Kultum Ramadhan: Allah dan Nabi Tak Mensyaratkan Usia Tua Baru Bertobat

- 8 April 2022, 07:20 WIB
Ilustrasi 3 bekal menyambut bulan suci puasa, salah satunya bertobat /Dok. Hallo Media/M. Rifa'i Azhari
Ilustrasi 3 bekal menyambut bulan suci puasa, salah satunya bertobat /Dok. Hallo Media/M. Rifa'i Azhari /ringtimesbali.pikiran-rakyat.com/

“Seorang raja marah pada menterinya, ia ingin memecatnya dari pengabdiannya dan menyingkirkannya dari kekuasaannya.

Kemudian menteri itu berkata pada raja: ‘Jika pemecatan ini terjadi, kembalikan padaku segala yang kukorbankan untuk mengabdi kepadamu.’

Raja bertanya: ‘Apa itu?’ Sang menteri menjawab: ‘Masa mudaku. Tolong kembalikan semua masa mudaku yang telah kuhabiskan untuk mengabdi kepadamu.’

Sang raja terkejut mendengar jawaban itu dan tidak jadi marah pada menterinya”.(Sayyid Abdul Aziz al-Darani, Thahârah al-Qulûb wa al-Khudlû’ li ‘Allâm al-Ghuyûb, Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, 2003, h. 154).

Apa maksud Sayyid Abdul Aziz al-Darani memasukkan kisah di atas dalam kitabnya? Kita akan uraikan perlahan-lahan.

-Baca Juga: RENUNGAN: Tafsir Ayat-Ayat Ramadhan, Puasa Ramadhan Hukumnya Wajib

Dengan memasukkan kisah di atas, Sayyid Abdul Aziz al-Darani ingin menekankan pentingnya masa muda, bahwa tobat tidak melulu harus dilakukan ketika sudah tua.

Tobat harus dilakukan sejak dini, setiap saat, dari mulai baligh sampai ajal menjemput.

Jangan anggap masa lalu adalah masa yang sangat jauh dari sekarang. Sedetik saja waktu berlalu, itu telah menjadi masa lalu, tidak dapat diulang kembali.

Halaman:

Editor: Ramli Amin


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x