Yenny Wahid Menilai Polemik “Amplop Kiai” Jangan Diartikan Kebiasaan Money Politics

28 Agustus 2022, 12:30 WIB
Polemik "Amplop Kiai", sebagaimana respons terhadap pernyataan Ketua Umum PPP Suharso Minoarfa, bukti tidak paham budaya ulama /foto ANT

POSJAKUT – Polemik “Amplop Kiai” yang menyeret Ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa dilaporkan ke Bareskrim Polri oleh sekelompok orang yang tergabung dalam "Pecinta Kiai Nusantara” membuat Yenny Wahid ikut bicara.

Menurut tokoh perempuan Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid polemik "Amplop Kiai", sebagaimana respons terhadap pernyataan Ketua Umum PPP Suharso Minoarfa, bukti mereka tidak paham budaya ulama. 

Putri mantan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mengtakan bahwa kiai dan ulama itu justru lebih banyak memberi daripada menerima sesuatu dari masyarakat.

Baca Juga: Dianggap Menghina Para Kiai, Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa Dilaporkan ke Bareskrim Polri 

“Jadi, kalau kiai-kiai disebut terlibat dalam money politics, karena suka disalami saat tamunya pulang, saya rasa itu karena enggak kenal budaya kiai dan ulama," tegs Yenny Wahid  seperti dikutip dari Antara Ahad 28 Agustus 2022.

Sebelumnya Ketua Pecinta Kiai Nusantara Alvin Mustofa Hasnil Haq  Kamis 25 Agustus 2022 melaporkan Suharso ucapannya dalam pidato di acara Pembekalan Antikorupsi Politik Cerdas Berintegritas (PCB) untuk PPP bekerja sama dengan KPK pertengahan Agustus lalu.

Apa yang disampaikan Suharso Monoarfa dengan memberikan contoh para kiai itu dinilai para santri Pecinta Kiai Nusantara itelah menghina dan menyinggung para kiai

Baca Juga: Innalillahi wa Inna Ilaihi Rajiun, Politisi PPP H. Abraham Lunggana alias Haji Lulung Meninggal Dunia

Wakil Sekretaris PWNU DKI Jakarta ini mengatakan sebetulnya banyak pihak yang telah melaporkan Suharso terkait hinaannya kepada para kiai. Tapi yang ke Bareskrim baru dirinya.

Ia berharap Suharso sebagai publik figur tidak mengulangi kesalahan yang bisa menyinggung seluruh kiai.

Yenny Wahid mengtakan, banyak orang yang datang sowan ke kiai untuk minta didoakan karena mereka percaya bahwa silaturahmi ke kiai akan mendatangkan keberkahan. Baik orang miskin maupun kaya, pejabat maupun orang biasa, semua diterima dan dihormati

Baca Juga: Menteri Suharso Monoarfa: Tugas Besar Bangsa Indonesia adalah Melakukan Transformasi Ekonomi

Bahkan, Yenny mengatakan bahwa tidak jarang ada yang datang membawa sumbangan dan oleh-oleh, ada yang datang membawa hasil bumi, seperti singkong dan kelapa. Akan tetapi ada juga yang memilih memberikan sumbangan berupa uang dengan jumlah beragam. 

Yenny mengatakan, banyak kiai yang bahkan besaran sumbangannya saja tidak tahu karena biasanya akan disalurkan langsung untuk keperluan pondok pesantren, membangun masjid, dan lain-lain.

Sekarang ini kata Yenny banyak pondok pesantren yang masih disubsidi oleh kiainya agar para santri bisa belajar dan tinggal secara gratis di sana.

Baca Juga: Presiden Ingatkan untuk Tak Lagi Hadirkan Politik Identitas, Begini Caranya ! 

Ia menceritakan pengalaman unik dengan almarhum Kiai Maimun Zubair, tokoh karismatik PPP. Kalau beliau diberi amplop, amplopnya diterima, lalu dikembalikan lagi kepada yang memberi.

"Beliau mengatakan bahwa sumbangannya beliau terima. Karena sudah menjadi haknya, beliau memberikan kembali kepada orang yang memberi sumbangan tersebut sebagai hadiah dari beliau," katanya. 

Yeni  menegaskan, "Itulah akhlak kiai, yang bisa menolak secara halus tanpa menyinggung perasaan orang yang ingin mendapatkan berkah dan ini tidak bisa dikategorikan sabagai money politics.

Baca Juga: KPU Sebut, Sudah 50 Parpol Diterima Melalui Akses Sistem Informasi Partai Politik (Sipol) 

Seperti diketahui, dalam pidatonya di acara Pembekalan Antikorupsi Politik Cerdas Berintegritas (PCB) untuk Partai Persatuan Pembangunan bekerja sama dengan KPK pertengahan Agustus lalu, Suharso menyinggung soal amplop kiai. 

Dalam acara yang dapat disaksikan melalui kanal YouTube ACLC KPK itu, Suharso mengawali pidatonya dengan menceritakan pengalamannya saat menjadi Pelaksana Tugas Ketua Umum PPP. Dia mesti bertandang ke beberapa kiai pada pondok pesantren besar. 

"Demi Allah dan rasulnya terjadi. Saya datang ke kiai dengan beberapa kawan, lalu saya pergi begitu saja. Ya, saya minta didoain, kemudian saya jalan. Tak lama kemudian, saya dikirimi pesan WhatsApp, 'Pak Plt. tadi ninggalin apa nggak untuk kiai', saya pikir ninggalin apa? Saya enggak merasa tertinggal sesuatu di sana," ujar Suharso kala itu.

Baca Juga: Cerita Audy Joinaldy Alami Kecelakaan Politik hingga Jadi Wagub Sumatera Barat di Klarifikasi Pimred PRMN 

Setelah itu, Suharso diingatkan bahwa jika bertemu dengan kiai harus meninggalkan "tanda mata".

"'Kalau datang ke beliau-beliau itu mesti ada tanda mata yang ditinggalkan'. Wah, saya enggak bawa. Tanda matanya apa? Sarung? Peci? Al-Qur'an atau apa? 'Kayak nggak ngerti aja Pak Harso ini', jelasnya 

Dan itu kata Ketua Umum PPP terjadi di mana-mana setiap ketemu, enggak bisa, bahkan sampai hari ini kalau kami ketemu di sana, kalau salamannya enggak ada amplopnya, itu pulangnya itu sesuatu yang hambar. “Ini masalah nyata yang kita hadapi saat ini," jelasnya.

Hasnil mengungkapkan pihaknya telah melaporkan, terkait masalah hukuman untuk Suharso, dirinya menyerahkan kepada pihak berwajib. Dia menuntut laporannya agar segera ditindaklanjuti sesuai dengan hukuman yang berlaku. 

Soal pidananya sangat tergantung pihak kepolisian dalam menyikapi laporan yang diajukan. Dalam laporannya, Alvin Mustofa Hasnil Haq menggunakan Pasal 156 A KUHP. Suharso dianggap melanggar aturan perihal menyatakan kebencian atau penghinaan. ***

Editor: Maghfur Ghazali

Sumber: posjakut/ant

Tags

Terkini

Terpopuler