Menteri Bintang: Perempuan Harus Didukung untuk Menjadi Pemimpin

1 Januari 2022, 10:30 WIB
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga minta pelaku pemerkosaan anak usia 14 yang juga dijual sebagai PSK untuk dihukum seberat-beratnya /Tety Polmasari/Kemen PPPA

POSJAKUT -- Perempuan harus didukung untuk menjadi pemimpin. Karena saat ini, dari total 74.961 desa hanya sekitar 5 persen yang dipimpin oleh perempuan. Padahal, desa ujung tombak dalam pembangunan nasional.

Dengan adanya kepemimpinan perempuan, maka kebutuhan-kebutuhan spesifik khusus bagi kelompok rentan, perempuan maupun anak dapat terakomodir.

"Karena adanya suara perempuan yang mempengaruhi berbagai pengambilan keputusan penting,” kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga, dalam acara Wisuda Akademi Paradigta Indonesia, Kamis, 30 Desember 2021.

Menteri Bintang menegaskan dasar utama pembentukan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) yang dicanangkan Kemen PPPA adalah untuk mencapai Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 (SDGs).

"Khususnya pada tujuan ke-5 yaitu mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan dan anak," katanya.

Lebih lanjut upaya melokalkan SDGs Desa sangatlah penting karena akan berkontribusi secara signifikan dalam pencapaian SDGs nasional sebanyak 70 persen.

Pada akhirnya keberhasilan dari pembangunan dan pengembangan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak akan terlihat.

Sejauh mana kebijakan di desa mengatur tentang implementasi Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak, meningkatnya perempuan wirausaha di desa.

Atau juga meningkatnya keterwakilan perempuan di struktur desa maupun Badan Permusyawaratan Desa (BPD), meningkatnya partisipasi perempuan dan anak dalam proses pembangunan desa.

Juga meningkatnya peran ibu dan keluarga dalam pengasuhan dan pendidikan anak. Tidak ada anak yang bekerja dan tidak ada anak yang menikah di bawah usia 18 tahun.

“Meskipun jaman telah berubah, tantangan dan hambatan yang kita lalui juga beragam, tetapi satu hal yang tidak berubah  perempuan Indonesia adalah pejuang yang tangguh,” pesan Menteri Bintang.

Akademi Paradigta Indonesia yang diinisiasi Yayasan PEKKA (Pendiri Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga) masuk ke dalam agenda DRPPA.

Diikuti 563 peserta perempuan dari 20 Kabupaten dan 10 Provinsi mendapatkan ruang untuk mengembangkan potensi untuk menjadi pemimpin.

Pendiri Yayasan PEKKA, Nani Zulminarni menyampaikan, dalam menghadapi dan merespon tantangan yang dihadapi saat ini dibutuhkan gerakan yang mengakar.

Tentu saja melibatkan setiap orang untuk membuat perubahan, baik itu laki-laki dan perempuan, serta anak-anak.

Dapat dimulai dari lingkungan terkecil yakni keluarga, komunitas dan masyarakat untuk saling berkolaborasi.

"Ini upaya untuk mendukung kemajuan bangsa yang inklusif dan dapat dinikmati oleh kelompok rentan yakni perempun, disabilitas dan masyarakat dengan strata ekonomi rendah," katanya.

Akademi Paradigta Indonesia mengembangkan inisiatif pendidikan kepemimpinan perempuan, training aksi berbasis komunitas.

Dilakukan secara reguler di tingkat kecamatan dan kabupaten, serta diikuti oleh perempuan utusan dari desa dan kelurahan.

Proses pendidikan berlangsung selama 3-6 bulan dengan sistem mentoring, yang mengombinasikan pembelajaran dalam kelas dan praktik langsung di lapangan.


Editor: Tety Polmasari

Tags

Terkini

Terpopuler