Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals 25 Tahun Sudah Melayani Indonesia, Ini Kisah Perjalanannya

17 Desember 2021, 13:38 WIB
Tim Dokter Bedah Saraf Siloam Hospitals /Tety Polmasari

POSJAKUT -- November 25 tahun lalu mengawali perjalanan Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals. Seperempat abad bukanlah waktu yang singkat.

Bagi Tim Bedah jelas juga bukan perjalanan yang mudah mendedikasikan diri demi kesembuhan pasien. Hambatan dan rintangan tidak jarang harus dihadapi.

Selama perjalanan panjang tersebut, tim yang beranggotakan 28 dokter spesialis bedah saraf yang tersebar di seluruh Indonesia telah melakukan lebih dari 20.000 tindakan bedah saraf. 

Baca juga: Sunatan Massal BRI Finance Diikuti 62 Anak, Orang Tua Senang Metode Mahdian Klem Aman

“Awal perjalanan Tim Bedah Saraf dimulai pada tahun 1996," kenang Ketua Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals Prof. Dr. Dr. dr. Eka J. Wahjoepramono, Sp.BS (K), Ph.D, dalam jumpa pers virtual, Rabu, 15 Desember 2021.

Saat itu, ia masih seorang diri sebagai spesialis bedah saraf di Siloam Hospitals Lippo Karawaci. Melakukan operasi pun dengan alat yang sederhana.

Seiring dengan berjalannya waktu dan kebutuhan masyarakat untuk tindakan bedah saraf, mulai dikembangkan tim bedah dengan merekrut empat dokter spesialis bedah saraf lainnya.

Mereka yaitu Dr. dr. Yesaya Yunus, Sp.BS (K), Prof. Dr. dr. Julius July, Sp.BS (K), M.Kes., IFAANS, Dr. dr. Harsan, Sp.BS (K), M.Kes., dan Dr. dr. Lutfi Hendriansyah, Sp.BS (K).

Baca juga: Duduk Terlalu Lama Selain Sebabkan Kanker, tapi juga Beberapa Risiko Kesehatan Lain. Mau Tahu? Simak Yuk…

Dengan bertambahnya Siloam Hospitals di berbagai kota, maka bertambah pula anggota tim bedah saraf. Hingga kini, berjumlah 28 dokter spesialis saraf yang tersebar di berbagai Siloam Hospitals.

Ia mengungkapkan, Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals telah sukses menangani berbagai kasus terkait kesehatan otak. Sukses pula menorehkan berbagai catatan yang membanggakan bagi dunia kesehatan Indonesia.

Salah  satu pencapaian tersebut adalah operasi batang otak. Batang otak adalah bagian otak yang terletak di dasar otak dan terhubung ke saraf tulang belakang.

Baca juga: Si Kecil Susah Makan Sayur? Tenang, Coba Moms Ikuti 4 Tips Jitu Ini dari MamangSayur

Ketua Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals Prof. Dr. Dr. dr. Eka J. Wahjoepramono, Sp.BS (K), Ph.D /Tety Polmasari

Bagian otak ini juga berperan sebagai penghubung antara otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan saraf tulang belakang.

"Batang otak tidak hanya mampu mengendalikan gerakan tubuh, namun juga berperan penting bagi kelangsungan hidup setiap individu," jelasnya.

Dimulai dari operasi pertama yang dilakukan pada 2001 dan tercatat sebagai operasi batang otak pertama di Asia Tenggara.

Terkini Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals telah melakukan lebih dari 70 operasi batang otak dengan tingkat kesuksesan 100%.

“Tidak banyak dokter bedah saraf  yang berani melakukan operasi batang otak karena berisiko sangat tinggi mengakibatkan kematian," ceritanya.

Namun, tim bedah saraf Siloam bertekad untuk dapat membuktikan bahwa dokter Indonesia memiliki kompetensi dan kemampuan yang tidak kalah hebat dengan bangsa lain.

"Kami akan selalu ada untuk melayani anak bangsa yang membutuhkan tindakan terkait otak dan bedah saraf,” tambah Prof. Eka.

Sejumlah prestasi lainnya juga ditorehkan Tim Bedah Saraf Siloam Hospitals. Di antaranya tercatat oleh MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia) atas pencapaian Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, Sp.BS, FINPS

Dokter Made tercatat sebagai dokter bedah saraf pertama di Indonesia yang berhasil melakukan operasi Deep Brain Stimulation pada penyakit Tourrette Syndrome.

Ia juga tercatat sebagai dokter bedah saraf pertama yang berhasil melakukan operasi Stereotactic Brain Lesioning Thalamotomy pada penyakit epilepsi.

Karena itu, Prof. Eka memotivasi seluruh dokter di Indonesia, khususnya di bidang bedah saraf untuk berambisi dapat melakukan operasi yang sebaik-baiknya untuk pasien

Apapun kalangannya dengan kasus sesulit apapun juga. Bersama-sama saling mendukung. Yang senior mendukung junior agar suatu saat kita akan mencapai kompetensi yang sama.

"Kita harus menjadi dokter bagi anak bangsa sendiri dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada dokter di Indonesia. Niscaya, derajat dokter Indonesia akan dapat dipandang sama dengan dokter lainnya di dunia," tandasnya.

Editor: Tety Polmasari

Tags

Terkini

Terpopuler