LANGGAM JAKARTA: Kisah Meester Cornelis Senen Sampai Menjadi Jatinegara

- 9 Januari 2022, 14:16 WIB
Sebelum menjadi Kecamatan Jatinegara Sekarang dulu bernama Meter, berasal dari nama orang Messter Cornelis Senen
Sebelum menjadi Kecamatan Jatinegara Sekarang dulu bernama Meter, berasal dari nama orang Messter Cornelis Senen /maghfur/jakarta.go.id

POSJAKUT – Meester adalah sebutan untuk daerah Jatinegara pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Daerah di tepi Kali Ciliwung yang sekarang menjadi Jatinegara tersebut oleh sebagian penduduknya masih disebut dengan Meester.

Nama Meester sendiri diambil dari nama seorang juragan kaya raya yang merupakan anak tokoh terkemuka dari Pulau Lontor bernama "Cornelis Senen". Pulau Lontor  merupakan salah satu pulau di kepulauan Banda.

Cornelis Senen datang ke Batavia pada 1621 (beberapa tahun setelah JP Coen menguasai Batavia). Pada 1656  Cornelis Senen membeli kebun yang sangat luas di pinggiran Kali Ciliwung.

Baca Juga: Minyak Goreng Masih Tinggi, Belum Turun Banyak. Kemendag Bilang Ada Beberapa Hal Penyebabnya 

Saking luasnya kebun milik Cornelis Senen, membuat warga sekitar Kali Ciliwung menyebutnya dengan tanah Meester  Cornelis Senen, sehingga lama kelamaan daerah di tepi kali Ciliwung disebut dengan nama daerah Meester Cornelis, walaupun namanya adalah Jatinegara.

Disamping itu Cornelis Senen juga sempat menjadi guru agama Kristen dan terkenal dengan panggilan Meester Cornelis. Sebagai tuan tanah kaya raya Meester Cornelis sempat membentuk afdeeling (bagian tersendiri) dari Residentie Batavia. 

Bener mau tahu kelanjutan kisah Meester Cornelis Senen? Yuk kita ikuti dan baca terus LANGGAM JAKARTA supaya pengetahuanmu seputar Jatinegara dan Bali Mester bertambah.

Baca Juga: Walikota Ali Maulana Hakim Jadi Saksi Renovasi Total Masjid Ar Ruhama di Jalan Warakas 2 Gang 1 Tanjung Priok

Dalam Ensiklopedia Jakarta disebutkan, antara 1905 dan 1936, Meester sudah kota mandiri yang kemudian digabung dengan Batavia. Daerah Meester Camelis kemudian juga dijadikan pusat pertahanan untuk mengganti benteng Batavia, juga didirikan Sekolah Arteri.

Sesudah perubahan struktur Djakarta 1949, Jatinegara masuk dalam Kawedanan Matraman, Kecamatan Pulogadung. Baru pada1960-an daerah Meester yang asli masuk Kelurahan Bali Mester dan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara di bawah Walikota Jakarta Timur. 

Menurut De Haan, penguasa yang pemah memerintahkan membangun jalan dari laut di sebelah utara Ancol menuju Meester Cornelis (1678). Pembangunan jalan ini untuk memperlancar arus lalu lintas  bahkan Jalan Pasar Senen pun turut diperlebar pada I820-an.

Baca Juga: Dinas Kebudayaan DKI Terbitkan Rekomendasi Pemugaran Gedung IMS di Kawasan Cagar Budaya GBK

Mendapat penerangan listrik tenag gas sekitar tahun 1861 yang dilalui jalur trem kuda pada tahun Juni 1869. Pada abad ke-19 Meester Cornelis (Jatinegara) merupakan wilayah bagian Timur Batavia.

Meester atau Bali Mester saat ini adalah nama dari kelurahan di Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur. Kelurahan ini berbatasan dengan Kecamat Matraman di sebelah utara, Kecamatan Tebet di sebelah barat, Kelurahan Rawa Bunga di sebelah timur, dan Kelurahan Kampung Melayu di sebelah selatan.

