BPBD Lumajang: Kalau Memungkinkan Bantuan Tidak Barang Tapi Dana untuk Relokasi Pengungsian

- 10 Desember 2021, 13:55 WIB
Kondisi dapur umum di tempat pengungsian korban erupsi Semeru
Kondisi dapur umum di tempat pengungsian korban erupsi Semeru /bnbp.go.id

 

POSJAKUT --- Bantuan logistik untuk warga terdampak erupsi Gunung Semeru mencukupi untuk sementara waktu. Bantuan banyak bahkan berlebih dan manajemen logistik juga tercatat baik.

Diungkap Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Indra Wibowo Leksana, S.Sos., M.M. bahwa berbagai pihak telah memberikan dukungan yang luar biasa terhadap penanganan darurat paska erupsi Gunung Semeru.

Namun diharapkan ada penunjukkan koordinator di tempat-tempat pengungsian sehingga ini akan mempermudah untuk penyiapan dan pemantauan.

Baca Juga: Puluhan Film Nasional Akan Tayang Tahun Depan Serap Dana PEN Rp114 Miliar Lebih

“Adanya koordinator bisa memantau kira-kira kekurangan yang ada bisa diketahui dengan jelas, jenis dan jumlahnya berapa yang dibutuhkan sehingga logistik yang disalurkan sesuai dengan kebutuhan yang ada,” ujarnya dilansir bnpb.go.id seperti dikutip POSJAKUT, Jumat 10 Desember 2021.

Ia menambahkan jika pihaknya telah menjangkau 21 kecamatan sampai ke titik-titik pengungsian untuk pendistribusian bantuan logistik. Pos logistik di bawah koordinasi Posko Penanganan Darurat Bencana Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru bertempat di Pendopo Bupati Lumajang.

Pada kesempatan itu, ia mengimbau warga yang ingin memberikan bantuan kepada warga terdampak berupa dana. Dana tersebut nantinya akan dibutuhkan untuk relokasi pengungsian.

Baca Juga: Tim Satgas Tanggap Bencana DKI Pindahkan Ratusan Pengungsi Semeru ke Tiga Lokasi Baru yang lebih Layak

“Terkait dengan logistik, kami berharap untuk sementara logistik cukup banyak. Apabila memungkinkan bantuan tidak berupa barang, diwujudkan berupa dana. Dana ini akan dibutuhkan untuk relokasi pengungsian,” tambahnya.

Sementara itu, logistik bantuan tidak hanya ditujukan langsung kepada warga penyintas atau pun terdampak, tetapi juga keperluan dapur umum. Hal tersebut tampak dari kebutuhan logistik, seperti beras atau pun sembako lain, yang diramu oleh petugas untuk para warga terdampak di wilayah Candipuro.

Koordinator Dapur Umum Tagana Kabupaten Lumajang Fariz mengatakan kebutuhan logistik sebagian diambil dari pos logistik, dan sebagian lainnya dari alokasi anggaran untuk kebutuhan seperti bumbu-bumbu atau kertas pembungkus. Dapur umum ini sebelumnya berada di Desa Sumberwuluh namun kemudian digeser bersamaan pos pengungsian di wilayah itu.

Baca Juga: Presidensi G20: Upayakan Percepat Digitalisasi dan Kebijakan Global dalam Pembiayaan Perubahan Iklim

Dalam menyediakan makanan, pihaknya menerima permintaan terlebih dahulu sebelum mulai memasak sesuai dengan kebutuhan. Dapur ini dioperasikan Tagana dari beberapa kabupaten, seperti Banyuwangi, Jember, Jawa Tengah, Bondowoso dan Pasuruan, serta dibantu para warga.

"Rata-rata kami menyiapkan untuk 1.800 bungkus dan sesuai permintaan,” ujar Fariz seraya menambahkan dapur umum ini juga menyiapkan makanan kepada para relawan atau petugas yang berada di sekitar wilayah tersebut.

Menurut Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Ph.D, tercatat jumlah warga meninggal dunia sebanyak 43 jiwa, luka berat 21, hilang 12 dan mereka yang mengungsi 6.542. Warga yang mengungsi tersebar di 125 titik.

Baca Juga: Indonesia Jadi  Inisiator ASEAN Human Rights Dialogue Dalam  Memajukan Demokrasi dan HAM

Sedangkan sebaran titik pengungsian sebagian besar berada di Kabupaten Lumajang. Ada dua titik yang berada masing-masing di Kabupaten Malang dan Blitar. Kecamatan Candipuro sebanyak 10 titik pengungsian dengan jumlah warga 2.331 jiwa, Pasirian 4 titik (1.307 jiwa), Tempeh 12 titik (640 jiwa), Pronojiwo 10 titik (525 jiwa), dan Lumajang 11 titik (335 jiwa).

Kemudian di Sumbersuko 9 titik (302), Pasrujamber 2 titik (212 jiwa), Sukodono 9 titik (204 jiwa), Kunir 8 titik (127 jiwa), Yosowilangun 8 titik (89 jiwa), Tekung 3 titik (67), dan Senduro 4 titik (66 jiwa).

Lalu di Padang 3 titik (62 jiwa), Jatiroto 3 titik (59 jiwa), Kedungjajag 7 titik (50 jiwa), Klakah 5 titik (45 jiwa), Rowokangkung 4 titik (37 jiwa), Ranuyoso 1 titik (26 jiwa), Randuagung 7 titik (24 jiwa), Tempusari 2 titik (23 jiwa) dan Gucialit 3 titik (11 jiwa).

“Posko akan terus melakukan pemutakhiran titik pengungsian mengingat ada pos pengungsian yang ditutup karena berada di kawasan rawan bahaya, seperti di Desa Sumberwuluh,” jelas Muhari.***

Editor: Fenty Ruchyat


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini