POSJAKUT – Kerusuhan suporter sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang menewaskan 127 orang ini merupakan peristiwa terburuk kedua selama setengah abad sejarah persepakbolaan dunia.
Jumlah kematian suporter terbanyak dalam sejarah sepak bola di dunia pertama kali terjadi di Estadio Nacional, Lima, Peru pada 24 Mei 1964 dengan korban 328 orang.
Saat itu baru wasit meniup peluit panjang menandai berakhirnya pertandingan antara Peru melawan Argentina dalam kualifikasi Olimpide.
Baca Juga: 127 Orang Tewas Akibat Kerusuhan Stadion Kanjuruhan Malang, PSSI MInta Maaf
Peru tertinggal 0-1 dan berhasil menyamakan kedudukan pada menit-menit akhir. Namun, gol penyama kedudukan Peru dianulir oleh wasit. Hal itulah yang kemudian menyulut kemarahan suporter peru hingga terjdi kerusuhan berdarah yang menewaskan 328 orang itu.
Kasus berikutnya yang dapat dicatat sebagai tragedi berdarah terjadi di Stadion Accra, Ghana, pada 2001. Pertemuan antara dua klub papan atas di negara tersebut, Heart of Oak vs Kotoko, diwarnai insiden berdarah.
Ulah penggemar Kotoko yang melemparkan berbagai benda ke lapangan direspons polisi dengan gas air mata. Penonton yang panik lantas berusaha melarikan diri. Nahas, pintu-pintu keluar stadion tidak mau terbuka. Sebanyak 126 orang tewas akibat insiden tersebut.
Baca Juga: Penantian Panjang Selama 23 Tahun Itu Berakhir Rusuh
Kasus berikutnya yang juga dapat dicatat sebagai tragedi berdarah dengan korban 96 orang tewas terjadi di Hillsborough Inggris. Pada saat itu adalah pertandingan semi final Piala FA yang mempertemukan Liverpool dan Nottingham Forest.
Artikel Rekomendasi