LANGGAM JAKARTA: Museum Wayang Berarsitektur Eropa dan Sejumlah Kuburan Petinggi Belanda

- 20 Februari 2022, 08:45 WIB
Awalnya bangunan ini bernama De Oude Hollandsche Kerk atau
Awalnya bangunan ini bernama De Oude Hollandsche Kerk atau /maghfur/jakartagoid/posjakut

POSJAKUT -- Di dunia kita mengenal ada Hagia Sophia, sebuah keajaiban arsitektur di Kota Istambul Turki. Hagia Sophia atau sering juga disebut dengan Aya Sofya awalnya dibangun sebagai basilica Kristen hampir 1.500 tahun lalu.

Hagia Sophia yang juga menjadi salah satu bagian dari Situs Warisan Dunia UNESCO memiliki sejarah panjang, statusnya berubah beberapa kali dari gereja, museum hingga menjadi sebuah masjid.

Yang paling baru Pengadilan administrasi utama Turki mencabut status Hagia Sophia yang dibangun abad VI  (537) M sebagai museum pada 10 Juli 2020 yang membuat pemerintah Turki menjadikan situs bersejarah tersebut menjadi masjid kembali.

Baca Juga: Klaim Chemtrails sebagai Senjata Biologi dan Dampak Negatifanya Sifatnya Hanya Hoaks

Di Jakarta ada juga bangunan bersejarah di Jalan Pintu Besar Utara No. 27 yang setatusnya juga beberapa kali berubah. Awalnya bangunan ini bernama De Oude Hollandsche Kerk atau "Gereja Lama Belanda" dibangun pada 1640.

Pada 1732 Gereja Lama Belanda ini dipugar dan berganti De Nieuwe Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda).

Bangunan gereja ini  pada 1808 sempat hancur total akibat gempa dan kemudian dibangun kembali oleh Bataviasche Genootshap van Kunsten en Wetenscappen. 

Pada 1937 gedung ini berubah menjadi museum, dan dinamakan Museum Oud Batavia. Gedung ini lalu diserahkan kepada Stichting Oud Batavia pada 22 Desember 1939 dan dijadikan museum dengan nama Oude Bataviasche Museum.

Pada tahun 1957 gedung diserahkan kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia, dan pada 17 September 1962 diberikan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, yang selanjutnya 23 Juni 1968 diserahkan ke Pemerintah DKI Jakarta untuk dijadikan Museum Wayang.

Baca Juga: PT JakLingko Indonesia Targetkan April 2022 Semua Angkutan Umum di Jabotabek Sudah Terintegrasi

Setelah Kota Batavia berkembang menjadi Jakarta, koleksi di Museum Oud Batavia dipindahkan ke Museum Sejarah Jakarta.

Saat Ali Sadikin memimpih Jakarta, di atas reruntuhan bangunan gereja Belanda ini dibangun gedung museum wayang dan diresmikan 13 Agustus 1975. Meskipun telah dipugar beberapa bagian gereja lama dan baru masih tampak terlihat dalam bangunan ini.

Tujuan utama pembangunan Museum Wayang ini untuk membina kebudayaan nasional dan karakter bangsa Indonesia. Fungsi museum ini untuk menyimpan, merawat dan mempergunakan wayang dari berbagai wilayah di Indonesia maupun dari luar negeri.

Selain itu di museum ini juga tersimpan koleksi batu-batuan, perabot rumah tangga dan gambar-gambar dari masa lalu yang berkaitan dengan Jakarta.

Nah teman-teman, baca sampai selesai LANGGAM JAKARTA ya agar kalian memiliki pengetahuan tentang bagaimana sampai Museum Wayang dibangun di Jakarta?

Baca Juga: Siapkan Hunian Sementara Pengungsi Semeru Sebelum Ramadhan, PDGI Gandeng Indonesia Care 

Dalam Ensiklopedia Jakarta disebutkan, kenapa harus Museum Wayang?  Karena saat itu sedang timbul kesadaran masyarakat Indonesia pada umumnya, khususnya masyarakat pecinta wayang di Jakarta yang mengakui wayang sebagai seni budaya tinggi dan kaya nilai.

