LANGGAM JAKARTA : Menelusuri Nama Jalan Setiabudi di Kawasan Elit Kuningan Jakarta Selatan  

27 Desember 2021, 08:00 WIB
Kawasan Jalan Setiabudi Kuningan Jakarta Selatan nyaris tak pernah sepi /maghfur/antarafoto

 

 

POSJAKUT – Setiabudi di Jakarta adalah nama sebuah kcamatan yang berlokasi di Jakarta Selatan. Kecamatan Setiabudi merupakan daerah elit di mana terdapat gedung-gedung tinggi, terutama di daerah Kuningan.

Kecamatan Setiabudi punya 10 kelurahan yaitu Kelurahan Karet, Kelurahan Karet Semanggi, Kuningan Timur, Menteng Atas, Kelurahan Pasar Manggis, Kelurahan Guntur dan Kelurahan Setiabudi.

Jadi Setiabudi selain jadi nama kecamatan sekaligus menjadi nama kelurahan. Selain menjadi nama kecamatan dan kelurahan Setiabudi juga dijadikan nama jalan utama di di kawasan Kuningan Jakarta Selatan.

Baca Juga: Menhub Cek langsung Kesiapan Bandara Juanda Terima Penerbangan Internasional dan Pekerja Migran Indonesia

Jika anda naik bus TransJakarta Koridor 6 dari Ragunan hingga halte Dukuh Atas anda pasti akan melewati Jalan Setiabudi. Tetapi tahukah anda siapa itu Setiabudi? Mari ikuti LANGGAM JAKARTA karena jika tak kenal maka anda tak akan sayang.

Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa Setiabudi adalah seorang  tokoh pergerakan kemerdekaan berdarah Belanda. Nama aslinya adalah Ernest Eugene Francois Douwes Dekker. Wah, mesti buka buku sejarah nch!

Baca Juga: Miliki Ratusan Ribu Anggota, Jakpreneur Jadi Wadah Tumbuh Kembang UKM di Masa Pandemi

Douwes Dekker lahir di Pasuruan, Jawa Timur, 28 Oktober 1879. Ia seorang Indo, tetapi tidak mau menyebut dirinya orang Indo. Waktu kuliah di Universitas Zurich, Swiss, ia mendaftarkan diri sebagai orang Indonesia, dan bersuku Jawa.

Setelah menamatkan HBS ia bekerja di perkebunan kopi di daerah Malang. Suatu hari ia menyaksikan seorang Belanda berlaku kasar terhadap seorang buruh. Rasa kemanusiannya pun tersinggung, lalu ia minta berhenti bekerja, lalu bekerja sebagai guru kimia.

Baca Juga: SINGKAT JAKARTA: Pelabuhan Hujan Ringan, Libur Natal Tol Keluar Masuk Jakarta Sepi Sampai Kebakaran

Sesudah itu, Dowes Dekker sempat beberapa tahun mengembara di luar negeri. Sebagai sukarelawan, ia turut dalam perang Boer melawan Inggris di Afrika Selatan sampai ia ditawan Inggris dan dipenjarakan di Srilangka.

Setelah bebas dari penjara Srilanka, ia kembali ke Indonesia, lalu memimpin harian De Express yang banyak memuat karangan untuk memperjuangkan kemerdekaan bagi Indonesia.

 Baca Juga: Toyota C+Pod Mobil Listrik Portable Ringkas Terbaru Berpenumpang 2 Orang Diluncurkan

Bersama Suwardi Suryaningrat dan dr. Cipto Mangunkusumo, pada 1912, mendirikan Indische Partij (IP), partai politik pertama yang lahir di Indonesia. Ia yakin bahwa penjajahan dapat ditumbangkan dengan adanya aksi bersama antara semua golongan dalam masyarakat.

Golongan Indo dianjurkannya agar bersatu dengan penduduk Indonesia dan menganggap Indonesia sebagai tumpah darah mereka.

Baca Juga: Siswa Kelas 6 SD Terpaksa Ujian di Tenda Pengungsian, Sekolahnya Hancur Akibat Erupsi Semeru
Kegiatan dalam Komite Bumiputra menyebabkan ia berhadapan dengan pengadilan kolonial dan dibuang ke negeri Belanda tahun 1913. Komite itu menentang maksud Belanda merayakan peringatan seratus tahun bebasnya Belanda dari penjajahan Perancis.

 

Setelah lima tahun di tempat pembuangan, ia kembali ke Indonesia dan melanjutkan perjuangan di bidang pendidikan dengan mendirikan perguruan Ksatria Institut. Di perguruan ini terhadap anak didik ditanamkan rasa kebangsaan.

Kecintaanya terhadap negeri ini membuat Ernest Eugene Francois Douwes Dekker seringkali masuk penjara. Pada 1941 dipenjarakan di Jakarta, sesudah itu berpindah- pindah tempat dan akhirnya dibawa ke negeri Belanda.

Baca Juga: Penanganan Covid-19 Semakin Membaik, Kapolri Minta Masyarakat Tetap Tangguh dan Bersyabar

Sesudah Perang Dunia II berakhir, ia kembali lagi ke Indonesia dan turut membantu perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Waktu Belanda melancarkan Agresi Militer II, ia ditangkap dan dimasukkan lagi ke dalam penjara.

Sesudah pengakuan kedaulatan, Dowes Dekker alias Dr. Danudirdja Setabudi menetap di Bandung. Ia meninggal 28 Agustus 1950 di kota Bandung. Atas kecintaannya terhadap Indonesia itu di Jakarta, namanya diabadikan sebagai nama jalan, di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. ***

 

Editor: Maghfur Ghazali

Tags

Terkini

Terpopuler