Tenaga Terampil Otomotif Lulusan SMK Era  Covid 19 Rendah Kompetensi dan Daya Juang

- 5 Desember 2021, 18:20 WIB
Ilustrasi pelayanan bengkel mobil Suzuki.
Ilustrasi pelayanan bengkel mobil Suzuki. /Dok/ SIS

 Baca Juga: Pilihan Wisata Milenial, Ke Museum Wayang Kota Tua Jakarta Akhir Pekan

Bila sebelumnya bengkel hanya mengajari dua hingga tiga bulan, selanjutnya mereka bisa dilepas bekerja sendiri, sekarang kondisinya berbeda. Terkadang harus mengajari layaknya anak non sekolah kejuruan yang belum punya dasar-dasar teknik.

Ketua Umum PBOIN ini  mengungkapkan beberapa kasus kurang terampilnya mendasar. Misalnya masih ada yang kesulitan membedakan jenis dan ukuran kunci, kekencangan baut, rendahnya tingkat ketelitian dan kurangnya pemahaman teknik.

 Baca Juga: Pulihkan Sektor Pariwisata, Pemerintah Luncurkan SNI dan Skema Akreditasi CHSE

Tak jarang cara pegang kunci dan peralatan mekanik saja kurang luwes. Belum lagi hasrat untuk maju juga lemah, sehingga daya juang kurang.

PBOIN berharap Pemerintah membuat program pembelajaran tambahan atau alternatif, yang bisa mengejar rendahnya kompetensi dan daya juang lulusan SMK bidang otomotif 2021 dan 2022 yang mengandalkan belajar daring.

 Baca Juga: Dinkes: Hasil PCR Terbaru 48 Positif, DKI Jakarta Tetap Gencarkan Vaksinasi dan Prokes Ketat

Yang dikhawatirkan nanti muncul stigma di pasar tenaga kerja untuk tidak menggunakan lulusan tersebut, karena itu perlu solusi nyata dari pemerintah untuk menolong mereka. PBOIN siap memberikan saran dan masukan.

PBOIN mencermati, sepuluh tahun belakangan ada semacam perubahan mendasar pola perekrutan tenaga terampil untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja bengkel otomotif UMKM di Indonesia.

 Baca Juga: Waspada Semeru, 13 Korban Tewas dan Beberapa Desa Belum Bisa di Evakuasi

Halaman:

Editor: Maghfur Ghazali


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x