Jawara Condet H Entong Gendut Diabadikan Menggantikan Nama Jalan Budaya di Kramat Jati

- 22 Juni 2022, 22:00 WIB
Jalan Budaya adalah jalan yang membentang di kawasan Condet melintasi dua kelurahan, yakni Kelurahan Cililitan dan Batu Ampar kini menjadi Jalan Entong Gendut
Jalan Budaya adalah jalan yang membentang di kawasan Condet melintasi dua kelurahan, yakni Kelurahan Cililitan dan Batu Ampar kini menjadi Jalan Entong Gendut /maghfur/ant

POSJAKUT – Boleh jadi sebagian warga Jakarta di hari ulang tahun (HUT) 495 ini masih bingung dengan pergantian sejumlah nama jalan dengan nama-nama- tokoh Betawi.

Maklumlah pergantian nama jalan tersebut tergolong mendadak dan belum banyak sosialisasi, meskipun hal itu dibantah Kepala Dinas Kebudayaan DKI  Jakarta , Iwan Henry Wardhana. 

Sebut misalnya pergantian nama Jalan Budaya menjadi Jalan H Entong Gendut. Jalan Budaya adalah jalan yang membentang di kawasan Condet, melintasi dua kelurahan, yakni Cililitan dan Batu Ampar.

Baca Juga: Sejumlah Nama Jalan di Jakarta Diganti dengan Tokoh Betawi, Anies: Jakarta Akan Jadi Museum Peradaban

Menurut Kamal, Ketua RT 004 RW 005 Kelurahan Cililitan, Kecamatan Kramatjati, tidak ada sosialissi sama sekali atau rembuk warga soal pergantian nama Jalan Budaya menjadi Jalan H Entong Gendut.

Padahal katanya di wilayahnya, ada 30 keluarga yang berpotensi mengurus pergantian dokumen kependudukan untuk menyesuaikan alamat lama dengan nama jalan yang baru.

Tetapi terlepas dari minimnya sosilisasi yang dilakukan terhadap warga setempat, orang tentu ingin tahu siapa H Entong Gendut, tokoh Betawi yang namanya diabadikan menggantikan nama Jalan Budaya tersebut.

 Baca Juga: Wapres RI Resmikan Pergantian Nama Jalan Raya Cakung Cilincing Menjadi Jalan Syech Nawawi Al Bantani

Menurut Ensiklopedia Jakarta,  Entong Gendut atau Haji Entong Gendut adalah seorang pejuang (jawara) Betawi dari daerah Condet, yang menentang pemerintahan Hindia Belanda  pada tahun 1916.

Entong Gendut terkenal sebagai seorang yang teguh memegang prinsip. Ia pernah ditawar Belanda untuk menjadi raja muda di Condet tetapi dia tolak sehingga meletuslah perang di Condet.

Kematian Entong Gendut pun sampai sekarang terdapat berbagai versi: Pertama, Entong Gendut dikabarkan meninggalnya bukan di Kampung Gedong namun di Batuampar yang saat itu merupakan bagian dari Meester Cornelis (Kabupaten Bekasi atau Kota Bekasi saat ini).

Baca Juga: Senator Jakarta Dailami Firdaus Kembali Kumpulkan Tokoh-tokoh Betawi Satukan Visi Soal Jakarta ke Depan

Versi kedua, jasad Entong Gendut diangkut oleh pihak kolonial Belanda, kemudian diceburkan ke laut hingga makamnya pun tak diketahui rimbanya. Tetapi, ada yang mengatakan makam Enong Gendut ada di Kemang, Jakarta Selatan.

Ensiklopedia Jakarta mencatat, saat meninggal Entong Gendut meninggalkan tiga anak, yaitu Abdul Fikor, Aiyoso, dan Aisyah. Pada masa penjajahan Belanda rakyat Condet hidup dalam tekanan pihak Kompeni dan para tuan-tuan tanah yang bermarkas di Kampung Gedang.

Seluruh tanah Condet (bahkan sampai ke Tanjung Timur dan Tanjung Barat) dikuasai oleh tuan tanah.  Rakyat diharuskan membayar pajak, yang ditagih oleh para mandor dan centeng tuan tanah.

Baca Juga: Ayo Cek Bersama-sama, 32 Nama Jalan, Gedung, dan Zona di Jakarta Diubah Secara Serentak

Bagi Entong Gendut, Pajak (blasting) sebesar 25 sen yang harus dibayarkan setiap minggu dinilai sangat berat oleh rakyat, karena harga beras masa itu hanya sekitar 4 sen per kilogram.

Apabila penduduk tidak membayar blasting, maka mereka diharuskan melakukan kerja paksa mencangkul sawah dan kebun Kompeni selama sepekan. Jika yang tidak bayar pajak pemilik sawah atau kebun hukumannya lebih berat, yakni hasil sawah tidak boleh dipanen.

Menyaksikan semua penderitaan rakyat itulah, timbul kemarahan dalam diri Entong Gendut. Ia kumpulkan seluruh rakyat Condet dan mengibarkan panji perang melawan Kompeni pada l 5 April 1916.

Baca Juga: Wagub DKI Apresiasi Warga Menghadiri HUT Jakarta yang Dikemas dalam Kegiatan Malam Muda Mudi

Entong Gendut bersama sekitar 30 pemuda Condet menyerbu, namun setelah datang bala bantuan dari Batavia pemberontakan tersebut dapat dipadamkan. Entong Gendut meninggal tertembus peluru Kompeni.

Atas jasa dan keberanian Entong Gendut memimpin pemberontokan rakyat Condet itulah, kemudian oleh tim penataan nama jalan di DKI Jakarta, namanya dipilih untuk menggantikan nama Jalan Budaya

Menurut Kadis Kebudayaan DKI Iwan Henry Wardhana, pergantian nama jalan itu tidak akan sampai menyulitkan warga, tetapi justru mempermudah warga. Karena semua yang berkaitan dengn perubahan sudah dikoordinasikan termasuk dengan Kepolisian dan Badan Pertanahan Nasional. ***

Editor: Maghfur Ghazali


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini