POSJAKUT - Cina telah mengembangkan "matahari buatan" selama bertahun-tahun, sumber energi dengan kapasitas daya yang sebanding dengan bintang terdekat kita. Dilansir dari The Daily Digest, laporan terbaru menunjukkan bahwa mereka telah berhasil.
Tak perlu dikatakan lagi bahwa memanfaatkan sumber daya yang tampaknya tak terbatas dengan jumlah energi yang setara dengan matahari adalah game changer bagi seluruh dunia.
"Matahari buatan" milik Cina dikenal dengan nama Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST). Ini adalah reaktor nuklir yang mampu mencapai dan melampaui suhu matahari.
EAST mampu mencapai 70 juta derajat Celcius selama 17 menit, seperti dilansir kantor berita Xinhua dan dikutip oleh The Independent dan South China Morning Post. Itu kira-kira lima kali suhu matahari.
Baca Juga: Kementerian Kominfo Dorong Industri Hiburan Tanah Air Terapkan Teknologi Digital. Ini Alasannya
Tujuan dari proyek ini adalah untuk beralih dari fisi nuklir (nuclear fission), yang saat ini digunakan oleh pembangkit nuklir, menjadi fusi nuklir (nuclear fussion), yang bisa menjadi sumber energi terbersih.
“Fusi nuklir bisa menjadi sumber energi terbersih yang tersedia karena mereplikasi fisika matahari dengan menggabungkan inti atom untuk menghasilkan sejumlah besar energi menjadi listrik”, tulis Elizabeth Gamillo dari The Smithsonian Magazine.
Beberapa sumber berita internasional mengklaim bahwa Cina telah menginvestasikan lebih dari satu triliun USD untuk matahari buatan ini.
Mereplikasi matahari dapat diterjemahkan jadi menciptakan sumber energi bersih yang "tampaknya" tak terbatas. Mesin tidak akan lagi mengkonsumsi bahan bakar, seperti batu bara, gas, atau minyak. Para ilmuwan juga mengklaim bahwa matahari buatan tidak akan menghasilkan limbah radioaktif.
Baca Juga: Laporan Terbaru Misi DART: Petahanan Bumi Pertama dari Ancaman Asteroid
Cina bukan satu-satunya yang mengerjakan proyek jenis ini, meskipun mungkin ini yang paling maju. Amerika Serikat, Uni Eropa, Cina, Rusia, Jepang, Korea Selatan, dan India bekerja sama dalam Reaktor Eksperimental Termonuklir Internasional atau ITER. Sebanyak 35 negara berkolaborasi dalam proyek ini.
ITER yang terletak di wilayah Provence, Prancis selatan, dijadwalkan mulai bekerja pada 2025. Pro fusi nuklir berpendapat bahwa jenis sumber daya ini lebih aman daripada tenaga nuklir karena menghasilkan radioaktivitas yang berkurang dan sedikit limbah nuklir tingkat tinggi.
Juga tidak ada risiko kehancuran, yang berarti ketakutan akan skenario seperti yang pernah terjadi di Chernobyl, Fukushima, atau Three Mile Island.***