POSJAKUT - Bitcoin (BTC) mengalami masa-masa terburuknya beberapa pekan terakhir, harganya turun hingga 56,01% dari bearish tertingginya (all time high) pada 10 November 2021 lalu yang mencapai angka $68,789.63 USD.
Senin, 16 Mei 2022, Mantan Ketua Federan Reserve Ben Bernanke, dalam wawancaranya dengan CNBC, mengungkapkan ketidakpercayaannya pada masa depan cryptocurrency, khususnya Bitcoin.
Bernanke juga mengatakan bahwa bitcoin tidak memiliki potensi untuk menjadi alternatif mata uang konvensional karena harganya yang bervariasi secara drastis dari hari ke hari, "sehingga tidak ada stabilitas nilai bitcoin juga".
"Anda bisa lihat sisi negatifnya sekarang," katanya. "Jika bitcoin adalah pengganti mata uang fiat, kamu bisa menggunakannya untuk pergi belanja."
"(Namun faktanya) tidak ada yang membeli bahan makanan dengan bitcoin karena itu terlalu mahal dan kurang nyaman untuk dilakukan."
Selain itu, Bernanke juga tidak yakin kalau bitcoin bisa jadi penyimpan harga atau emas digital. "Emas memiliki nilai guna yang mendasarinya," katanya.
"Sementara nilai penggunaan yang mendasari bitcoin adalah untuk melakukan ransomware (serangan malware pada komputer) atau semacamnya."
Pada hari Selasa, bitcoin perlahan mulai bangkit. Dengan volume trading 24 jam terakhir sebesar $29.213.638.864 USD, bitcoin naik 1,93%. Menduduki peringkat no. 1 cryptocurrency di CoinMarketCap.
Artikel Rekomendasi