Kepala Disbud DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana mengatakan, pameran tentang kebencanaan ini menjadi pengingat sekaligus momentum introspeksi diri akan bencana di Indonesia agar manusia haru selalu waspada.
Iwan mengatakan, upaya adaptif terhadap bencana menjadi hal yang diturunkan dari zaman dahulu dari leluhur sebagai awal mitigasi bencana dengan ragam ilmu folklor yang berwujud puisi, syair, lagu hingga dongeng pengantar tidur.
Penyelenggaraan pameran ini memperkenalkan budaya leluhur dalam mengingatkan manusia menjaga lingkungan dan peringatan akan datangnya bencana.
“Pameran ini juga menyebarluaskan informasi dan memperkaya wawasan serta pengetahuan pengunjung melalui koleksi tangible dan intangible yang berkaitan dengan budaya leluhur dalam mencegah dan menghadapi bencana,” katanya..
Ia menyampaikan, pengembangan teknologi yang dibuat melalui sistem deteksi dini bencana sebagai upaya mitigasi modern membuat masyarakat lebih mawas diri.
Baca Juga: Sinopsis Film Suzume no Tojimari, Upaya Gadis Belia Tutup Pintu Hentikan Bencana di Jepang
Pameran ini katanya selain erat kaitannya dengan ketahanan budaya, tapi juga tujuan dari Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) 2030.
Untuk mencapai itu semua, Indonesia harus memiliki suatu bentuk ketahanan sebagai Resilient Country, atau Resilient City, khususnya untuk Kota Jakarta.
Kepala UP Museum Kebaharian Jakarta Disbub DKI Jakarta, Mis’ari menjelaskan, pameran ini menghadirkan instalasi berupa panil-panil yang berisikan informasi mengenai garis waktu (timeline) bencana maritim Indonesia.
Artikel Rekomendasi