Dituding Rasis, Warga Minta Ketum PDI Perjuangan Pecat Arteria Dahlan, RK: Bangga Jadi Urang Sunda

- 19 Januari 2022, 08:00 WIB
Politisi PDIP Arteria Dahlan yang dituding rasis dan intoleran kepada Urang Sunda, dan Gubernur Jabar RK.
Politisi PDIP Arteria Dahlan yang dituding rasis dan intoleran kepada Urang Sunda, dan Gubernur Jabar RK. /tasikmalaya.pikiranrakyat.com/


POSJAKUT --- Politisi  PDI Perjuangan yang duduk di Komisi III DPR RI, Arteria Dahlan, dihujat, disindir dan dianggap sebagai seorang rasis, intoleran.

Pasalnya, adalah ucapan Arteria yang meminta Jaksa Agung memecat seorang Kepala Kejaksaan Tinggi yang menggunakan Bahasa Sunda dalam sebuah rapat.

Beragam reaksi muncul dari tokoh-tokoh Sunda (Jawa Barat), sementara topik tentang Sunda itu sendiri menjadi trending di media social twitter .

Seperti yang dilihat POSJAKUT Selasa malam 18 Januari 2022 pada pukul 22.14 WIB, topik Sunda berada pada posisi kedua dari lima topik utama yang trending dengan 15 ribu lebih cuitan.

-Baca Juga: Wagub Ariza Patria: Usai Hujan Deras Guyur Jakarta, Genangan Air di 19 Titik, Ketinggian Hingga 50 Centimeter

“Rakyat Jawa Barat meminta kepada Ketum PDIP agar anggota DPR_RI Arteria Dahlan diganti PAW dan dicopot dari PDIP karena secara terang-terangan bertindak SARA.”

Dikutip POSJAKUT dari berita PikiranRakyat.com berjudul “Bahasa Sunda Diusik Kader PDIP, Dedi Mulyadi Singgung Suap Saat Viral Arteria Dahlan Lantang 'Kita Indonesia'

Demikian cuitan akun @Neng_Anyar dengan bahasa gaya khas cuitan di twitter yang selaraskan POSJAKUT.

“Pernyataan Arteria Dahlan ini Intoleran dan Rasis. Anda ini Anggota DPR yg hrsnya menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa jgn malah Rasis begini.”

“ Teriak NKRI Harga Mati nyatanya Rasis dan Intoleran thp Etnis Sunda. Org Sunda silahkan Up !!! “ cuit akun @NenkMonica.

Jika banyak warganet yang emosi, termasuk para tokoh ormas dan budaya Sunda, tidak demikian halnya dengan Gubernur Jawa Barat sendiri, Ridwan Kamil alias RK.

Kang Emil, sebagaimana biasa dalam bertindak dan bersikap, kelihatan kalm-nya.

“Bangga menjadi orang #Sunda, kita sangat bangga dengan sejarah kita, kita masa lalu dan kita masa depan.”

“ Dan kami belajar bagaimana menghormati orang lain,” cuit RK alias  Kang Emil seakan menyindir pihak-pihak yang tidak menghormati orang Sunda.

Cuitan Ridwan Kamil disertai sebuah foto Kang Emil dan seorang wanita sedang menuai padi di sawah.

-Baca Juga: Tersangka Pengeroyokan yang Menewaskan Prajurit TNI Sahdi BIsa Jadi 8 Orang, 3 Masih Berstatus DPO

Seperti yang diberitakan Pikiran Rakyat.com, bahasa Sunda diusik kader PDIP, Arteria Dahlan.

Anak buah Megawati ini meminta Jaksa Angung mengganti Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) yang berbicara bahasa Sunda.

Entah dalam momen apa Kajati berbahasa Sunda, Arteria Dahlan tidak menjelaskannya saat di Gedung DPR RI.

Arteria Dahlan kemudian lantang mengatakan "Kita Ini Indonesia Pak" pada Jaksa Agung ST Burhanuddin

Dari video singkat itu, Arteria Dahlan tampak singkat mengucap pendapat yang diawali dengan kalimat sayang pada pak JA (Jaksa Agung).

Dia mengatakan ada kritik sedikit pada Jaksa Agung, dimana ada Kajati yang berbicara pada saat rapat menggunakan Bahasa Sunda.

Arteria Dahlan kemudian tegas dengan mimik muka yang menekan, meminta Jaksa Agung mengganti Kajati yang berbicara menggunakan Bahasa Sunda.

Kritik Arteria Dahlan hingga meminta Kajati diganti ini menuai reaksi dari publik dan tokoh. Satu di antaranya adalah Dedi Mulyadi.

Melalui rilisnya, Dedi Mulyadi sampai menyinggung soal suap dalam mengomentari Arteria Dahlan.

Kang Dedi sapaannya, mempertanyakan apa yang salah dari pejabat berbicara bahasa Sunda sampai harus dicopot dari jabatannya.

Anggota DPR RI ini menegaskan, penggunaan bahasa daerah dalam kegiatan rapat adalah hal wajar.

Dalam berdialog kata Kang Dedi bahasa ibu sering digunakan sebagai bentuk keakraban berbudaya pada sesama.

Sehingga, wajar jika Kajati berbicara bahasa Sunda pada sesama warga Sunda. Hal itu lanjut Dedi adalah simbol keakraban.

"Wajar saja dilakukan selama yang diajak rapat dan yang diajak diskusi itu mengerti bahasa daerah yang digunakan sebagai media dialog pada waktu itu," ujar Dedi Mulyadi.

Saat menjadi Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi menjadikan bahasa Sunda sebagai media dialog dengan warganya yang memang mengerti Bahasa Sunda.

Bahkan dengan sesama pejabat yang berasal dari Sunda, Dedi selalu memakai Bahasa Sunda.
Dia kemudian membandingkan di Jawa Tengah, antar pejabat menggunakan Bahasa Jawa.

"Saya lihat di Jawa Tengah juga bupati, wali kota, gubernur sering juga menggunakan bahasa Jawa dalam kegiatan kesehariannya.”

“ Ini adalah bagian dari kita menjaga dialektika bahasa sebagai keragaman Indonesia," ucapnya.

Menggunakan Bahasa Sunda tegas Dedi bukan berarti tidak nasionalis. Dia lantas mengingatkan jika sikap nasionalisme lahir dan dibangun dari kekuatan daerah-daerah.

Kang Dedi kemudian menyinggung soal suap.

"Jadi kalau Kejati terima suap saya setuju untuk diganti, tapi kalau pimpin rapat pakai bahasa Sunda apa salahnya?" kata Kang Dedi Mulyadi.

Soal Bahasa Sunda, lanjut Dedi, dirinya saat memimpin rapat sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR RI kerap menyisipkan Bahasa Sunda di dalamnya.

"Justru itu malah membuat suasana rapat rileks tidak tegang. Sehingga apa yang ada di pikiran kita, gagasan kita bisa tercurahkan.”

“Dan lama-lama anggota yang rapat sedikit banyak mendapat kosakata baru bahasa Sunda yang dimengerti," katanya.

-Baca Juga: RENUNGAN: Perkasa Itu Bukan Orang yang Berotot Kuat

"Jadi bagi saya tidak ada problem apapun orang mau menggunakan bahasa daerah manapun di Nusantara ini."

"Selama itu bisa dipahami oleh peserta rapat atau acara yang kita pimpin," kata Kang Dedi Mulyadi.*** (Rizki Laelani/ PikiranRakyat.com)

 

Editor: Ramli Amin


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x