TAUSYIAH : Siapa Wali Nikah Wanita Muallaf?

- 6 Juli 2022, 19:29 WIB
ILUSTRASI : Pakaian pengantin adat Makassar yang sudah dimodifikasi hanya dipakai untuk keperluan peragaan busana, untuk dipakai waktu ijab kabul atau akad nikah lain lagi
ILUSTRASI : Pakaian pengantin adat Makassar yang sudah dimodifikasi hanya dipakai untuk keperluan peragaan busana, untuk dipakai waktu ijab kabul atau akad nikah lain lagi /Nur Aliem Halvaima /Foto dok : NAH - POSJAKUT /

 

TAUSYIAH : Siapa Wali Nikah Wanita Muallaf? 

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

POSJAKUT - Jika ada wanita muallaf yang ingin menikah, sementara semua keluarganya kafir, apa yang harus dilakukan? Siapa walinya?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu 'ala Rasulillah, wa ba'du,

Terkait perwalian wanita muallaf sementara keluarganya masih kafir, ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini,

Baca Juga: TAUSIYAH : Bahaya Durhaka kepada Orang Tua

Pertama, Ulama sepakat bahwa yang boleh menjadi wali harus memiliki kesamaan agama.

Wali seorang muslimah, harus seorang muslim. Sementara non muslim tidak bisa menjadi wali bagi muslim, meskipun itu ayahnya sendiri.

Allah berfirman,

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ

Mukmin lelaki dan mukmin wanita, satu sama lain menjadi wali. (QS. at-Taubah: 71).

Baca Juga: TAUSIYAH : Memberkahi Rezeki dan Panjang Umur

Allah juga berfirman,

وَلَن يَجْعَلَ اللّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلاً

Allah tidak akan memberikan celah bagi orang kafir untuk menguasai orang yang beriman. (QS. an-Nisa: 141).

Kedua, Orang yang berhak jadi wali bagi wanita urutannya adalah ayahnya, kakek dari ayah, anaknya, cucu lelaki dari anak lelaki, saudara lelaki kandung, saudara lelaki sebapak, keponakan lelaki dari saudara lelaki sekandung atau sebapak, lalu paman..

Sehingga dia mengikuti urutan kedekatan sesuai urutan yang mendapat asabah dalam pembagian warisan.

Karena itu, jika ada wali yang muslim bagi wanita mullaf di antara urutan di atas, maka dia yang paling berhak jadi wali.

Baca Juga: TAUSIYAH : Jalan Mudah Menuju ke Surga

Misalnya, seorang wanita muallaf, semua keluarga ayahnya kafir, tapi dia punya saudara lelaki kandung yang muslim, maka saudara lelakinya yang menjadi wali baginya.

Ketiga, jika tidak ada satupun anggota keluarga yang berhak jadi wali karena beda agama, maka hak perwalian dialihkan ke pemerintah muslim.

Dari Aisyah Radhiyallahu 'anha, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لَا نِكَاحَ إِلَّا بِوَلِيٍّ، وَالسُّلْطَانُ وَلِيُّ مَنْ لَا وَلِيَّ لَهُ

Tidak ada nikah kecuali dengan wali. Dan sultan (pemerintah) merupakan wali bagi orang yang tidak memiliki wali. (HR. Ahmad 26235, Ibn Majah 1880).

Baca Juga: TAUSIYAH : Ketika Cahaya Al-Qur'an dan Cahaya Iman Bersatu

Bagaimana jika wanita mullaf ini tinggal di negeri kafir?

Wanita muallaf yang tinggal di negeri kafir, semua keluarganya tidak ada yang muslim, siapa yang bisa menjadi wali pernikahannya?

Siapapun muslim tidak dihalangi untuk melakukan pernikahan, hanya karena latar belakang posisi dan lingkungannya. Islam memberikan kemudahan baginya. 

Wanita ini tetap bisa menikah, dan yang menjadi walinya adalah tokoh muslim yang terpercaya di daerahnya, seperti imam masjid di negerinya.

Ibnu Qudamah mengatakan,

فإنْ لم يوجَدْ لِلمرأة وليٌّ ولا ذو سُلطان، فَعَنْ أحْمَد ما يدلُّ على أنَّه يزوِّجها رجلٌ عدْلٌ بِإِذْنِها

Untuk wanita yang tidak memiliki wali (di keluarganya) dan tidak pula pemerintah yang muslim, ada salah satu riwayat dari Imam Ahmad, yang menunjukkan bahwa dia dinikahkan dengan lelaki adil (terpercaya), atas izin si wanita itu.

WaLLAAHUa'lam

Sumber: Konsultasi Syariah.

 

Editor: Nur Aliem Halvaima


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini