Dinas LH DKI dan Usakti Borlolaborasi Pasang 14 Sensor Pemantau Kualitas Udara

4 Oktober 2022, 11:20 WIB
POSJAKUT -- Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta Asep Kuswanto mengungkapkan pihaknya bersama dengan Universitas Trisakti (Usakti) telah memasang 14 sensor berbiaya rendah atau low-cost sensor (LCS) di dekat alat pemantau kualitas udara. Menurut Kadis LH DKI Asep Kuswanto, pemasangan alat ini be /foto PIXABAY

 

POSJAKUT -- Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta Asep Kuswanto mengungkapkan pihaknya bersama dengan Universitas Trisakti (Usakti) telah memasang 14 sensor berbiaya rendah atau low-cost sensor (LCS) di dekat alat pemantau kualitas udara.

Menurut Kadis LH DKI Asep Kuswanto, pemasangan alat ini bertujuan untuk memastikan data yang dihasilkan LCS mempunyai kualitas tinggi (proses validasi data).

 Kepala Dinas LH DKI Jakarta, Asep Kuswanto mengatakan, penggunaan low-cost sensor ini diharapkan dapat menjadi alat yang bisa digunakan untuk memperluas jangkauan dan memetakan hotspot, sekaligus mengevaluasi kebijakan yang sudah dijalankan Pemprov DKI Jakarta.

Baca Juga: Berikan Like, Share, dan Comment: Dinas LH DKI Ajak Warga Dukung Jakarta pada Ajang WeLoveCities 2022

“Tentu kami tidak berhenti disini dalamm kenyediakan alat pemantau dengan reference grade untuk menyediakan data kualitas udara yang mumpuni untuk masyarakat,” Kata Asep Kuswanto Selasa  4 Oktober 2022.

Seperti diketahuim sejauh ini Dinas LH DKI Jakarta telah memiliki alat pemantau kualitas udara dengan kualitas referensi (reference grade) di lima kota di Jakarta. Data yang dihasilkan mempunyai kualitas mumpuni, namun pengadaan alat ini membutuhkan  dana yang besar.

“Sementara, LCS dapat dibeli dengan dana yang rendah, tetapi datanya harus divalidasi dan dibandingkan dengan reference grade,” ucap Asep.

Baca Juga: Lagi, Dinas LH DKI Jakarta Jatuhkan Sanksi pada 2 Perusahaan Pencemar Lingkungan di Pelabuhan Marunda

Asep menambahkan, melalui program kerja sama dengan Vital Strategies, pihaknya juga akan memasang 14 LCS ini di salah satu reference grade selama satu bulan untuk memvalidasi datanya. 

Jadai dikalibrasi dulu sebulan, setelah itu alat-alat ini akan disebar di beberapa tempat di Jakarta untuk mencari titik kualitas udara yang buruk.

Sejauh ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan penurunan 41 persen polutan berbahaya partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron atau PM2,5 pada 2030.

Baca Juga: IQ Air Masih Menempatkan Jakarta Peringkat Pertama dari 10 Kota Paling Berpolusi di Indonesia

Kuswanto mengatakan, rencana itu akan dilakukan melalui tiga strategi dan 75 rencana aksi pengendalian pencemaran udara.

Asep mengakui, PM2,5 ini menimbulkan dampak kesehatan yang parah baik untuk jangka pendek dan jangka panjang. Hasil pengukuran dari lima Stasiun Pengukuran Kualitas Udara (SPKU) menunjukkan polutan PM2,5 dan PM10 sudah jauh di atas baku tahunan nasional. 

Asep mengatakan, indeks kualitas udara Jakarta dari tahun ke tahun berada pada tingkat rendah dibandingkan daerah lain dengan nilai 53,50 hingga 78,78. Adapun tiga strategi yang akan ditempun adalah meningkatkan tata kelola pengendalian pencemaran udara.

Baca Juga: Rangkaian Acara Hari Lingkungan Hidup, Pemprov DKI Adakan Berbagai Kegiatan di Tebet Eco Park 

Kemudian  mengurangi pencemaran udara dari sumber bergerak, dan mengurangi emisi dari sumber tidak bergerak. Untuk peningkatan tata kelola pengendalian pencemaran udara, Asep Kuswanto akan melakukan itu dengan meningkatkan inventarisasi emisi berkelanjutan. 

Strategi pengurangan pencemaran udara dari sumber bergerak, akan segera dilakukan peremajaan angkutan umum, hingga pengembangan transportasi ramah lingkungan untuk transportasi publik dan pemerintah.

Sejauh in PT Transportasi Jakarta  mengoperasikan 30 unit bus listrik dan target 100 unit akhir 2022. Kemudian, Pemprov juga bakal menerapkan uji emisi kendaraan bermotor dan pengembangan kawasan rendah emisi. ***

 

Editor: Maghfur Ghazali

Sumber: Dinas LH DKI

Tags

Terkini

Terpopuler