Satuan Pendidikan KKP, Wujudkan Asa Anak Nelayan Gapai Cita-Cita

19 Desember 2021, 10:15 WIB
/Kementerian Kelautan dan Perikanan

POSJAKUT -- Namanya Dimas. Seorang anak nelayan di Kepulauan Seribu. Punya mimpi menempuh pendidikan tinggi.

Mimpi yang tidak muluk sebenarnya. Bukan juga mimpi di siang bolong. Sayang, impiannya pupus.

"Nggak biaya buat kamu kuliah, Nak," kata orang tuanya lirih, membuyarkan impias Dimas.

Baca juga: Refleksi 2021, BKIPM KKP: Produk Indonesia Sudah Diterima di 171 dari 195 Negara Anggota PBB

Namun berkat informasi dari salah satu warga pulau, ia mendaftar ke Politeknik Ahli Usaha Perikanan. Di kampus tersebut terdapat kuota khusus bagi anak nelayan.

Tangis haru pun pecah saat ia dinyatakan lolos menjadi taruna politeknik tersebut. Ia akhirnya mampu wujudkan impiannya.

Dimas adalah salah satu contoh dari ribuan anak nelayan dan anak pelaku utama kelautan dan perikanan lainnya, yang terselamatkan pendidikannya.

Baca juga: Tak Ada Toleransi Atas Aksi Illegal Fishing, KKP Tangkap 166 Kapal Pencuri Ikan Selama Tahun 2021

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) memang menyediakan kouta bagi anak nelayan di daerah terpencil, pesisir, dan pulau-pulau terluar dari Sabang sampai Merauke

Memberikan kuota khusus bagi mereka untuk menempuh pendidikan di satuan-satuan pendidikan lingkup KKP, yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Mereka yang sedari kecil sudah akrab dengan dunia kelautan dan perikanan yang dikenalinya dari pekerjaan orang tuanya, seringkali menemui kesulitan biaya untuk melanjutkan pendidikan.

Baca juga: Menteri BUMN Serahkan Dukungan Dana Pendidikan Tinggi kepada 2.651 Anak TNI/Polri

Tak hanya itu, mereka juga seringkali kalah bersaing dengan anak-anak perkotaan pada seleksi masuk ke satuan pendidikan.

Karena itu, KKP memberikan kuota khusus dengan biaya ditanggung negara, sebagai bentuk keberpihakan pemerintah kepada mereka.

“KKP terus meningkatkan akses dan alokasi pendidikan bagi anak nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, dan petambak garam," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono saat mewisuda lulusan satuan pendidikan tinggi KKP Tahun 2021.

Saat ini, menteri mengungkapkan, minimal sebanyak 50% dari total jumlah peserta didik adalah anak pelaku usaha kelautan dan perikanan.

Jumlah ini akan terus ditingkatkan dengan memperhatikan keterwakilan asal peserta didik dari tiap Kabupaten/Kota dan Provinsi.

Plt. Kepala BRSDM Kusdiantoro pada Konferensi Pers Catatan Akhir Tahun Capaian Kinerja 2021 dan Proyeksi 2022 BRSDM, Selasa, 14 Desember 2021, juga menyampaikan catatan serupa.

Katanya, pada 2021 jumlah anak-anak pelaku utama kelautan dan perikanan di satuan pendidikan KKP mencapai 55,2% dari total keseluruhan peserta didik aktif sebanyak 8.426 orang.

"Jumlah total peserta didik tersebut pada 2022 akan ditingkatkan lagi menjadi sekitar 8.535 orang," kata Kusdiantoro.

/Kementerian Kelautan dan Perikanan

Ia menyebutkan, satuan pendidikan KKP terdiri 11 satuan pendidikan tinggi dan 9 satuan pendidikan menengah.

Satuan pendidikan tinggi tersebut terdiri dari satu Politeknik Ahli Usaha Perikanan (kampus Jakarta, Bogor, dan Serang), serta satu Akademi Komunitas di Wakatobi.

Sembilan Politeknik Kelautan dan Perikanan (Politeknik KP) di Dumai, Karawang, Pangandaran, Sidoarjo, Jembrana, Bone, Bitung, Kupang, dan Sorong;

Adapun satuan pendidikan menengah terdiri dari 9 Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) di Ladong, Pariaman, Kota Agung, Tegal, Pontianak, Bone, Kupang, Waiheru, dan Sorong.

Saat ini, tengah diproses peningkatan beberapa SUPM menjadi Politeknik KP, antara lain di Aceh, Pariaman, Lampung, dan Maluku.

Sementara itu, Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan BRSDM Bambang Suprakto, menyebutkan, pendidikan di lingkungan KKP menerapkan sistem pendidikan vokasi di bidang kelautan dan perikanan.

"Siap mencetak lulusan unggul dan berjiwa wirausaha, sehingga lulusan siap bekerja dan dapat diterima dengan mudah di dunia usaha dan industri, serta berwirausaha," katanya.

Pendidikan tersebut menggunakan pendekatan Teaching Factory (TEFA), yang memasukkan dunia usaha dan dunia industri ke dalam kampus, dengan persentase teori 30% dan praktik 70%.

Sistem pendidikan menitikberatkan pada pembinaan karakter, peningkatan kompetensi melalui praktik di sarana TEFA, serta praktik dan magang di industri dan dunia usaha.

Selain itu, pembelajaran kewirausahaan yang terintegrasi dengan kurikulum dan sertifikasi kompetensi.

Para lulusan tak hanya memperoleh ijazah, tapi juga sertifikat keahlian dan kompetensi berstandar nasional dan internasional.

Itu berarti, para lulusan diakui oleh dunia usaha dan dunia industri sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tidak saja di Indonesia, tetapi juga di luar negeri.

Contohnya sertifikat Basic Safety Training, Ahli Nautika Kapal Penangkap Ikan, Ahli Teknika Kapal Penangkap Ikan, dan Hazard Analysis Critical Control Point.

Ada juga Sertifikat Pengolahan Ikan, Sensori, Manajer Pengendalian Mutu, Marine Protected Area Design, Marine Conservation Action Planning.

Selain itu, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Scuba Diving, Ahli Manajemen Kesehatan Ikan, Teknisi Tune Up Konvensional, Enterpreunership, Operator Penangkapan Ikan dengan Purshine, dan banyak lagi.

Dengan demikian diharapkan muncul Dimas-Dimas yang lain di berbagai pelosok Indonesia sebagai SDM unggul yang andal dan profesional.

Mereka tidak sekedar melanjutkan pekerjaan orang tuanya. Tetapi juga meningkatkan perekonomian keluarga dan masyarakat sekitar.

Sebagai nelayan modern dan pelaku utama kelautan dan perikanan, mereka dibekali ilmu dan teknologi terkini.

Diharapkan lahir SDM-SDM tangguh yang siap menyukseskan pembangunan nasional di sektor kelautan dan perikanan untuk kesejahteraan masyarakat.

 

Editor: Tety Polmasari

Tags

Terkini

Terpopuler