Kekerasan Seksual, Cresti: Media Masih Sering Gunakan Bahasa Vulgar

- 29 November 2021, 01:37 WIB
Cresti Eka Fitriana, Perwakilan UNESCO Jakarta
Cresti Eka Fitriana, Perwakilan UNESCO Jakarta /Nur Aliem Halvaima/FB Cresti Eka Fitriana

POS JAKUT - Cresti Eka Fitriana dari perwakilan UNESCO Jakarta mengatakan, UNESCO memiliki mandat yang salah satunya untuk memberikan kebebasan berekspresi, akses informasi, serta pengembangan media. 

UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) adalah Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB yang merupakan badan khusus Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) yang didirikan pada 1945.

Baca Juga: Perempuan Cantik Ini Blak-blakan Bicara Soal Pelecehan Seksual

"Itu semua yang menjadi salah satu perhatian UNESCO. Di antaranya tentang kekerasan pada perempuan," kata Cresti Eka Fitriana, aktivis perempuan, ketika tamp sebagai narasumber di acara webinar "Peran Media Dalam Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan".

Baca Juga: Menteri PPPA, Bintang: Pandemi Timbulkan Resiko Terjadinya Kekerasan Terhadap Perempuan

Cresti berharap, bagaimana media yang mempunyai peran besar tersebut, bisa menjadi aktor yang sangat penting dalam pelaporan kekerasan pada perempuan.

"Selain tentu saja, media diharapkan ikut mendorong perubahan - perubahan yang positif dengan mengikuti dan memiliki standar dalam pelaporan kekerasan pada perempuan," kata Cresti.

Masih Gunakan Bahasa Vulgar

Sementara itu, Devi Asmarani, Co-Founder dan Editor-in-Chief, Magdalene.id, juga mengakui akan peran media yang dinilainya sangat penting dalam pencegahan kekerasan terhadap perempuan.

Baca Juga: Yayasan Care Peduli Gelar Kampanye Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

"Bukan hanya mengabarkan berita saja, tetapi juga menjadi perubahan. Media juga menjadi sebuah perspektif yang berbeda untuk mendorong perempuan dalam membuat keputusan yang bisa mendatangkan perubahan," tambahnya 

Selain itu, pentingnya media untuk menyajikan berita tentang kekerasan terhadap perempuan dengan berita yang ramah, tidak menyudutkan atau merugikan salah satu pihak.

Baca Juga: WASPADA! Perempuan Paling Banyak Jadi Korban Kekerasan Seksual

Sebab terkadang, katanya, media justeru masih menggunakan bahasa yang vulgar dan tidak kritis. "Ini harus diubah lho. Bukan hanya peliputannya saja, tapi perspektifnya juga".

Menurut Devi, perlu diperhatikan juga ketika menulis berita tentang kasus kekerasan pada perempuan. Seperti memulai judul, pemilihan kata-kata, gambar.***

Editor: Nur Aliem Halvaima


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini