Gawat, Pasien Omicron di Indonesia Mayoritas Penerima Vaksin Lengkap. Bagaimana yang Belum Vaksin Lengkap?

- 31 Desember 2021, 19:00 WIB
Thailand temukan klaster ‘penyebar super’ Omicron, pemerintah peringatkan akan ada lonjakan kasus Covid-19
Thailand temukan klaster ‘penyebar super’ Omicron, pemerintah peringatkan akan ada lonjakan kasus Covid-19 /

 

POSJAKUT –  Aneh tapi nyata, 74 persen dari 68 kasus Omicron di Indonesia justeru dialami pasien yang telah menerima vaksin dosis lengkap dengan kondisi 80 persen tanpa gejala dan ringan.

"Artinya varian Omicron memiliki tingkat penularan yang tinggi tapi dengan risiko sakit berat yang rendah. Kendati begitu, masyarakat harus tetap waspada," tegas Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Jumat 31 Desember 2021.

Data yang dihimpun Kementerian Kesehatan, jelas Nadia, dalam waktu dua pekan, tepatnya 26 Desember 2021, 46 kasus Omicron terdeteksi di Indonesia dan 15 orang di antaranya (32,6%) pelaku perjalanan dari Turki.

Baca Juga: Satgas Covid-19 Ketatkan Posko PPKM Hingga Tingkat Desa dan Kelurahan

Sisanya, ujar Nadia, adalah kasus konfirmasi Omicron yang berasal dari pelaku perjalan dari Inggris, UEA, Arab Saudi, Jepang, Malaysia, Malawi, Republik Kongo, Spanyol, USA, Kenya, Korea, Mesir, dan Nigeria.

Dia menerangkan, hingga 29 Desember 2021, kata Nadia, ada penambahan kasus konfirmasi Omicron di Indonesia sebanyak 21 kasus yang merupakan pelaku perjalanan luar negeri, sehingga total kasus Omicron sebanyak 68 orang.

Berdasarkan laporan dari WHO HQ. Enhancing readiness for Omicron (B.1.1.529): Technical Brief and Priority Actions for Member States, 23 Desember 2021, disebutkan varian Omicron memiliki karakteristik penularan yang lebih cepat daripada varian Delta pada negara-negara yang telah mengalami transmisi komunitas.

Baca Juga: Masih Ada Pelanggar PPKM, Walikota Ali Maulana Hakim Tegaskan Tak Larang Buka Usaha Tapi Prokes Ketat

Nadia menambahkan, di Inggris, tingkat keparahan varian Omicron menyebabkan 29 kematian. Estimasi risiko masuk perawatan gawat darurat Omicron 15-25 persen lebih rendah dibandingkan Delta.

Dia menyebut estimasi risiko hospitalisasi atau rawat inap satu hari atau lebih akibat Omicron mencapai 40-45 persen lebih rendah.

Mutasi Omicron mengurangi efektivitas antibodi monoklonal termasuk Ronapreve atau kombinasi Casirivimab dan Imdevimab. Data awal menunjukkan Sotrovimab masih bisa menghambat Omicron dibandingkan antibodi monoklonal lainnya.

Baca Juga: Kiwi Railway Pesan 262 Gerbong PT INKA, Menhub Bangga. Ini Katanya

Data WHO dari penghitungan prediksi peningkatan kasus akibat Omicron dibandingkan dengan Delta dan dengan mempertimbangkan tingkat penularan dan risiko keparahan, maka didapati hasil kemungkinan akan terjadi peningkatan penambahan kasus yang cepat akibat Omicron.

"Akan tetapi diiringi dengan tingkat penggunaan tempat tidur rumah sakit atau ICU yang lebih rendah dibandingkan dengan periode Delta," ujarnya.

Oleh karena itu Kemenkes mendorong upaya pencegahan dan pengendalian serta upaya mitigasi lainnya harus tetap berjalan optimal untuk mengantisipasi potensi gelombang lanjutan pada 2022.***

Editor: Mulya Achdami


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x