Network
POSJAKUT - Siapa yang tidak mengenal Hermes? Pecinta kisah-kisah mitologi Yunani Kuno tentu kenal dengan anak Zeus yang satu ini. Tidak hanya sekedar mitologi, Hermes merupakan ikon budaya populer.
Bahkan festival olahraga olimpiade yang diadakan setiap tahun diasosiasikan dengan Hermes yang merupakan dewa olahraga dan atletik Yunani Kuno. Nama 'Hermes' juga erat kaitannya dengan merek tas ternama asal Perancis.
Selain itu, Caduceus, tongkat milik Hermes yang dililit dua ular, dijadikan simbol pengobatan modern. Patung Hermes banyak dipamerkan di beberapa museum dan tempat umum, seperti Museum Arkeologi Olympia di Yunani, misalnya.
Dari sekian banyak patung Hermes di seluruh dunia, salah satunya berada di pelataran belakang Museum Fatahillah di Jakarta. Membuat pertanyaan: Apa hubungan Hermes dengan Jakarta?
Baca Juga: Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Pastikan Semua Persiapan Formula E Berjalan Lancar
Menilik latar belakang sejarah kota, Jakarta didirikan pertama kali pada 1619 oleh Gubernur Kongsi Dagang Belanda (VOC) J.P Coen sebagai basis regional perdagangan dari sisa-sisa reruntuhan Jayakarta.
Hermes yang merupakan dewa dalam mitologi Yunani Kuno tentu tidak ada hubungan yang jelas dengan pemerintahan Hindia Belanda.
Patung tersebut merupakan milik pedagang Jerman di abad ke-20 bernama Karl Wilhelm Stolz yang ia beli pada tahun 1920 di Hamburg. Patung itu dipajang di halaman rumahnya di Meester Cornelis (Jatinegara).
Sebagai seorang pedagang dan petualang, Hermes yang juga merupakan dewa dagang dan perjalanan sangat cocok baginya. Namun ketika istrinya wafat pada 1930, Karl menutup toko dan usahanya.
Artikel Rekomendasi