RENUNGAN: Seorang Gadis yang Jujur

- 18 Februari 2022, 09:00 WIB
Ilustrasi Khalifah Umar Bin Khatab /Facebook/Berita Islam
Ilustrasi Khalifah Umar Bin Khatab /Facebook/Berita Islam /sragenupdate.pikiranrakyat.com/

POSJAKUT – Suatu ketika Umar bin Khattab  bersama pengawalnya mengadakan Siskamling. Tiba-tiba Umar mendengar percakapan seorang ibu dengan anak gadis di sebuah rumah kecil yang  dilewatinya.

“Hai anak ku, besok pagi kau jual susu seperti biasa. Agar susu itu bertambah banyak dan kita dapat untung yang besar, campurlah susu itu dengan air yang banyak,” kata si ibu pada anaknya.

“Tetapi bu…apakah ibu tidak mendengar seruan khalifah Umar bin Khattab, bahwa semua pedagang susu dilarang untuk mencampur susunya dengan air,” jawab  anak gadis itu.

“Alaaa…tak usah didengar perintah itu.Kau kan perlu uang banyak. Kerjakan saja.”

“Toh Umar tidak melihat kita malam ini,” lanjut si ibu.

-Baca Juga: TAUSIYAH : Nasihat Ulama dan Hadits Nabi tentang Masa

“Ya betul bu….khalifah Umar tidak melihatnya, tetapi Tuhannya Umar melihat kita. Allah SWT melihat kita,” kata gadis itu pada ibunya.

“Kau melawan ibu?” Kata ibunya marah.

“Aku bukan melawan ibu. Tetapi aku takut melawan perintah Amirul Mukminin, perintah dari pemerintah kita, terutama melawan Allah SWT,” jawab gadis itu, agak ngotot.

Pembicaraan ibu dan anak gadisnya itu didengar Umar yang sedang mengadakan siskamling dengan jelas. Perlahan-lahan Umar  menjauh, pergi meninggalkan tempat itu.

“Wahai Aslam…kau tandai rumah itu, agar kita mudah mencarinya lagi,” kata Umar pada pengawalnya.

Suatu  hari  Umar memerintahkan pengawalnya menghadap, dan mengajak berunding. “Hai …Aslam…masih ingatkah kau rumah kecil yang kita lewati, kita mendengar pembicaraan seorang ibu dengan anak gadisnya?” Umar bertanya.

“Ya…tuan, saya ingat, bahkan saya beri tanda rumah itu…sesuai perintah tuan.”

“Coba kau selidiki rumah itu, siapa-siapa saja penghuninya,” kata Umar lagi.

-Baca Juga: JADWAL SHOLAT : Untuk Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan dan Bekasi

Lantas Aslam pun mencarinya dan ditemukannya rumah itu. Ternyata hanya dihuni oleh seorang janda dan anak gadisnya itu. Aslam pun melapor kepada khalifah.

“Nah…kira-kira apa yang pantas untuk hadiah anak gadis yang jujur itu?” Tanya Umar kepada pengawalnya setelah selesai melapor tentang keadaan penghuni rumah tersebut.

“Beri saja serratus dirham uang, tuan,” usul pengawalnya.

“Ganjaran itu belum memadai,” kata Umar.

“Kejujuran  tidak dapat diukur atau dinilai dengan jumlah uang. Saya akan berikan pada anak gadis itu ganjaran yang terbesar. Saya akan jadikan dia sebagai keluarga saya,” kata Umar.

Aslam terkejut mendengar keputusan Umar sedemikian itu. Dan memang ternyata Umar mengangkat gadis itu sebagai menantunya, karena Umar punya anak lelaki, Ashim, yang sudah pantas dikawinkan dan dijodohkan pada anak gadis yang jujur itu.***

Sumber: Buku Renungan Orang Beriman, Dihimpun HRS Hadikamadjaya, 1996, Yayasan Al Jumhuriyah, Jakarta.

 

 

 

 

Editor: Ramli Amin


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini