Fakta itu ditemukan dalam penelitian yang hasilnya dirilis sebuah lembaga amal pada Senin jelang pertemuan elite Forum Ekonomi Dunia (WEF).

Dilaporkan Reuters, kepala-kepala negara akan bergabung dengan para pemimpin perusahaan dan tokoh terkemuka lain pekan ini untuk membahas isu-isu paling penting di dunia –dari perubahan iklim hingga kesetaraan vaksin COVID-19 – pada konferensi WEF Davos Agenda 2022.

Baca Juga: Negara dengan Ekonomi Kuat, Amerika Serikat Masih Jawara, Indonesia Diprediksi Masuk 9 Besar Dunia Tahun 2034

Pertemuan daring tersebut akan menjadi batu loncatan dalam konferensi tingkat tinggi tahunan WEF yang biasanya digelar di resor pegunungan Davos di Swiss pada musim dingin dan dihadiri orang-orang kaya dan berkuasa di dunia.

Berikut adalah sejumlah data terkait kesenjangan global yang dirangkum Reuters.

1. Para triliuner telah mencatat lonjakan dalam kekayaan mereka selama pandemi, menurut badan bantuan Oxfam.

2. 10 orang terkaya di dunia bertambah kaya sebesar 15.000 dolar AS (Rp215 juta) per detik atau 1,3 miliar dolar AS (Rp18,6 triliun) per hari selama pandemi.

Baca Juga: Hasil Studi MIAP: Peredaran Produk Palsu Sebabkan Kerugian Ekonomi Lebih dari Rp 291 Triliun

3. Harta mereka melebihi gabungan harta yang dimiliki 3,1 miliar penduduk miskin di dunia.

4. Seorang triliuner baru muncul setiap 26 jam sejak awal pandemi.

5. Lebih dari 160 juta orang diperkirakan jatuh miskin selama krisis kesehatan saat ini.

6. Kesenjangan di antara negara-negara di dunia diperkirakan meningkat untuk kali pertama dalam sebuah generasi. Kesenjangan juga semakin lebar di dalam sebuah negara.

Baca Juga: Pelaku Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wajib Optimalkan Penggunaan Aplikasi PeduliLindugi. Ini Sebabnya

7. Negara-negara kaya pulih lebih cepat. Pendapatan mereka pada 2023 kemungkinan akan kembali ke tingkat sebelum pandemi, namun negara-negara berkembang akan mengalami penurunan rata-rata 4 persen, menurut Bank Dunia.

8. Pada 2023, pendapatan per kapita kemungkinan akan tetap di bawah level 2019 di 40 negara berkembang, kata Bank Dunia.

9. Kesenjangan menyumbang 21.300 kematian per hari atau satu kematian per empat detik, menurut laporan Oxfam.

10. Sekitar 5,6 juta orang di negara-negara miskin meninggal tiap tahun karena keterbatasan memperoleh layanan kesehatan, sementara kelaparan membunuh lebih dari 2,1 juta orang per tahun, kata laporan itu.

Baca Juga: Refleksi Tahun 2021, Outlook Tahun 2022, Menteri Teten: Fokus Dongkrak Skala Ekonomi UMKM Naik Kelas

11. Rasio pasien COVID-19 yang meninggal di negara-negara berkembang diperkirakan dua kali lebih besar daripada di negara-negara kaya.

12. Hanya tujuh persen lebih penduduk di negara-negara miskin telah menerima satu dosis vaksin dibandingkan dengan lebih dari 75 persen di negara-negara kaya.

13. Satu persen orang paling kaya di dunia membuang dua kali lebih banyak karbon dioksida dibanding 50 persen orang miskin.

14. Jika tidak dikendalikan, perubahan iklim akan mendorong 132 juta orang ke jurang kemiskinan ekstrem pada 2030, menurut perkiraan Bank Dunia.

15. Pandemi juga telah memundurkan kemajuan global dalam kesetaraan gender. Wanita akan memerlukan waktu hampir 136 tahun agar dapat setara dengan pria, naik dari angka 99 tahun pada saat prapandemi.***