Pakar Politik Mengungkapkan Skenario Terburuk Rusia untuk Invasi Ukraina

16 Februari 2022, 21:00 WIB
Saat ini masih terdapat sebagian besar pasukan darat militer Rusia berada di dekat perbatasan Ukraina. /EyePress News/Rex/Shutersstcok

POSJAKUT - Kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina dapat berbentuk banyak rupa. Banyak di antaranya berpotensi mengarah pada konflik berlarut-larut yang mampu mengacaukan Eropa dengan konsekuensi luas bagi negara-negara di luar Eropa.

Senator Amerika Serikat, Marco Rubio mengatakan dalam sebuah video yang diunggah di Twitter, "Sebagian dari masalahnya adalah bahwa ini adalah situasi yang sangat berbahaya karena dapat dengan cepat meningkat dengan cara-cara yang dapat menyebabkan bencana."

Ia juga pernah mengatakan bahwa konflik Ukraina ini merupakan ancaman paling signifikan di Eropa sejak 1945.

Sementara itu, Rusia terus mengatakan bahwa mereka akan selalu terbuka  dan kooperatif untuk terlibat dalam upaya diplomatik guna mengekang ketegangan di kawasan itu. Ironisnya di saat yang sama, mereka juga telah mengumpulkan sekitar 130.000 tentara di sebagian besar perbatasan Ukraina.

Baca Juga: Fitur Facial Recognition Gagal Lindungi Privasi Pengguna, Meta Digugat Kejaksaan Agung Texas

"Putin berusaha memaksimalkan retorika dan fleksibilitasnya di lapangan setiap saat. Ia akan mengatakan apa pun untuk menjaga opsi tetap terbuka," kata Lester Munson, mantan direktur staf Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS.

"Ia (Putin) juga tertarik untuk melihat bagaimana pihak lain, yaitu Amerika Serikat, Barat, dan Ukraina bereaksi ketika ia mengambil langkah provokatif atau membuat jaminan yang tidak jelas."

Masalah kian rumit, Rusia juga telah mengadakan latihan bersama dengan militer Belarus, menugaskan 30.000 tentara bersama dengan pasokan peralatan militer canggih Rusia ke negara di utara Ukraina dan ibukotanya, Kyiv.

Di sisi lain, NATO juga ikut mengirim tentaranya, termasuk sekitar 6.000 tentara AS, ke wilayah tersebut.

"Ada kemungkinan terdapat salah perhitungan di sana, satu pihak berpikir bahwa langkah yang dilakukan pihak lain adalah serangan, dan tiba-tiba saling berperang," kata Rubio tentang respon dari kedua sisi dengan saling mengirim tentara mereka.

Para pakar politik diplomasi telah menguraikan beberapa kemungkinan strategi yang Rusia gunakan untuk menyerang Ukraina.

Bahkan sebagian berpendapat Putin merencakan sesuatu lebih besar, yang melampaui teritorial Ukraina Timur, upaya yang lebih ambisius. Bergerak lebih jauh ke Barat dan juga merebut pelabuhan di Odessa.

Baca Juga: Klaim Pakaian Adat Hanbok dalam Pembukaan Olimpiade Beijing, China dan Korea Selatan Kembali Perang Budaya

"Langkah seperti itu akan membuat Ukraina kehilangan pelabuhan ekonomi vital di sepanjang pantai selatannya, membuat Ukraina terkurung daratan, dan menyelesaikan masalah logistik lama Rusia dengan menyediakan pasokan, termasuk air, ke Krimea," kata Alexander Vindman, mantan Direktur Urusan Eropa untuk Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat.

“Ini akan menjadi operasi besar yang membutuhkan semua pasukan yang telah dikumpulkan Rusia di Krimea dan di sepanjang perbatasan timur dan utara Ukraina. Ini juga akan dibutuhkan untuk merebut dan menguasai medan perebutan,” tambah Vindman.

"Rusia akan dipaksa untuk terlibat dalam upaya yang mahal untuk menduduki kota-kota besar Ukraina, mengekspos pasukannya ke perang kota yang sulit, kampanye militer yang berlarut-larut, dan pemberontakan yang merepotkan."

Berdasarkan pendapat tersebut, tentu mau tidak mau Rusia harus melakukan invasi skala penuh ke seluruh penjuru Ukraina. Rusia kemungkinan akan mempertahankan wilayah dan jalur pasokannya sebagai cara untuk menimbulkan kerusakan dan mencapai tujuan diplomatiknya.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada Senin 14 Februari 2022, bahwasanya ia diberitahu "invasi akan terjadi pada hari Rabu, sesuatu yang kemudian diklarifikasi oleh para petinggi Ukraina secara ironis."

Editor: Abdurrauf Said

Sumber: The Hill

Tags

Terkini

Terpopuler