POSJAKUT - Kelompok seniman Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, menolak dengan keras segala segala bentuk usaha yang menjadikan TIM sebagai kawasan komersial. Juga keberatan kepemimpinan TIM di bawah pejabat non-seniman.
“Intinya kami menolak segala bentuk usaha yang menjadikan TIM sebagai kawasan komersial. Menolak keberadaan kepemimpinan TIM di bawah pejabat non-seniman”.
Baca Juga: Eny Sulistyowati: Wayang Harus Beradaptasi dengan Budaya Pop, Kecanggihan Multimedia Zaman Milenial
Demikian diungkapkan Koordinator Aksi Forum Seniman Peduli TIM, Mogan Pasaribu, seperti diinformasikan pengamat budaya Eddie Karsito kepada POSJAKUT, Selasa 23 Agustus 2022.
Taman Ismail Marzuki (TIM), lanjut Mogan, tak boleh dikacaukan dan dibusukkan dengan urusan untung rugi ala kapitalis.
“Kami sangat berkepentingan. Menuntut peraturan yang menyusahkan banyak pihak, dalam hal ini Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, para seniman, dan Taman Ismail Marzuki, dicabut,” ungkapnya tegas.
Sekedar diketahui, para seniman yang tergabung dalam Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki (FSP-TIM), bersatu menyuarakan aspirasinya.
Mereka menggelar aksi dan berkhidmat dalam doa wujud keprihatinan mendalam atas nasib buruk yang terus merundung Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta hingga saat ini.
Baca Juga: Unik! Perpaduan Wayang Orang, Komik dan Film dalam Satu Panggung, Digelar di TMII
Artikel Rekomendasi