Nama "Bali Mester" merupakan penggabungan nama dua kampung lama yang menjadi pusat Jatinegara pada masa lalu yaitu Kampung Bali dan Kampung Mester (sebutan lokal untuk nama Meester Cornelis, yang kemudian menjadi nama Jatinegara pada masa kolonial.

Baca Juga: Cuaca di Seluruh Wilayah Jakarta dan Kepulauan Seribu Cerah diikuti Kota-kota Penyangga Lainnya 

Nama Jatinegara diambil dari Jatina Nagara, bahasa Sunda yang menyiratkan simbol perlawanan Kesultanan Banten terhadap penjajah Belanda saat itu. Pada abad ke-17, daerah Messter ini merupakan pemukiman para pangeran Kesultanan Banten.

Semenjak dibangun Jalan Raya Daendels, tanah yang dimiliki oleh Cornelis Senen secara partikelir ini berkembang pesat menjadi pemukiman dan pasar yang ramai. Hingga kini masyarakat menyebutnya dengan Mester, penyingkatan dari Meester Cornelis. 

Pada abad ke-19,  kawasan Meester Cornelis menjadi kota satelit gemeente dari  Batavia yang sudah cukup maju. Namun pada awal abad ke-19, tepatnya 14 Agustus - 26 Agustus 1811, wilayah Meester Cornelis direbut oleh tentara Inggris dalam peristiwa berdarah.

Baca Juga: Tekuk Watford 4-1, Leicester City Melaju ke Putaran Keempat Piala FA

Dalam perkembangannya Meester Cornelis menjadi ibu kota dari Kawedanan Jatinegara yang melingkupi Bekasi, Cikarang, Matraman, Tebet, Kramatjati, Mampang, Pondok Gede, Pasar Reb, Pancoran dan Kebayorn.

Pada 1 Januari 1936, pemerintah kolonial menggabungkan wilayah Meester ke dalam bagian kota Batavia. Nama Jatinegara baru muncul 1942, setelah Tentara Kekaisaran Jepang menduduki Hindia Belanda. Nama Meester yang terlalu berbau Belanda diganti menjadi Jatinegara.

Sebelum diganti menjadi Jatinegara oleh pendudukan Jepang, Messter merupakan salah satu wilayah yang padat penduduk. Untuk kepentingan masyarakat yang berdomisili di daerah tersebut pemerintah sempat mengembangkan sarana transportasi pendukung.

Baca Juga: Pemprov DKI Jakarta Perlu Pelibatan Aktif Profesi Perawat dalam Penanggulangan Pandemi Covid 19

Pada 6 April 1875  misalnya, pemerintah sempat meresmikan jalur kereta yang menghubungkan Meester dengan Jakarta Kota.

Pada tahun 1881, Nederlands Indische Tramweg Maatschappij atau Bataviasche Stoomtram Maatschappij sempat mengoperasikan trem uap yang menghubungkan Kampung Melayu (Meester Cornelis) dengan Kota Intan (Batavia) melewati rute Maraman, Kramat, Senen, Harmoni, dan Glodok.

Baca Juga: Banjir Rendam Dua Desa di Balangan, 86 Rumah, Satu Gedung Terdampak

6 April 1925, kereta listrik mulai beroperasi sejauh 15,6 km yang menghubungkan Jatinegara dengan stasiun Tnjung Priok dan sejauh 2,6 km menghubungkan Jatinegara dengan stasiun Manggarai.

Untuk pengembangan perekonomian pulau Jawa, Daendels membangun jalan Anyer-Panarukan. Jatinegara merupakan salah satu kota yang dilewati jalur tersebut. Untuk mengurangi kesemrawutan, pada tahun 1970-an pemerintah membangun terminal Kampung Melayu.

Sekarng sudah ada jalur bus TransJakarta dari kampung Melayu-ancol (koridor 5) dan koridor 7 (rute Kampung Melayu – Rambutan) yang juga melayani penduduk yang bermukim di wilayah ini.

Banyaknya transportasi publik yang melintasi Jatinegara menunjukkan bahwa daerah ini merupakan wilayah penting dan cukup ramai sejak dahulu. ***

Editor: Maghfur Ghazali


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini