mengadaptasi bahasa arsitektur sekitar. 

Seperti diketahui, Kompleks Gelora Bung Karno (GBK) telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya sesuai dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 475 Tahun 1993 tentang Penetapan Bangunan-Bangunan Bersejarah di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 

Sejarah Kawasan Situs Cagar Budaya Kompleks Gelora Bung Karno dimulai ketika Indonesia ditetapkan sebagai tuan rumah Asian Games ke-4 yang diselenggarakan pada tahun 1962.

Baca Juga: Pekan Pertama Awal 2022, Indonesia dilanda 68 Bencana Alam

Pembangunan tersebut dilandasi keinginan Bung Karno untuk menjadikan Jakarta sebagai mercusuar dari negara-negara berkembang. Pada saat itu, Jakarta belum memiliki kompleks olahraga yang baik untuk dapat digunakan sebagai tempat penyelenggaraan olahraga. 

Mulanya, lokasi yang dipilih sebagai kompleks sarana olahraga baru di Jakarta berada di daerah Bendungan Hilir. Namun, rencana tersebut tidak disetujui oleh Gubernur Soemarno. Presiden Soekarno mempunyai gagasan agar pembangunan sarana olahraga ini tidak jauh dari pusat kota.

Baca Juga: PT TransJakarta Tengah Melakukan Pembenahan Manajemen Internal Lewat Pengawasan Berkala

Soekarno bersama dengan Frederich Silaban mencari lokasi dan menetapkan Senayan sebagai lokasi yang akan dibangun kompleks olahraga. Dahulunya, Senayan adalah area perkebunan dan permukiman warga yang akhirnya direlokasi ke daerah Tebet. 

 Pembangunan kompleks olahraga Gelora Bung Karno dimulai 8 Februari 1960, saat itu Indonesia mendapatkan bantuan pinjaman dari Uni Soviet sekitar 12, 5 juta dollar. Selain itu, Uni Soviet juga membantu mengirimkan para arsiteknya dan bahan-bahan bangunan.

Arsitek-arsitek dari negara lain, seperti Jerman, Hongaria, Swiss, Perancis, dan Jepang juga ikut membantu.

Baca Juga: Pemprov DKI Jakarta Perlu Pelibatan Aktif Profesi Perawat dalam Penanggulangan Pandemi Covid 19

Sejumlah gedung yang dibangun pada Kompleks Gelora Bung Karno yaitu Istora Senayan, 20 Mei 1961, Stadion Renang, Desember 1961, Stadion Tenis, akhir Desember 1961.

Selanjutnya dibangun juga Stadion Atletik, Mei 1962, Perkampungan Atlet, Mei 1962, dan  Stadion Utama, 24 Agustus 1962. 

Baca Juga: Miliki Arti Khusus Bagi Jakarta, Pemprov DKI Tetapkan 14 Objek Jadi Cagar Budaya. Ada Stasiun Jatinegara

Rancangan awal kawasan GBK menerapkan prinsip ‘cardinal points’, di mana Stadion Utama GBK adalah titik pertemuan dari delapan poros utama yang menghubungkan berbagai stadion/sarana olahraga di Kawasan tersebut. 

Pembangunan Stadion Utama GBK, dirancang oleh Frederich Silaban dan hasil berkolaborasi dengan engineer dari Uni Soviet untuk mewujudkan stadion dengan rancangan atap ‘Temu Gelang’.

Bidang atap selebar 65 meter memutar hingga bertemu satu sama lain membentuk lingkaran raksasa berupa gelang adalah salah salah satu bentuk atap yang termahsyur pada zaman itu. Bangku stadion ini menggunakan bahan kayu jati mampu menampung 100 ribu penonton. ***

 

Editor: Maghfur Ghazali


Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah