Baca Juga: Pengamat Bilang Tahun Depan Apartemen Berkonsep TOD jadi Primadonap Milenial
Perubahan paradigma ini, lanjut Anies, berdampak pada prioritas pembangunan fasilitas penunjang dan peningkatan pelayanan, khususnya transportasi umum.
"Jakarta juga menginisiasi mobilitas berkelanjutan melalui sistem transportasi terpadu dengan paradigma Car-Oriented Development ke Transit-Oriented Development (TOD) . Ini juga menciptakan kota yang lebih terintegrasi dengan angkutan umum massal," ujarnya.
Keseriusan untuk membenahi transportasi umum massal, tambah Anies, menghasilkan hasil.
Yakni dapat membangun kepercayaan publik untuk menggunakan jasa transportasi umum.
Baca Juga: PT LRT Jakarta Lakukan Uji Coba Rute Integrasi Stasiun Pegangsaan Dua-JIS hingga 31 Maret 2022
Jakarta juga telah menggandakan cakupan angkutan umum (dari 42 pada tahun 2017 menjadi 82 persen).
Dengan demikian, tuturnya, Jakarta telah berada di jalur yang tepat untuk menyediakan angkutan umum dalam jarak 500 meter dari 95 persen rumah penduduk pada tahun 2022.
Selain itu Jakarta juga menargetkan 14.000 bus listrik beroperasi bersama dengan pangsa moda transportasi umum sebesar 60 persen pada tahun 2030.
"Kami percaya bahwa cara terbaik untuk memahami sebuah kota adalah dengan menggunakan sistem transportasi umum dan memastikan setiap orang yang tinggal di daerah perkotaan memiliki akses ke transportasi umum yang aman, intens, terjangkau, dan bebas karbon. Selain menghubungkan tempat, transportasi umum juga menghubungkan orang. Transportasi umum lah yang menyatukan kita," papar Anies.
Forum diskusi internasional juga dihadiri oleh Direktur Pelaksana World Bank Mari Elka Pangestu dan President of the Federated States of Micronesia David W Panuelo.***
Artikel Rekomendasi