RENUNGAN: Kalau Ibu Sudah Dikecewakan

- 24 Desember 2021, 06:50 WIB
ILLUSTRASI. Seorang wanita tua tinggal sendiri di rumahnya.
ILLUSTRASI. Seorang wanita tua tinggal sendiri di rumahnya. /Kabar Banten - Pikiran Rakyat/

POSJAKUT -- Alqamah dalam keadaan sekarat. Sahabat-sahabatnya membimbing untuk menyebut nama Allah SWT. Tetapi, nampaknya Alqamah tak kuasa untuk mengucapkannya. Lantas datanglah Rasulullah SAW.

Begitu juga, saat Rasulullah membimbing Alqamah mengikuti ucapannya dengan memyebut nama Allah, bibir Alqamah seakan-akan terkatup tak kuasa.

“Apakah masih ada orangtunya?” Tanya Rasulullah SAW kepada para sahabat.

“Yang ada hanya ibunya, rumahnya di seberang sana ya Rasulullah,” jawab salah seorang sahabat. Lantas Nabi pun menyuruh Ali dan Bilal menjemput ibu Alqamah.

-Baca Juga: 'Upacara Ritual' Unik di Hari Ibu, Anak Mencuci Kaki Ibunya Sambil Menangis Minta Maaf

Ternyata orang tua Alqamah adalah nenek-nenek yang sudah bungkuk, sangat tua sekali, dan berdiamnya di sebuah rumah gubuk yang reot.

“Apakah nenek ini ibu Alqamah?” Tanya Bilal dengan suara agak merendah,

“Bukan, aku bukan ibu Alqamah,” jawab nenek itu enteng.

“Ah…nednek, jangan….orang-orang bilang nenek adalah ibunya Alqamah.”

“Ada apa dengan dia…?” Akhirnya nenek itu mau melayani pertanyaan Bilal.

“Nenek diminta Rasulullah datang ke sana, Alqamah kini sedang sakaratul mau.”

“Oh….tidak,” katanya. “Aku tidak mau, dia telah berdosa, membikin aku kecewa. Aku sakit hati padanya,” kata nenek itu.

“Nek…jangan begillah nek…maafkanlah dia. Dia kini sedang menghadapimalaikat maut, dan kami diperintah Rasulullah menjemput nenek.”

“Tidak, beri tahu pada Nabi, saya tidak mau memaafkannya,” kata nenek itu dengan suara agak ketus.

“Memangnya kenapa… nek?”

“Dia bukan anakku lagi, tetapi sudah menjadi milik istrinya. Aku jengkel. Sejak ia menikah, tidak pernah menengok rumahku. Jangankan silaturrahmi, kirim surat atau kirim salam pun tidak pernah,” tutur nenek itu.

-Baca Juga: HADITS SHAHIH: Ada Empat Waktu Istimewa Membaca Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas. Inilah Penjelasannya.

“Apalagi memberi nafkah atau pemberian lain yang layak buat orang tua seperti saya,” lanjut nenek itu lagi.

“Suatu ketika Alqamah lewat ke depan rumahku, dan ia mampi membawakan bingkisan. Kupeluk bingkisan itu, karen aaku gembira ia mau menengok dan memberikan oleh-oleh. Lantas kubuka bingkisan itu, ternyata kain sutra yang sangat kusenangi,” cerita si nenek panjang lebar. Tapi apa yang terjadi?

Begitu melihat bingkisan berupa kain sutra, Alqamah meminta kembali bingkisan itu, sambal berkata, “Maaf ibu bingkisannya salah. Ini yang buat ibu, sedang itu untuk istriku.”

“Aku kecewa,” tutur sinenek lagi.

“Namun kuberikan juga, aku diberikannya bingkisan yang satu lagi. Setelah kubuka, ternyata bingkisan itu bersikan sehelai kain bekas, yang mungkin dibelinya dari tukang loak. Betapa pedih san sakit hatiku, aku jadi dendam,” si nenek seperti ingin melampiaskan kekecewaannya.

Akhir cerita, Ali dan Bilal tak berhasil membawa nenek itu. Rasulullah sendiri yang datang dan nenek itu mau juga dibawa ke tempat Alqamah. Namun dia tetap tak mau memaafkan Alqamah.

Akhirnya Nabi memerintahkan agar Alqamah dibakar saja. Tetapi, saat hendak dibakar di dalam api yang menyala-nyala, hati si nenek pun menjadi luluh dan mau memafkan putranya.

-Baca Juga: Pengacara Sebut Sudah Bebas Ketergantungan, Nia Ramadhani dan Ardi Kemungkinan Bebas.

Alqamah pun berpulang ke rahmatullah dengan tenang, dengan menyebut nama Allah, karena ibunya telah memaafkannya. ***

Sumber: Renungan Orang Beriman, dihimpun HRS Hadikamajaya.

 

 

Editor: Ramli Amin


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah