Krisis Ukraina: Dari Manuver Militer AS ke Baltik, Jerman Boikot Proyek Gas Alam Rusia, Hingga Jaminan Putin

- 23 Februari 2022, 21:00 WIB
Menteri Pertahanan AS, Llyod J. Austin, dan Menteri Pertahanan Polandia, Mariusz Blaszczak, dalam Pertemuan di Warsaw, Polandia
Menteri Pertahanan AS, Llyod J. Austin, dan Menteri Pertahanan Polandia, Mariusz Blaszczak, dalam Pertemuan di Warsaw, Polandia /U.S Embassy & Consulate in Poland

POSJAKUT - AS sekarang memiliki lebih dari 90.000 tentara di Eropa, yang sebagian besar ditempatkan di luar Eropa Timur. Selama sebulan terakhir, Biden memiliki lebih dari dua kali lipat jumlah pasukan Angkatan Darat di Polandia, menjadi sekitar 9.000, dan di Rumania, menjadi hampir 2.000 personil.

Selasa 22 Februari 2022, Biden mengumumkan pasukan yang ia kirim, termasuk satuan tugas batalyon infanteri yang terdiri dari sekitar 800 personil yang akan bergerak dari Italia ke wilayah sekitar Baltik.

Sementara Angkatan Udara AS mengirim delapan jet tempur F-35 dari Jerman ke pangkalan yang tidak disebutkan namanya disebut “di sepanjang sayap timur NATO”, 20 helikopter Apache AH-64 dari Jerman ke Baltik, dan 12 helikopter Apache lainnya dari Yunani ke Polandia.

Manuver dilakukan sebagai tanggapan atas langkah Putin yang semakin agresif. Pada hari Senin, Presiden Rusia itu mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk. Dua negara yang mendeklarasikan kemerdekaan sendiri, memisahkan diri di Ukraina timur yang merupakan wilayah separatis yang didukung Moskow.

 Baca Juga: Tidak Mengirim Pasukan ke Dalam Ukraina, AS dan NATO Mengambil Langkah Defensif di Negara Dekat Laut Baltik

Kemudian Rusia mengarahkan pasukan untuk menduduki wilayah itu atas dasar “fungsi penjaga perdamaian”. Para pemimpin AS dan Eropa mengatakan mereka yakin ini hanyalah awal dari kampanye militer yang bisa menjadi konflik terbesar di benua Eropa sejak Perang Dunia II.

Pengerahan pasukan darat dan udara tambahan AS ke sayap timur NATO membawa risiko. Komunikasi antara AS dan Rusia, dua negara yang menguasai persenjataan nuklir terbesar di dunia, telah dibatasi sejak Putin mencaplok semenanjung Laut Hitam Krimea pada tahun 2014.

Komunikasi semakin terbatas ketika Badan Intelijen Amerika (CIA) mengungkap bahwa Kremlin terlibat dalam kampanye multi-cabang untuk ikut campur dalam pemilihan presiden AS 2016. Jalur komunikasi menjadi lebih sedikit setelah itu, kemungkinan karena salah perhitungan di kedua sisi.

Selain manuver militer, Biden dan para pemimpin Eropa memberlakukan sanksi luas yang menargetkan oligarki dan bank Rusia.

Halaman:

Editor: Abdurrauf Said

Sumber: TIME


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x