BERBAGI CERITA: Orang Bekasi Liburan ke Jakarta (4/Selesai)

- 8 Maret 2022, 08:00 WIB
Hati rasa plong saat tiba di tujuan utama kami, Masjid Al Azhar/abubagus-aminidris
Hati rasa plong saat tiba di tujuan utama kami, Masjid Al Azhar/abubagus-aminidris /aminidris/

Penamaan ini merujuk pada pencapaian imam besar masjid, Abdul Malik Karim Amrullah aliasHamka, seorang ulama dan aktivis Islam yang dianugerahi gelar doktor kehormatan oleh Universitas Al-Azhar, Mesir.

Masjid Agung Al-Azhar pernah menyandang status sebagai masjid terbesar di Jakarta sebelum pembangunan Masjid Istiqlal selesai pada 1978.

Baca Juga: HADITS SHAHIH: Selain Berbuat Baik, Kita Memiliki Kewajiban Lain kepada Tetangga Lho! Apa Kata Ustadz Firanda

Dalam perkembangannya, masjid ini menjelma menjadi kompleks lembaga pendidikan, termasuk di dalamnya Universitas Al Azhar Indonesia.

Bagi saya, masjid ini punya jejak sejarah. Tahun 1984, saya pernah mondok di sini dua malam tiga hari. Saat itu saya ikut Sipenmaru, tesnya di SMA 6. Di sini saya belajar dan tidur. Paginya test. Kalau sekarang gak mungkin lagi. Karena jika malam tiba, masjid ditutup.

Ketika awal dioperasikan Trans Jakarta, saya dan anak-anak saya mencobanya dari Stasiun Kota sampainya di sini. Main di taman dan sholat.

Kini giliran MRT destinasi saya di sini juga. Jakarta memang berkembang, tumbuh bersama majunya zaman.

Pada tahun 1980-an sampai meletus peristiwa berdarah di Tanjung Priok, masjid ini punya andil politik yang kental. Berbagai aksi digelar di sini.

Tokoh-tokoh aksinya saat itu antara lain Tony Ardi, Abdul Qodir Jaelani, Ahmad Sumargono, Sarifin Maloko, MS. Suhadi dan masih banyak lagi orator-orator politik yang basisnya dari sini.

Karena well-management, gak ada tuh label radikal pada masjid ini. Tidak juga ada yang mengusiknya sebagai sarang intoleran. Semua itu karena takmir masjidnya pandai memainkan peran.

Halaman:

Editor: Ramli Amin


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x