Korban Tewas di Stadion Kanjuruhan Malang Tercatat Tragedi Sepak Bola Terbanyak Kedua Selama 50 Tahun

- 2 Oktober 2022, 09:05 WIB
PT LIB, resmi untuk sementara menghentikan kompetisi Liga 1 menyusul insiden kerusuhan di Kanjuruhan
PT LIB, resmi untuk sementara menghentikan kompetisi Liga 1 menyusul insiden kerusuhan di Kanjuruhan /ARI BOWO SUCIPTO/ANTARA FOTO

 

POSJAKUT – Kerusuhan suporter sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang menewaskan 127 orang ini merupakan peristiwa terburuk kedua selama setengah abad sejarah persepakbolaan dunia.

Jumlah kematian suporter  terbanyak dalam sejarah sepak bola di dunia pertama kali terjadi di Estadio Nacional, Lima, Peru pada 24 Mei 1964 dengan korban 328 orang.

Saat itu baru wasit meniup peluit panjang menandai berakhirnya pertandingan antara Peru melawan Argentina dalam kualifikasi Olimpide.

Baca Juga: 127 Orang Tewas Akibat Kerusuhan Stadion Kanjuruhan Malang, PSSI MInta Maaf

Peru tertinggal 0-1 dan berhasil menyamakan kedudukan pada menit-menit akhir. Namun, gol penyama kedudukan Peru dianulir oleh wasit. Hal itulah yang kemudian menyulut kemarahan suporter peru hingga terjdi kerusuhan berdarah yang menewaskan 328 orang itu.

Kasus berikutnya yang dapat dicatat sebagai tragedi berdarah terjadi di Stadion Accra, Ghana, pada 2001. Pertemuan antara dua klub papan atas di negara tersebut, Heart of Oak vs Kotoko, diwarnai insiden berdarah.

Ulah penggemar Kotoko yang melemparkan  berbagai benda ke lapangan direspons polisi dengan gas air mata. Penonton yang panik lantas berusaha melarikan diri. Nahas, pintu-pintu keluar stadion tidak mau terbuka. Sebanyak 126 orang tewas akibat insiden tersebut. 

 Baca Juga: Penantian Panjang Selama 23 Tahun Itu Berakhir Rusuh

Kasus berikutnya yang juga dapat dicatat sebagai tragedi berdarah dengan korban 96 orang tewas  terjadi di Hillsborough Inggris. Pada saat itu adalah pertandingan semi final Piala FA yang mempertemukan Liverpool dan Nottingham Forest. 

Kerusuhan yang terjadi 15 Maret 1989 di Stadion Hillsborough, Sheffield, Inggris ini akibat masa yang tidak terkendali ingin menyaksikan pertandingan semi final Piala FA. Insiden itu kemudian direspons dengan beragam aturan ketat soal pengendalian massa. 

Termasuk dihilangkannya tribune berdiri di stadion-stadion di seantero Inggris. Tragedi ini sungguh memukul Liverpool lantaran 96 orang yang tewas itu merupakan pendukung mereka. 

Baca Juga: Tekuk Tottenham Hotspur 1-3, Posisi Arsenal Sebagai Pemuncak Klasemen Tak Tergoyahkan

Jumlah korban meninggal tersebut tercatat sebagai jumlah tertinggi dalam kecelakaan di stadium dalam sejarah Britania Raya dan tetap menjadi rekor tragedi terbesar yang berhubungan dengan stadion sepak bola di Britania Raya.

Kasus yang juga menelan korban cukup besar yakni 93 orang tewas adalah di Stadion Nasional Kathmandu, Nepal, pada 1988. Insiden mengerikan itu terjadi pada laga sepak bola lokal antara Janakpur Cigarette Factory vs Liberation Army.

Kencangnya tiupan angin menjadi awal dari tragedi berdarah ini. Hujan es mengakibatkan suporter berusaha berlarian menyelamatkan diri lantaran stadion yang sebagian besar tidak beratap.

Baca Juga: Napoli Bertengger di Puncak Klasemen Liga Italia Usai Kalahkan Torino 3-1

Kepanikan itu menyebabkan ratusan orang terinjak-injak saat berusaha menyelamatkan diri dan menelan 93 korban jiwa.  Paling baru adalah kerusuhan di laga Arema FC vs Persebaya Surabaya yang berlangsung Sabtu 1 Oktober 2022 malam.

Menurut Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur Irjen Nico Afinta awal mula kericuhan suporter yang tewaskan 127 orang di laga Arema FC vs Persebaya itu terjadi usai wasit meniup peluit akhir dengan kedudukan 2-3 untuk kemenangan Persebaya.

Namun situasi berubah saat ada beberapa penonton dari arah tribun merangsek masuk ke dalam lapangan dengan cara melompati pagar pembatas stadion. Jumlah penonton yang masuk ke lapangan kemudian semakin banyak mencapai ribuan.

Baca Juga: BMKG Memperkirakan Pagi hingga Sore Menjelang Malam Jabodetabek Diguyur Hujan

 

Suasana semakin tidak kondusif dan gas air mata akhirnya ditembakkan. Irjen Nico Afinta pihaknya telah menjalankan sesuai prosedur terkait penembakan gas air mata.  Gas air mata juga ditembakkan ke arah tribun. 

Akibat tembakan gas air mata, para suporter akhirnya berlarian menuju ke salah satu titik di Pintu 12, Stadion Kanjuruhan. Suporter yang panik membuat area itu mengalami penumpukan. 

"Saat terjadi penumpukan itulah banyak yang mengalami sesak napas," tuturnya dalam konferensi pers di Mapolres Malang, Minggu (2/10) pagi seperti dipantau dari program Breaking News di Kompas TV. ***

Editor: Maghfur Ghazali


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini