TAUSIYAH : Bermaksiat Dikala Sepi (2)

- 31 Oktober 2022, 09:30 WIB
ILUSTRASI:  Bermedia sosial juga harus mempertimbangkan mana yang sehat dan mana yang negatif.
ILUSTRASI: Bermedia sosial juga harus mempertimbangkan mana yang sehat dan mana yang negatif. /Foto : Nur Aliem Halvaima - PosJakut/

“Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan …” Karena kebiasaan orang shalih adalah menampakkan lahiriyah.

Baca Juga: TAUSIYAH : Jangan Menjadi Muhajir

"Kalau maksiat dilakukan oleh orang shalih walaupun sembunyi-sembunyi, tentu mudharatnya besar dan akan mengelabui kaum muslimin". 

"Maksiat yang orang shalih terjang tersebut adalah tanda hilangnya ketakwaan dan rasa takutnya pada Allah.”

Kedua: Yang dimaksud dalam hadits Tsauban dengan bersendirian dalam maksiat pada Allah tidak berarti maksiat tersebut dilakukan di rumah seorang diri, tanpa ada yang melihat. 

Bahkan boleh jadi maksiat tersebut dilakukan dengan jama'ahnya atau orang yang setipe dengannya.

Baca Juga: TAUSIYAH : Sabar adalah Kenikmatan

Yang dimaksud dalam hadits bukanlah melakukan maksiat sembunyi-sembunyi. Namun ketika ada kesempatan baginya untuk bermaksiat, ia menerjangnya. 

Ketiga: Makna hadits Tsauban adalah bagi orang yang menghalalkan dosa atau menganggap remeh dosa tersebut.

Syaikh Muhammad Al-Mukhtar Asy-Syinqithi berkata, ada orang yang melakukan maksiat sembunyi-sembunyi namun penuh penyesalan. 

Halaman:

Editor: Nur Aliem Halvaima

Sumber: Fatamorgana Djufri Tambora


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

x