“Hao de,” katanya. Dan bahannya banyak sekali di Indonesia.
-Baca Juga: Aktor Lee Je Hoon Donasi 100 Juta Won untuk Korban Bencana Kebakaran Hutan di Korea Selatan
Sajiannya di sebuah piring kecil dialasi daun pisang. Warna kekuningan disiram fla putih. Dengan lighting resto yang temaram tapi sorot terang ke arah meja, maka Musuh tampak menonjol.
Saya coba angkat garpu kecil di sisinya. Saya colek Musuh setengah sendok lalu saya colekkan ke fla …. Seeeeeeehhhhh …. Ini mah singkong.
Saat itu sekitar tahun 2001 an. Singkong yang ambyar di tanah-tanah kita rupanya menjadi kuliner mahal di sini. Memang sebanding dengan cara mengolahnya.
Uwenak, ngepas dengan flanya. Lagi-lagi ketrampilan orang Thailand ternyata membuat singkong menjadi punya nilai lebih.
Kita ? Hmmm sekilo masih aja dihargai noceng, paling banter saceng. Untuk bisa naik ke goceng gak pernah bisa.
***
Ada penyebrangan orang di depan Ratu Plaza. Saya nyebrag di sini. Atapnya dari fiber. Artistik. Alasnya dari kayu, tak licin dan indah.
Di sisi kiri kanannya terbuka. Tidak seperti penyeberangan di Bekasi, kiri kanannya ditutup papan iklan. Jadi sumpek.
Kami terus melangkah kearah Jalan Sisingamangaraja. Turun dari fly over saya menyaksikan kantornya Menteri Cahyo Kumolo menor bangat. Tiang-tiangnya merah menawan.
Ini mah jadi kantor PDIP. Bisa jadi emang begitu pikiran Cahyo, tapi apa mo dikata, dia yang berkuasa maunya begitu ya begitu.
Artikel Rekomendasi