Kesadaran itu yang kemudian mendorong budaya tinggi dan kaya nilai itu tak hanya untuk dimiliki tetapi juga harus terpelihara, dikembangkan dan dibina serta dimanfaatkan untuk bangsa dan negara. 

Gedung Museum Wayang sendiri merniliki ciri arsitektur Barat (Eropa) dengan dinding tembok tebal, langit-langit yang tinggi, daun jendela atau pintu jendela lebar-lebar dan pintu yang terbuat dari kayu jati yang masif.

Museum wayang tediri dari dua lantai, bagian bawah dipergunakan untuk kegiatan kantor museum dan sekretariat Yayasan Nawangi. Di tengah-tengah ruangan terdapat taman untuk mengenang pejabat-pejabat tinggi Hindia Belanda yang dikuburkan di tempat tersebut.

Terlihat juga sebuah dinding tinggi dari batu bakar berwarna kecoklat-coklatan dan dikedua sisinya tercantum nama-nama gubernur-gubernur jenderal yang pernah dikuburkan.

 Baca Juga: Pemprov DKI Jakarta Tiap Tahun Keluarkan Rp1 Triliun untuk Subsidi Pangan Warganya

Museum Wayang merupakan sebuah bangunan tua bergaya Eropa, yang dahulu merupakan gereja bagi orang Belanda di Indonesia, dan dipugar sekitar tahun 1736 menjadi bangunan gereja baru.

Kemudian bangunan gereja itu dibeli oleh suatu perusahaan Belanda dan dijadikan gudang. Gudang ini kemudian dibeli kembali oleh pemerintah Belanda untuk dijadikan museum. 

Pemerintah Belanda membeli kembali banguna yang sudah menjadi Gudang itu karena di dalam bangunan itu terdapat kuburan beberapa pejabat tinggi Belanda dan beberapa benda peninggalan Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen yang memerintah dari 1618-1622 dan 1627-1629.

Di taman Museum Wayang juga terdapat batu nisan Gubernur Jenderal Abraham Patras dan Willem van Outhoorn bersama isterinya Elisabet van Heyningen.

Terdapat juga batu nisan dengan lambang halus dari bekas gubernur Formosa, yaitu Cornelis Cesaer beserta isterinya Anna Ooms, kemudian batu sederhana Maria Caen dan saudara laki-lakinya Anthoni Caen.

Baca Juga: BPBD Provinsi DKI Jakarta Siapkan Lima Langkah Antisipatif Hadapi Cuaca Eksterm 17-23 Februari 2022

Disamping itu masih terdapat batu nisan lainnya yang telah dipindahkan ke bekas kuburan yang kemudian menjadi Taman Prasasti di Jalan Tanah Abang. Beberapa diantaranya ditandai HK singkatan dari Hollandse Kerk atau Gereja Belanda.

Di seberang taman terdapat kuburan Jan Pieterzoon Coen yang meninggal pada tahun 1634 serta pembantu-pembantunya.

Museum Wayang memamerkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari seluruh Indonesia, baik yang terbuat dari kayu dan kulit maupun bahan-bahan lain.

Baca Juga: Dapat Penghargaan dari BKPM, Realisasi Investasi di DKI Jakarta Selama 2021 Capai Rp103,3 Triliun

Wayang-wayang dari luar negeri ada juga di sini, misalnya dari Republik Rakyat Cina dan Kamboja. Hingga kini Museum Wayang mengkoleksi lebih dari 4.000 buah wayang, terdiri atas wayang kulit, wayang golek, juga wayang kardus.

Selain itu ada juga wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber dan gamelan. Umumnya boneka yang dikoleksi di museum ini adalah boneka-boneka yang berasal dari Eropa.


Ada juga yang berasal dari beberapa negara non-Eropa seperti Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India dan Kolombia. Selain itu secara periodik diselenggarakan juga pagelaran wayang pada minggu 2 dan ke 3 setiap bulannya.

Pada tanggal 7 November 2003, PBB memutuskan mengakui wayang Indonesia sebagai warisan dunia yang patut dilestarikan. ***

Editor: Maghfur Ghazali


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini